Advertorial

Tantangan dan Peluang dari Kehadiran AI di Era Emas Digitalisasi Indonesia

Kompas.com - 11/12/2023, 14:45 WIB

KOMPAS.com – Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) adalah bidang ilmu yang berkembang sangat cepat dan mengubah banyak aspek kehidupan modern. AI dapat membantu manusia dalam berbagai bidang, mulai dari kesehatan, pendidikan, ekonomi, hingga seni.

Meski begitu, pemanfaatan AI juga menimbulkan berbagai tantangan, seperti etika, keamanan, privasi, kesenjangan, dan dampak sosial-ekonomi.

Terkait etika, AI harus diprogram dengan nilai-nilai moral yang benar agar tidak bertentangan dengan norma sosial dan hukum berlaku. Namun, hal ini pun tidak selalu mudah dilakukan karena nilai moral dapat bervariasi di antara kelompok sosial yang berbeda.

Pengenalan dengan oleh sistem AI, misalnya, penting untuk mengenali dan menghormati keragaman etnis, bahasa, dan budaya di Indonesia

Sementara soal keamanan, AI harus dilindungi dari ancaman keamanan data, seperti peretasan, pencurian, atau penyalahgunaan data. Sebab, data yang diproses AI dapat bersifat sensitif dan pribadi sehingga harus dijaga kerahasiaannya.

Penggunaan AI dalam pengawasan dan pemantauan di sektor keamanan mungkin dapat meningkatkan keamanan publik. Namun, tanpa etika, hal tersebut dapat merugikan privasi dan memungkinkan penyalahgunaan kekuasaan.

Privasi pengguna AI, baik individu maupun kelompok, pun patut dihormati. Maka dari itu, perusahaan penyedia layanan AI harus meminta izin sebelum mengumpulkan, menyimpan, atau menggunakan data pribadi. Selain itu, AI harus memberikan informasi yang jelas dan transparan tentang tujuan, proses, dan dampak penggunaannya terhadap data pribadi.

Terkait kesenjangan, AI harus dapat memberikan manfaat merata bagi seluruh masyarakat, tanpa membedakan latar belakang sosial-ekonomi.

Hal itu bisa diwujudkan dengan penyediaan akses yang mudah dan terjangkau terhadap teknologi AI, serta pendidikan dan pelatihan yang memadai bagi masyarakat untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan oleh AI.

Penyediaan akses pendidikan dan pelatihan yang mudah dijangkau semakin penting mengingat dalam beberapa tahun terakhir, AI telah menggantikan pekerjaan-pekerjaan rutin dan sederhana yang dulunya dilakukan oleh manusia. Kondisi ini menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan dan memicu masalah sosial dan ekonomi.

Guna menyiasati dampak itu, pemanfaatan AI harus bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menciptakan lapangan kerja baru, memperbaiki kualitas layanan publik, serta mendukung inovasi dan kreativitas.

Selain itu, AI harus dapat berkontribusi bagi penyelesaian masalah-masalah sosial yang ada, seperti kemiskinan, kesehatan, dan lingkungan.

Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan kerja sama antara pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat sipil dalam mengembangkan dan mengimplementasikan AI yang ramah manusia.

Agar ideal, upaya tersebut perlu didukung regulasi yang jelas dan kuat untuk mengatur penggunaan AI secara etis dan bertanggung jawab. Dengan demikian, pemanfaatan AI bisa maksimal sekaligus meminimalkan risiko bagi negara.

Optimisme Indonesia dalam penerapan AI pada 2045

Indonesia sebagai negara berkembang dengan populasi terbesar keempat di dunia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan AI demi kemajuan bangsa.

Pada Agustus 2020, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Strategi Nasional Artificial Intelligence (AI) 2020-2045 yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemimpin AI di Asia Tenggara pada 2045.

Strategi itu berfokus pada lima bidang prioritas. Pertama, kesehatan. AI diharapkan dapat meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan, serta membantu dalam diagnosis, pengobatan, pencegahan, dan penelitian penyakit.

Kedua, pendidikan dan riset bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) dalam mengembangkan dan menggunakan AI, serta mendukung inovasi dan kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah.

Ketiga, ketahanan pangan. Penggunaan AI diharapkan bisa meningkatkan ketahanan dan kedaulatan pangan, terutama dalam optimasi produksi, distribusi, dan konsumsi pangan.

Ketiga, mobilitas. AI digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan keselamatan transportasi. Selain itu, membantu manajemen lalu lintas, navigasi, pengenalan pelat nomor, dan kendaraan otonom.

Keempat, kota pintar. AI diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup warga kota, khususnya terkait pengelolaan infrastruktur, lingkungan, energi, keamanan, dan partisipasi publik.

Kelima, reformasi birokrasi. AI diharapkan bisa meningkatkan kinerja dan akuntabilitas sektor publik untuk menyederhanakan birokrasi, membantu perbaikan layanan publik, pengawasan anggaran, dan pemberantasan korupsi.

Untuk mencapai visi tersebut, Indonesia membutuhkan kerja sama yang kuat antara semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri, akademisi, masyarakat sipil, dan masyarakat umum.

Selain itu, Indonesia juga perlu mengatasi berbagai hambatan yang ada, seperti kurangnya data berkualitas, infrastruktur teknologi yang belum memadai, regulasi yang belum harmonis, serta kesadaran dan literasi AI yang masih rendah.

Langkah konkret yang dapat dilakukan oleh para generasi muda Indonesia adalah dengan menguasai AI sebagai salah satu keterampilan masa depan yang sangat dibutuhkan. Dengan memiliki kemampuan AI, mereka dapat berkontribusi dalam menciptakan solusi-solusi inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat.

Mengingat AI adalah bidang yang cukup baru dan masih perlu dieksplorasi, diperlukan sarana pembelajaran dengan sumber daya memadai untuk mendapatkan ilmu dan keterampilan secara maksimal.

Masyarakat kini bisa belajar AI dengan mengikuti program AI di Binus University, kampus pertama di Indonesia yang fokus pada pengembangan AI.

Program itu dirancang untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang komprehensif tentang konsep-konsep dasar dan lanjutan AI, seperti machine learning, deep learning, computer vision, natural language processing, speech recognition, robotics, dan lain-lain.

Program tersebut juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian dan proyek nyata bersama dengan para ahli dan praktisi AI dari dalam dan luar negeri.

Head of Computer Science Department Greater Jakarta Dr Ir Derwin Suhartono, SKom, MTI, menuturkan bahwa program AI di Binus University adalah program yang unik dan inovatif. Pasalnya, Binus University tidak hanya mengajarkan teori-teori AI, tetapi juga penerapannya dalam proyek-proyek nyata yang berasal dari industri maupun pemerintah.

“Kami juga bekerja sama dengan berbagai mitra strategis, seperti Huawei, Intel, Nvidia, dan lain-lain, untuk memberikan fasilitas dan dukungan terbaik bagi mahasiswa kami. Kami berharap dengan lulus dari program AI di Binus University, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang positif bagi Indonesia khususnya di era AI saat ini,” ujarnya dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (11/12/2023).

Untuk informasi lebih lanjut tentang Program Studi Arsitektur di Binus University, kunjungi tautan ini.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com