Advertorial

AI Bisa Geser Peran Manusia, Ini Solusi yang Ditawarkan Prodi Informatika Unpar

Kompas.com - 31/01/2024, 15:05 WIB

KOMPAS.com – Penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di berbagai sektor kini kian jamak. Namun, sejumlah pihak menilai bahwa keberadaan AI dapat mengambil alih keterampilan (skill) manusia di berbagai sektor pekerjaan.

Hal itu diamini Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat (Jabar) Bey Triadi Machmudin dalam Orasi Dies ke-69 Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) pada Rabu (17/1/2024).

Bey menilai, laju kompleksitas perkembangan teknologi telah melampaui batas kemampuan manusia. Di samping itu, AI juga memberikan tantangan baru dalam cara belajar, bekerja, dan berinteraksi.

Sementara itu, Dosen Informatika Universitas Parahyangan Lionov PhD mengatakan bahwa kapabilitas AI telah mengalami pertumbuhan secara eksponensial dalam satu dekade terakhir.

“Salah satu jenis AI yang berkembang pesat dan populer saat ini adalah model Generative AI (GAI),” tuturnya seperti diwartakan Kompas.id, Rabu (31/1/2024).

GAI, kata Lionov, memiliki kemampuan untuk menghasilkan media (teks, suara, dan gambar) sebagai respons atas prompt–perintah atau petunjuk berupa pernyataan dan atau pertanyaan dalam bahasa manusia–yang diberikan oleh pengguna.

Salah satu contoh pemanfaatan GAI adalah untuk mengotomatisasi proses penyulihan suara (dubbing) pada suatu film.

Sebelumnya, tahapan dubbing melibatkan skill manusia untuk menerjemahkan dialog ke dalam bahasa yang berbeda dan membutuhkan manusia untuk mengucapkannya.

Selain mendukung kemajuan peradaban manusia, lanjut Lionov, penggunaan AI juga menimbulkan banyak permasalahan baru yang dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan.

“Oleh karena itu, timbul kekhawatiran mengenai bagaimana relasi AI dan manusia (sebagai pembuatnya) pada masa yang akan datang. Apakah manusia akan selalu dapat mengendalikan AI?" imbuhnya.

Lionov melanjutkan, upaya untuk mengendalikan AI juga dilakukan di berbagai tingkatan berbeda. Di tingkat internasional, misalnya, UNESCO telah merilis "Recommendation on the Ethics of Artificial Intelligence" pada 2021.

Sementara, di tingkat nasional, pemerintah Indonesia saat ini sedang menyusun regulasi terkait AI. Regulasi tersebut mengadopsi rekomendasi dari UNESCO dengan penyesuaian agar selaras dengan konteks bangsa dan negara Indonesia.

“Bagaimana di tingkat individual atau perorangan? Upaya pengendalian AI menjadi sangat esensial karena pengguna individulah yang harus beradaptasi dan berhadapan langsung dengan AI dalam kehidupan sehari-hari,” terang Lionov.

Menjawab problematika AI

Merespons hal itu, program peminatan AI di bawah naungan Program Studi Informatika Unpar mencoba memberi jawaban atas permasalahan AI tersebut.

Untuk diketahui, Universitas Katolik Parahyangan adalah salah satu universitas swasta pertama di Indonesia yang didirikan pada 1955. Perguruan tinggi ini berkomitmen menjadi komunitas akademik yang humanum untuk dibaktikan kepada masyarakat.

Dalam pembelajaran AI, lanjut Lionov, mahasiswa didorong memahami literasi AI secara komprehensif yang meliputi kompetensi untuk memahami, berinteraksi, dan berkolaborasi dengan AI.

Selain itu, mahasiswa juga diperkenalkan dengan konsep-konsep penting pada AI dan aplikasinya, seperti machine learning, deep learning, serta dampaknya pada kehidupan manusia.

Adapun pemahaman literasi AI menyangkut beberapa aspek. Pertama, pemahaman terhadap konsep dan cara kerja AI agar mampu mengidentifikasi dan memprediksi risiko yang potensial terjadi akibat penggunaan AI.

Kedua, penggunaan aplikasi AI secara bertanggung jawab. Ketiga, selalu bersikap kritis terhadap AI agar tidak terlena oleh ‘kehebatan’ AI yang pada akhirnya berpotensi mengikis kemampuan dasar dan nilai-nilai kemanusiaan secara umum,” paparnya.

Lionov menilai, kesadaran terhadap pentingnya literasi AI adalah awal bagi umat manusia untuk mulai bergerak melangkah maju pada era AI.

“Dengan begitu, manusia selalu berada satu langkah di depan AI,” kata Lionov.

Untuk informasi lebih lanjut seputar Universitas Katolik Parahyangan, klik tautan berikut.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com