Advertorial

Idap Talasemia, JKN Jadi Harapan Hizam Jalani Transfusi Darah

Kompas.com - 14/12/2023, 21:31 WIB

KOMPAS.com – Momen haru tergambar ketika melihat seorang putra terbaring di atas kursi rumah sakit tengah menjalani transfusi darah.

Fitri (38) dihadapkan dengan kondisi sang anak, Ahmad Hizam (13), yang mengidap penyakit talasemia sejak berusia sembilan bulan. Fitri mengaku ikhlas dan tabah dalam menghadapi kondisi tersebut. Beruntung, pengobatan bagi penderita talasemia telah dijamin pemerintah melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

“Waktu Hizam lahir semuanya normal. Perkembangannya juga bagus. Menginjak umur sembilan bulan, Hizam mengalami batuk pilek cukup lama dan berkelanjutan. Akhirnya, saya coba konsultasi ke beberapa dokter hingga akhirnya divonis talasemia. Saat itu, saya menggunakan biaya pribadi karena JKN belum ada,” cerita Nurfitri dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (14/12/2023).

Sebagai informasi, talasemia merupakan kondisi genetik yang memengaruhi produksi hemoglobin dalam tubuh. Oleh sebab itu, penderita talasemia memerlukan perawatan intensif seumur hidup.

Fitri bercerita, biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan putranya cukup besar. Setelah menjalani transfusi darah selama satu tahun, program JKN pun hadir dan menjadi juru selamat bagi Fitri.

“Begitu tahu ada program JKN, tanpa pikir panjang, saya segera mendaftar. Alhamdulillah, sampai hampir sembilan tahun, Hizam menjalani transfusi darah dengan dukungan JKN. Tidak ada kendala apa pun yang kami alami. Mulai dari obat kelasi besi sampai kebutuhan darah, semuanya disediakan dan ditanggung oleh BPJS Kesehatan,” ujar Fitri.

Adapun obat-obatan tersebut penting bagi penderita talasemia. Sebab, transfusi darah akan memberikan efek samping berupa kelebihan zat besi.

Kondisi Hizam yang sempat menurun membuat Fitri mencoba berbagai macam pengobatan tanpa menjalani transfusi darah. Ia bahkan memutuskan berhenti pengobatan hingga sang anak menginjak usia empat tahun.

Namun, kondisi Hizam kian memburuk dan mengalami pembengkakan limpa. Perkembangan motorik Hizam pun tak seperti anak seusianya. Hal ini membuat Fitri kembali membawa Hizam ke rumah sakit dan menjalani transfusi darah setiap tiga minggu sekali.

“Kalau (berobat) menggunakan biaya pribadi, entah bagaimana nasib kami sebagai keluarga penderita talasemia. Namanya juga hanya pekerja biasa. Kebutuhan tidak hanya untuk pengobatan rutin. Ada biaya lain-lain, seperti akomodasi, setiap kali kunjungan ke rumah sakit,” kata Fitri.

Fitri menilai, kehadiran Program JKN telah membantu kondisi keuangan keluarganya. Ia juga merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.

Hal yang sama juga dirasakan oleh komunitas penderita talasemia lain di rumah sakit. Salah seorang keluarga penderita talasemia ini berprofesi sebagai peternak. Ia menyebut bahwa keluarga harus menjual hewan peliharaan untuk menutupi biaya akomodasi ke rumah sakit.

“Semuanya gratis dan prosedur berjalan dengan lancar selama 9 tahun ini. Saya berterima kasih sekali kepada BPJS Kesehatan dan pemerintah. Semoga pelayanan ini bisa ditingkatkan dan Program JKN dapat mendukung keberlangsungan hidup bagi seluruh penderita talasemia di Indonesia,” imbuh Fitri.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com