Advertorial

Mengelola Ekspektasi Orangtua, Kunci Kesuksesan Pesepak Bola Remaja

Kompas.com - 29/01/2024, 22:48 WIB

KOMPAS.com – Orangtua sering kali memiliki ekspektasi tinggi terhadap anaknya. Hal ini pun turut dirasakan para para pesepak bola.

Jika tidak dikelola dengan baik, kecenderungan orangtua yang seperti itu dapat menjadi bumerang. Orangtua perlu memahami potensi anaknya dan memberikan dukungan yang sesuai agar anaknya dapat berkembang secara optimal.

Salah satu kisah yang melibatkan pesepak bola dan ekspektasi orangtua dialami mantan kapten timnas Inggris, David Beckham. Saat remaja, Beckham memanggul ekspektasi ayahnya, Ted Beckham, yang menginginkan dia berseragam Manchester United.

Obsesi Ted terhadap anaknya sangat besar. Dia melatih Beckham dengan sangat disiplin dan keras. Pada suatu titik, Beckham merasakan obsesi sang ayah kepada dirinya untuk menjadi bagian dari MU terlampau besar. Ia pun merasakan hal tersebut mengganggu perkembangannya.

Beruntung, Ted menyadari kegundahan anaknya. Ia yang sebelumnya bersikap sebagai orangtua yang menuntut dan menekan Beckham, kemudian berubah menjadi sosok ayah yang lebih suportif. Ia menjadi tempat Beckham untuk bersandar dan berbagi masalah.

Masalah ekspektasi tersebut menjadi topik yang dibahas pelatih dan orangtua pesepak bola Liga Kompas Kacang Garuda U-14 dengan Ikatan Psikologi Olahraga (IPO) dalam rangkaian “Meet the Football Expert”.

Kegiatan yang didukung AIA itu dilaksanakan di Dewantara Sport Center, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (28/1/2024).

Pada acara itu, Sekretaris Jenderal IPO Taru Guritna menerangkan tentang pentingnya manajemen harapan bagi orangtua. Menurutnya, orangtua harus bisa memastikan ekspektasinya bisa diterima oleh anak.

”Hal yang utama adalah jangan memaksakan ekspektasi orangtua. Boleh saja orangtua berharap, tapi jangan sampai itu membebani anak,” ujar Taru dikutip dari Kompas.id, Senin (29/1/2023).

Senior Global Development Football Coach for Tottenham Hotspur Football Club Shannon Moloney saat sesi tanya jawab dengan para peserta pelatihan. KOMPAS/HERU SRI KUMORO Senior Global Development Football Coach for Tottenham Hotspur Football Club Shannon Moloney saat sesi tanya jawab dengan para peserta pelatihan.

Apabila hal itu sampai terjadi, Taru khawatir pesepak bola muda akan bermain sepak bola dengan terpaksa karena tekanan dari orangtua. Seperti yang dialami Beckham, ia dilatih sangat keras lantaran ayahnya menginginkannya bergabung dengan MU.

“Pesepak bola remaja harus diberikan ruang ekspresi,” ujar Taru.

Dorongan hati

Taru melanjutkan, anak sebaiknya berkegiatan atau bermain berdasarkan dorongan hatinya sendiri. Jadi, bukan berdasarkan ekspektasi orangtua.

”Kalau tidak sepenuh hati, anak akan sulit mencapai prestasi tinggi karena dia tidak bergerak dengan motivasi dan sikap yang positif,” kata Taru.

Manajemen harapan orangtua ini begitu krusial bagi pesepak bola remaja. Alasannya, usia remaja adalah peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Saat masih berusia anak-anak, mereka masih bisa menuruti keinginan orangtua. Situasi akan berbeda ketika anak telah berusia 13 hingga 21 tahun.

Sekretaris Jenderal Ikatan Psikologi Olahraga HIMPSI Taru Guritna berbicara dalam acara Meet the Football Expert, program edukatif bagi peserta Liga Kompas Kacang Garuda U-14. KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN Sekretaris Jenderal Ikatan Psikologi Olahraga HIMPSI Taru Guritna berbicara dalam acara Meet the Football Expert, program edukatif bagi peserta Liga Kompas Kacang Garuda U-14.

Pada rentang usia tersebut, anak remaja mulai bisa membantah dan memiliki pendapat atau pemikirannya sendiri. Selain itu, emosi mereka juga cenderung meledak-ledak. Dalam kondisi ini, memaksakan kehendak orangtua yang tidak sejalan dengan nurani anak akan menjadi bumerang.

”Pastikan mereka bermain dengan sukacita dan keinginannya sendiri, bukan dalam kondisi terpaksa,” ucap Taru.

Peran orangtua juga disampaikan Senior Global Development Football Coach for Tottenham Hotspur Football Club Shannon Moloney dalam acara yang sama. Menurutnya, pendekatan orangtua selaku pihak terdekat dengan anak, memengaruhi kematangan pesepak bola remaja.

Ia menambahkan, salah satu hal yang paling penting adalah meletakkan fondasi yang kokoh, termasuk pengetahuan soal asupan makanan yang benar. Tak kalah penting adalah kedisiplinan dalam menjaga kondisi pada saat libur kompetisi.

Mantan pemain putri Tottenham Hotspur itu juga menekankan pentingnya aspek di luar lapangan, seperti pemenuhan kecukupan nutrisi dan waktu istirahat. Hal ini tidak boleh luput dari perhatian orangtua.

“Bakat dan teknik yang baik dari seorang pesepak bola tidak akan berkembang secara maksimal jika tidak didukung asupan nutrisi dan waktu istirahat yang baik. Dukungan itu harus diberikan oleh orangtua,” ucapnya.

Tulisan ini telah terbit di Harian Kompas (Kompas.Id) pada 27/01/2024. Liga Kompas Kacang Garuda U-14 disponsori oleh Kacang Garuda, didukung oleh SKF dan AIA

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com