Advertorial

Ditjen Bimas Hindu Sukses Implementasikan Tiga Program Prioritas yang Dicanangkan Menag

Kompas.com - 02/12/2023, 21:05 WIB

KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu (Ditjen Bimas Hindu) Kementerian Agama (Kemenag) sukses mengimplementasikan tiga program prioritas yang dicanangkan oleh Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas. Ketiga program itu adalah Digitalisasi, Candi Prambanan, dan Pendidikan.

Hal tersebut diakui oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Bimas Hindu I Nengah Duija. Ia mengatakan, ketiga program tersebut saat ini sudah berjalan sesuai harapan.

Untuk digitalisasi, Ditjen Bimas Hindu sebelumnya telah meluncurkan sejumlah layanan berupa aplikasi digital, seperti e-Pasraman, Sistem Informasi Hindu (Sindu), Weda dalam Genggaman Anda (Wedangga), dan Digital Arsip.

“Berdasarkan arahan Gus Men (sapaan akrab Yaqut), masing-masing aplikasi itu kini digabung menjadi satu, yakni Pusaka Super Apps. Jadi, tinggal klik di aplikasi Pusaka nanti kelihatan masing-masing layanan direktorat ada di sana,” ujar Duija dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (2/12/2023).

Namun, Duija mengaku masih belum puas dengan data dari masing-masing bagian di Ditjen Bimas Hindu yang ada pada aplikasi tersebut.

Pasalnya, data terkait tempat ibadah dinilai belum terlalu akurat. Ini disebabkan oleh minimnya sumber daya manusia (SDM) di sejumlah daerah yang membuat input data menjadi terhambat.

Menurutnya, saat ini, terdapat sekitar 29.000 lebih tempat ibadah umat Hindu di Indonesia.

“Dari keseluruhan, baru sekitar 10.000 tempat ibadah yang terdeteksi dan terdaftar. Kami masih punya pekerjaan rumah yang berat. Sebab, baru sekitar 30 persen yang terdata,” terang Duija.

Selain memiliki aplikasi digital, Ditjen Bimas Hindu juga sudah melaksanakan transformasi digital dibidang pelayanan, di antaranya layanan pengajuan Tirta Yatra di Candi Prambanan, layanan pengajuan tanda daftar dan perizinan, serta layanan pengajuan bantuan.

“Mudah-mudahan kami sudah punya studio di kantor pada 2024. Nanti, setiap ada momen tertentu kami bisa mengundang para tokoh untuk podcast di sana,” jelas Duija.

Terkait Prambanan, candi ini masih kerap menjadi tempat bagi ritual keagamaan Hindu, seperti peringatan Hari Raya Siwa Ratri, Ritual Upacara Gema Santi Puja 1008 Genta, dan Tumpeng.

Meski begitu, Duija tak menampik bahwa pihaknya sempat mengalami kendala terkait pengelolaan candi tersebut.

“Meski memorandum of understanding (MOU) pemanfaatan Candi Prambanan dan Candi Borobudur untuk kepentingan agama umat Hindu dan Buddha Indonesia dan dunia sudah berlangsung sejak Februari 2022, tapi umat Hindu belum bisa langsung menggunakannya,” kata Duija.

Pemanfaatan candi untuk ibadah, lanjut Duija, harus menunggu keluarnya panduan atau standard operational procedure (SOP) pemanfaatan dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, dan Kebudayaan.

“Setelah dilantik pada September 2022, saya langsung berkomunikasi menemui Dirjen Kebudayaan dan pada Oktober akhirnya SOP-nya sudah berjalan. Menurut data terkini dari teman-teman dari Dinas Hindu Jogjakarta, sekarang ada 22.700 kunjungan untuk ibadah umat Hindu di Candi Prambanan,” tuturnya.

Menurut Duija, banyak jumlah kunjungan ibadah di Candi Prambanan tak lepas dari upaya optimalisasi pemanfaatan candi tersebut oleh Gus men sebagai pusat destinasi wisata dan pusat ibadah umat Hindu dunia.

“Itu adalah upaya dan warisan yang luar biasa bagi umat Hindu. Sebab, sekian lama Candi Prambanan berdiri, selama ini belum bisa digunakan untuk kegiatan peribadatan umat Hindu,” ucap Duija.

Untuk sektor Pendidikan, Duija pun merasa bersyukur karena banyaknya pencapaian yang berhasil diraih dan diimplementasikan oleh Ditjen Bimas Hindu saat dirinya memimpin.

Adapun capaian tertinggi yang diraih Ditjen Bimas Hindu pada bidang tersebut adalah keberhasilan mereka dalam meningkatkan kualitas SDM.

“Dari sisi SDM, kami di Hindu cukup bagus karena sebanyak 16 guru besar berhasil dikukuhkan pada 2023. Kementerian Agama (Kemenag) benar-benar memberikan ruang lebih luas untuk teman-teman Hindu dalam meningkatkan kualitas dan kompetensinya. Makanya, saat ini, banyak usulan ke lektor kepala dan guru besar,” kata Duija.

Tak hanya itu, dalam kepemimpinannya, Duija juga berhasil memberikan beasiswa bagi umat Hindu yang ada di Ditjen Bimas Hindu. Hal ini adalah yang pertama kalinya.

“Kami baru saja diberikan kesempatan untuk mendapatkan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang juga bekerja sama dengan Kementerian Keuangan. Beasiswa itu ada dalam satu wadah yang disebut Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB). Beasiswa ini artinya negara sudah hadir untuk membantu teman-teman yang mengalami keterbatasan biaya,” lanjutnya.

Duija menambahkan, beasiswa BIB telah dibagikan kepada sejumlah pihak, seperti enam dosen dan empat orang untuk belajar di luar negeri, dan dua orang untuk belajar di dalam negeri.

Selain beasiswa, Ditjen Bimas Hindu juga mendapatkan pembiayaan LPDP untuk pendidikan profesi guru sejak 2022.

“Pada 2022, (sebanyak) 87 orang di Ditjen Bimas Hindu dibiayai negara. Untuk 2023 itu ada 40 orang guru yang sedang melakukan profesi guru,” ujar Duija.

Untuk Pendidikan tinggi, lanjut Duija, proses penegerian Sekolah Tinggi Hindu Dharma (STHD) Klaten, Jawa Tengah, saat ini tengah menunggu rekomendasi sesuai yang diminta oleh Ditjen Anggaran.

Ia pun berharap proses tersebut bisa segera rampung sehingga Pulau Jawa bisa memiliki perguruan tinggi khusus Hindu.

“Untuk Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja sedang menunggu peningkatan status menjadi Institut Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja. Sedangkan Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang (IAHN-TP) Palangka Raya sedang diproses menjadi Universitas Negeri Tampung Penyang Palangka Raya,” katanya.

Jika semua proses rekomendasi itu selesai, Duija menilai bahwa semua sekolah tersebut merupakan warisan luar biasa yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui Gus Men.

Berkat itu, umat Hindu bisa merasa senang karena mampu memiliki perguruan tinggi yang sejajar dengan universitas.

“Itu adalah harapan yang telah lama ditunggu-tunggu oleh umat Hindu di Indonesia. Ditjen Bimas Hindu juga sedang menyiapkan generasi emas melalui penyelenggaraan pendidikan (pasraman) sekolah formal yang disebut Widyalaya, mulai dari taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), hingga sekolah menengah atas atau kejuruan (SMA/SMK),” jelas Duija.

Duija menambahkan, semua poin tersebut begitu mendesak dan perlu segera diimplementasikan. Pasalnya, umat Hindu Indonesia sudah sejak lama menginginkan semua hal itu sebagai bagian dari pemerataan.

“Semua itu gagasan-gagasan cerdas dari seorang Gus Men dan Beliau sangat responsif. Umat Hindu menyampaikan terima kasih kepada Gus Men karena memberikan tuntunan, semangat, dan peluang untuk bisa ikut bersama berkontribusi membangun bangsa,” ungkap Duija

Penuh tantangan

Meski berhasil menjalankan sejumlah program untuk membantu umat Hindu di Tanah Air, Duija mengakui masalah tersebut tidak mudah diimplementasikan. Sebab, banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mewujudkan semuanya.

Pada tahun pertama kepemimpinannya di Ditjen Bimas Hindu misalnya. Duija menyatakan dirinya tak berekspetasi sama sekali meski gagasan yang dilontarkan oleh Gus Men sangat cemerlang.

“Gagasan Gus Men banyak yang bagus, tapi sayangnya belum bisa ditangkap dan diterjemahkan oleh bawahannya. Ini artinya ada kesulitan dalam konsep mentransformasi apa yang diinginkan pimpinan hingga matching dengan program kementerian. Tak jarang, saya harus turun hingga level pelaksana agar apa yang dikerjakan sesuai dengan yang diharapkan,” katanya.

Semua tantangan yang ada, lanjut Duija, seringkali juga membuat program yang dijalankan jadi tertunda, direvisi, atau dihentikan.

Bahkan, tak jarang dirinya juga mendapat tekanan karena apa dilakukannya dinilai sebagai ambisi pribadi. Padahal, semua program dari Gus Men memang diminta untuk bisa dilakukan secara cepat dan responsif.

“Kendala utama yaitu mengubah budaya kerja di direktorat tidak mudah. Sebab, mengubah kebiasaannya sudah terbentuk bertahun-tahun itu tidak muda dan sekarang terobosan baru. Banyak juga tantangan-tantangan di internal,” jelas Duija.

Tantangan lainnya adalah terkait postur anggaran yang dibuat di kepemimpinan sebelumnya sehingga gagasan atau ide baru menjadi sulit diimplementasikan karena di luar dari anggaran yang sudah direncanakan.

“Saya dilantik pada September 2022, itu posisi sudah di akhir tahun. pada 2024, baru mulai implementasi dari gagasan kita bersama teman-teman. Namun, saya yakin dengan semangat dan pengabdian semua bisa dilakukan,” terangnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com