Advertorial

Jadi Solusi Kredit Macet UMKM, PNM Konsisten Berikan Pendampingan untuk Nasabah

Kompas.com - 03/12/2023, 13:53 WIB

KOMPAS.com – Sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Indonesia merupakan salah satu penggerak ekonomi bangsa. Hal ini dibuktikan oleh kemampuan UMKM untuk menjadi penyangga ekonomi nasional saat terjadi krisis ekonomi.

Untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya, pelaku UMKM membutuhkan modal. Lembaga keuangan pun senantiasa melayani sektor UMKM agar tetap hidup serta dapat berkontribusi membangun ekonomi lokal dan nasional melalui program kredit usaha.

Meski begitu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengungkapkan, sebanyak 421.000 UMKM di Indonesia memiliki kredit macet atau bermasalah dengan total nilai mencapai Rp 22,9 triliun.

Data tersebut diperoleh setelah Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) melakukan evaluasi pelaksanaan program restrukturisasi UMKM.

Menanggapi hal tersebut, Teten mengatakan, perlu dilakukan evaluasi program dan pencarian solusi guna mengatasi permasalahan kredit UMKM.

Sebagai lembaga pembiayaan group lending pada sektor ultramikro, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) berkomitmen untuk mendampingi nasabah serta menjadi salah satu solusi kredit macet.

Sekretaris Perusahaan PNM L Dodot Patria Ary mengatakan, hal tersebut dengan program pemberdayaan PNM yang melayani pembiayaan dan pendampingan nasabah. Sebab, PNM bekerja untuk pemberdayaan nasabah melalui pembiayaan dan pendampingan.

Menurutnya, pembiayaan dan pendampingan nasabah merupakan dua sisi mata uang yang tidak boleh dipisahkan satu dengan lainnya.

“Sebelum bergabung dengan program Mekaar, banyak nasabah kami yang tidak memiliki usaha. Jadi, betul-betul kami bimbing dari awal,” ungkap Dodot dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Minggu (3/12/2023).

PNM memiliki program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) yang berfokus membantu ibu-ibu dari keluarga prasejahtera melalui kredit usaha serta memberikan tiga modal utama, yakni finansial, intelektual, dan sosial. Dok. PNM PNM memiliki program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) yang berfokus membantu ibu-ibu dari keluarga prasejahtera melalui kredit usaha serta memberikan tiga modal utama, yakni finansial, intelektual, dan sosial.

Untuk diketahui, PNM memiliki program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) yang berfokus membantu ibu-ibu dari keluarga prasejahtera.

Melalui program itu, PNM tidak hanya memberikan pinjaman, tetapi juga membuka akses kepada nasabah melalui tiga modal utama, yakni finansial, intelektual, dan sosial.

Adapun modal intelektual diberikan PNM melalui pendampingan berkelanjut kepada setiap nasabah. Melalui unit Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU), para pelaku usaha ultramikro dan UMKM binaan PNM diberikan berbagai program pelatihan sebagai stimulus untuk mengembangkan usaha.

Hingga Oktober 2023, PNM sudah melaksanakan 10.109 pelatihan yang diikuti 550.111 peserta. Kemudian, sebanyak 721.780 nasabah telah dibantu memperoleh Nomor Induk Berusaha (NIB). Tak ketinggalan, PNM juga memberikan pelatihan literasi digital, meskipun prosesnya masih dalam tahap awal.

Selain kegiatan pelatihan untuk pengembangan kapasitas usaha, dilakukan pula pendampingan nasabah setiap minggu. Sebanyak 14,8 juta nasabah PNM rutin mendapatkan pendampingan usaha melalui Pertemuan Kelompok Mingguan (PKM).

“Kami rajin melakukan edukasi literasi keuangan dan klasterisasi usaha yang kami bentuk juga menjadi satu environment yang menguntungkan bagi para mitra binaan. Hingga saat ini, sudah (terbentuk) 418 klasterisasi di desa-desa,” kata Dodot.

Salah satu nasabah PNM asal Jakarta, Ratnasari, membagikan pengalamannya selama menerima pendampingan. Ia menilai, upaya PNM memberikan pendampingan membuahkan hasil positif dan usahanya pun semakin meningkat seiring waktu.

Berkat pendampingan PNM, Ratnasari mengaku, bisa melakukan inovasi dan menciptakan keunggulan produk kue keringnya, mulai dari rasa, diversifikasi produk, hingga kemasan. Dengan begitu, produknya mampu menghadapi persaingan pasar yang cukup tinggi di Jakarta.

“Sebelumnya, kemasan saya tidak seperti ini. Setelah beberapa kali mendapat pelatihan dan saran dari teman-teman PNM, kemasan saya dinilai lebih memiliki identitas,” tutur Ratnasari.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com