Advertorial

Dampak Konkret Kebijakan MBKM, Waktu Tunggu Lulusan Perguruan Tinggi Lebih Cepat

Kompas.com - 22/12/2023, 16:42 WIB

KOMPAS.com - Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diluncurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) pada 2020 telah memfasilitasi hampir satu juta mahasiswa untuk mengeksplorasi minat dan aspirasi mereka melalui pembelajaran di luar kampus.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, dampak positif implementasi kebijakan tersebut terlihat dari berbagai aspek.

Berdasarkan hasil Studi Dampak Kompetensi yang dilakukan terhadap mahasiswa di Tanah Air, mahasiswa yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran di luar kampus terbukti memiliki waktu tunggu kerja tiga bulan lebih singkat. Adapun rerata gaji yang diperoleh 2,2 kali lebih besar ketimbang rerata pendapatan nasional.

“Pengalaman tersebut menghasilkan dampak ekonomi yang riil. Oleh karena itu, orangtua mendorong anak mereka mengikuti MBKM agar mendapat kesempatan yang lebih baik,” ujar Nadiem dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Jumat (22/12/2023).

Menurut Nadiem, Indonesia perlu bergerak lebih cepat untuk menjadi kekuatan besar dunia dengan mengoptimalkan bonus demografi.

Dengan jumlah penduduk usia produktif mencapai 213 juta orang pada 2045, Indonesia diharapkan dapat segera keluar dari middle income trap atau jebakan negara berpenghasilan menengah dan bisa menjadi kekuatan dunia dengan proyeksi pendapatan domestik bruto (PDB) terbesar keempat di dunia pada 2050.

Adapun transformasi dilakukan pada pendidikan tinggi dan vokasi dengan menyasar tiga hal. Pertama, mengubah pendidikan yang sebelumnya kaku dan sulit bergerak menjadi lebih terbuka terhadap inovasi.

Kedua, mengembangkan pembelajaran yang terintegrasi dengan industri dan daerah. Ketiga, membangun pendidikan menjadi lebih inklusif, aman, dan memberdayakan.

“Pendidikan tinggi dan vokasi punya dampak tercepat dalam membangun sumber daya manusia (SDM). Pasalnya, mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi dan sekolah vokasi dapat langsung terjun ke dunia kerja. Dampak ini langsung terasa untuk memperbesar ekonomi Indonesia,” papar Nadiem.

Nadiem menambahkan, program-program Kampus Merdeka yang menjadi salah satu perwujudan dari pembelajaran yang terintegrasi telah diikuti lebih dari 900.000 mahasiswa serta lebih dari 14.000 praktisi.

Adapun platform Kampus Merdeka yang dikembangkan Kemendikbud Ristek juga telah menjadi sarana untuk mempertemukan perguruan tinggi, mahasiswa, dan industri.

Sebanyak lebih dari seribu perguruan tinggi serta sekitar 1,2 juta mahasiswa dan 5.200 mitra industri telah bergabung ke dalam platform Kampus Merdeka.

Dampak positif MBKM, menurut Nadiem, sudah terlihat dan diakui dunia. Hal ini terlihat dari peringkat Indonesia di Global Talent Competitiveness Index yang naik 14 peringkat dari posisi ke-89 pada 2013-2018 menjadi posisi ke-75 pada 2019-2023.

“Indonesia adalah negara kedua dengan lompatan peringkat paling tinggi. Ini merupakan pencapaian luar biasa,” kata Nadiem.

Nadiem pun menegaskan komitmen Kemendikbud Ristek dalam membuka kesempatan lebih banyak bagi mahasiswa untuk mengikuti program-program Kampus Merdeka pada tahun mendatang.

Adapun kuota mahasiswa peserta program juga akan ditingkatkan dari 421.000 peserta pada 2023 menjadi 675.000 peserta pada 2024.

“Kami akan membuka kesempatan lebih besar lagi untuk seluruh pihak mengikuti program ini. Mari lanjutkan momentum transformasi Merdeka Belajar untuk generasi berikutnya,” kata Nadiem.

Respons positif mitra

Testimoni positif tentang program-program Kampus Merdeka datang dari berbagai perusahaan mitra.

Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), misalnya, telah membantu perusahaan untuk memperoleh talenta berkualitas yang mampu berkontribusi terhadap pengembangan bisnis, sesuai standar kompetensi yang dibutuhkan.

“Upaya ini adalah suatu terobosan yang luar biasa. Bagi kami di Blibli, program magang adalah jawaban atas doa kami setelah sekian lama,” tutur Group Head Human Capital Blibli Sandra Kumalasari.

Melalui program MSIB, perusahaan dapat menemukan talenta-talenta potensial yang dapat direkrut sebagai karyawan tetap.

Mahasiswa dengan berbagai potensi dan kreativitas yang dimiliki juga dianggap mampu menghadirkan berbagai ide segar sehingga mendorong inovasi dalam berbagai area kerja perusahaan.

Hal serupa diamini Telkomsel. General Manager Outsourcing and Internship Management Telkomsel Didin Miftahudin mengatakan, peserta magang banyak dilibatkan dalam pengembangan produk dan layanan bagi pelanggan, mulai dari aplikasi yang diperuntukkan bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) hinggadasbor pemantauan performa kampanye business-to-business (B2B). 

“Kalau disebutkan satu per satu, terlalu banyak. Salah satu proyek yang dikerjakan adalah revamp tampilan salah satu aplikasi yang dulu bisa dikatakan masih old school. Ini mendapat apresiasi dari user dan juga dari pelanggan,” tutur Didin.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com