Advertorial

Berani Lawan Stigma Atasi KDRT, Nasabah PNM Mekaar Aceh Dipuji Menteri PPPA

Kompas.com - 25/11/2023, 17:33 WIB

KOMPAS.com– Pada siang itu, Selasa (21/11/2023), langit Kota 1001 Masjid begitu cerah. Perempuan paruh baya bernama Juliana (48) pun bersiap berburu rezeki menyusuri jalanan perkotaan.

Dengan seragam lengkap dengan warna khas ojek daring yang dikenakannya, Juliana dengan lincah menemui pelanggan untuk mengantar ke daerah tujuan.

Ia pun berbagi kisah bagaimana dirinya berjuang setelah sang suami wafat pada 2011. Meski seorang diri mencari nafkah, Juliana berhasil mengantar buah hatinya menempuh pendidikan ke perguruan tinggi.

Ibu satu anak yang akrab dipanggil Yuli itu mengatakan, berbagai usaha ditekuni demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Namun, pernikahan keduanya pada enam tahun silam meninggalkan trauma yang cukup membekas bagi dirinya serta buah hatinya.

“Mungkin, namanya juga orang sudah tidak ada akal, jadi pada saat itu sudah kesekian kali dia (mantan suami) melakukan kekerasan pada saya dan buah hati saya,” ujar Yuli dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (25/11/2023).

Adapun kota di mana ia tinggal, Aceh, dikenal sebagai daerah dengan syariat dan budaya Islam yang kental.

Berada di lingkungan yang seperti itu, lanjut Yuli, merupakan hal lazim jika isu kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) serta perceraian masih dianggap tabu.

Yuli sendiri sering mendapatkan saran dari orang di sekelilingnya untuk bertahan dalam tali pernikahan. Namun, ia memutuskan untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai perempuan, sekaligus sebagai ibu.

“Bagi saya, anak adalah (prioritas) nomor satu. Hal inilah yang semakin mendorong saya untuk mengakhiri (hubungan) ini semua. Saya pun dibantu teman-teman untuk mengadukan tindak KDRT ini ke Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (TP2A),” tutur Yuli.

Setelah melalui prosedur pengaduan, pelaku pun ditindak dan ditahan pihak berwajib.

Di samping itu, agar dapat bertahan hidup, Yuli memiliki usaha sampingan berdagang jamu kesehatan dan jasa terapi atau pijat. Usaha ini dikerjakan Yuli selain menjadi driver ojek online (ojol).

Ia mengungkapkan, bisnis dagang jamu yang digelutinya masih dalam produksi skala kecil.

Adapun modal usaha ia peroleh dari Permodalan Nasional Madani (PNM) Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) sejak empat tahun lalu.

Terpilih sebagai nasabah PNM Mekaar inspiratif, Yuli pun diundang pada gelaran roadshow Peringatan Hari Ibu ke-95 yang diselenggarakan PNM bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) di Gedung Balai Meuseuraya Aceh (BMA) pada Rabu (22/11/2023).

Momentum tersebut membuka peluang Yuli dapat bertemu dengan
Menteri PPPA, Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati.

Decak kagum pun diutarakan Bintang melihat Yuli berani melawan stigma demi memperjuangkan hak-haknya sebagai perempuan.

“Ibu Menteri Bintang bilang, beliau kagum karena saya sudah berani melawan KDRT yang menimpa saya dan anak saya,” kata Yuli.

Ia mengatakan, sebagai perempuan, para puan harus percaya akan kekuatan diri.

“Kalau bukan kita, siapa lagi?” imbuh Yuli.

Pada kesempatan sama, Sekretaris Perusahaan PNM L Dodot Patria Ary mengatakan, PNM berada di baris depan dalam memberdayakan kaum perempuan.

Adapun PNM senantiasa membantu kaum perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi.

Ia berharap, seiring dengan kehidupan ekonomi para perempuan yang makin baik, turut memperbaiki kondisi sosial dan lingkungan.

“Untuk perempuan Indonesia, PNM senantiasa siap membantu memberikan modal finansial, intelektual, dan modal sosial (social capital),” kata Dodot.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com