Advertorial

Cetak Laba hingga Rp 60,4 Triliun, Dirut BRI: Akan Kembali ke Negara untuk Rakyat lewat Pajak dan Dividen

Kompas.com - 31/01/2024, 17:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menutup 2023 dengan kinerja cemerlang dan pertumbuhan secara berkelanjutan.

Pada pemaparan kinerja keuangan 2023 di Jakarta (31/1/2024), Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa aset perseroan tumbuh 5,3 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi Rp 1.965 triliun dan membukukan laba sebesar Rp 60,4 triliun atau tumbuh 17,5 persen secara yoy.

“BRI sekali lagi membuktikan bahwa dengan strategic response yang tepat, perseroan dapat mengubah tantangan menjadi kesempatan dan kesulitan menjadi kemudahan. Secara keseluruhan, BRI menjadi semakin tangguh, kuat, dan hebat,” ujar Sunarso.

Sunarso mengakui, BRI mengalami sejumlah tantangan yang bersifat eksternal, mulai dari suku bunga dan inflasi tinggi, kondisi geopolitik yang penuh dengan ketidakpastian, hingga kolapsnya sejumlah bank di Amerika Serikat (AS). Namun, tantangan ini dapat dilewati dengan catatan impresif.

Sunarso juga menyampaikan bahwa laba BRI menjadi hak pemegang saham. Melalui pembayaran pajak dan dividen, sebagian besar dari laba tersebut akan kembali ke negara sebagai pemegang saham mayoritas. Selanjutnya, laba ini digunakan untuk kepentingan rakyat Indonesia melalui berbagai program pemerintah.

“Ini adalah bukti nyata bahwa badan usaha milik negara (BUMN) yang memiliki fungsi agent of development dan value creator dapat menjalankan peran economic dan social value secara simultan,” tutur Sunarso.

Sunarso menjabarkan, penopang utama kinerja impresif BRI hingga akhir 2023 di antaranya adalah penyaluran kredit yang tumbuh double digit dan di atas industri perbankan nasional, kualitas kredit yang terjaga, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang memadai dengan fokus pada dana murah (CASA), efisiensi yang terus meningkat, serta transformasi digital.

Dari sisi fungsi intermediasi, lanjut dia, BRI mendorong pertumbuhan penyaluran kredit hingga tumbuh 11,2 persen secara yoy menjadi Rp 1.266,4 triliun. Pencapaian ini tercatat lebih tinggi jika dibandingkan penyaluran kredit industri perbankan nasional yang sebesar 10,4 persen secara yoy sepanjang 2023.

Sunarso melanjutkan, seluruh segmen pinjaman BRI juga tercatat tumbuh positif. Rinciannya, segmen mikro tercatat tumbuh 10,9 persen secara yoy menjadi Rp 611,2 triliun, segmen consumer tumbuh 13,4 persen secara yoy menjadi Rp 190,0 triliun, segmen kecil dan menengah tumbuh 8,6 persen secara yoy menjadi Rp 267,5 triliun, serta segmen korporasi tumbuh 13,8 persen secara yoy menjadi Rp 197,7 triliun.

Secara total, portofolio kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) BRI mencapai 84,4 persen dari total penyaluran kredit BRI atau setara Rp 1.068,7 triliun.

Keberhasilan BRI dalam meningkatkan portofolio kredit UMKM tak terlepas dari akselerasi sumber pertumbuhan baru melalui integrasi ekosistem ultramikro. Hingga akhir Desember 2023, jumlah nasabah holding ultramikro tercatat mencapai 37,3 juta peminjam.

Keberhasilan BRI Group mengintegrasikan nasabah di segmen ultramikro turut berdampak terhadap penurunan jumlah nasabah yang belum mendapatkan akses keuangan formal.

Keberhasilan holding ultramikro tersebut juga dibagikan Sunarso di World Economic Forum 2024. Salah satunya adalah pemberdayaan pelaku usaha perempuan di segmen ultramikro oleh PT Permodalan Nasional Madani (PNM) yang mampu menyalurkan Rp 41,6 triliun kepada 15 juta pelaku usaha wanita melalui program PNM Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar).

Angka tersebut bahkan lebih cemerlang jika dibandingkan Grameen Bank, yakni lembaga pembiayaan asal Bangladesh yang menerima Nobel Perdamaian pada 2006.

Secara akumulasi, Grameen telah menyalurkan pinjaman kepada 10,5 juta orang. Seperti PNM, mayoritas nasabah lembaga tersebut merupakan kalangan perempuan, yakni sekitar 97 persen.

“PNM pantas mengklaim dirinya sebagai group lending terbesar di dunia,” kata Sunarso.

Keberhasilan itu, kata dia, merupakan salah satu wujud komitmen BRI Group dalam memberdayakan perempuan prasejahtera (underprivileged women) dan sekaligus mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya yang terkait dengan kesetaraan gender.

Lebih dari itu, BRI juga mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkan. Tercatat, non-performing loan (NPL) BRI terkendali di level 2,95 persen dengan NPL Coverage sebesar 229,09 persen hingga akhir Desember 2023.

Sementara itu, loan at risk (LAR) BRI tercatat sebesar 13,8 persen pada akhir Desember 2023. Angka ini menurun signifikan jika dibandingkan LAR BRI pada September 2020 saat kasus Covid-19 meninggi. Kala itu, LAR BRI juga mencapai posisi tertinggi, yakni 29,8 persen.

“Kemampuan BRI dalam mengelola NPL di bawah 3 persen membuktikan bahwa prinsip risk management telah dijalankan dengan baik oleh BRI. Terlebih, mayoritas portofolio BRI berada pada segmen UMKM”, tambah Sunarso.

Kemudian, dari sisi DPK, BRI berhasil menghimpun Rp 1.358,3 triliun atau tumbuh 3,9 persen secara yoy hingga akhir Desember 2023.

Pencapaian tersebut juga lebih baik jika dibandingkan DPK industri perbankan nasional yang tumbuh 3,8 persen secara yoy pada akhir Desember 2023.

Penghimpunan DPK BRI masih didominasi oleh dana murah (CASA) dengan persentase mencapai 64,4 persen atau setara dengan Rp 874,1 triliun.

Sunarso melanjutkan, di tengah ketatnya likuiditas perbankan nasional yang merupakan dampak dari era suku bunga yang tinggi, BRI berhasil menjaga rasio likuiditas pada level yang memadai.

Tercatat, LDR BRI mencapai 84,2 persen pada akhir Desember 2023. Selain itu, BRI juga mampu menjaga rasio kecukupan modal (CAR) di level memadai, yakni sebesar 27,3 persen.

“Dengan kondisi likuiditas dan permodalan yang memadai, perseroan masih memiliki ruang untuk tumbuh lebih baik pada 2024,” tambah Sunarso.

Makin efisien berkat digitalisasi

Dari sisi operasional, perseroan juga mampu meningkatkan efisiensi operasionalnya. Hal ini tecermin dari rasio cost to income ratio (CIR) yang membaik ketimbang 2023.

CIR BRI tercatat pada angka 41,9 persen pada Desember 2023 atau lebih baik jika dibandingkan CIR pada akhir Desember 2022 yang sebesar 47,4 persen.

Menurut Sunarso, peningkatan efisiensi yang dilakukan oleh perseroan tak terlepas dari transformasi digital yang terus dijalankan.

“Keberhasilan transformasi digital BRI pun terbukti dari kinerja positif BRImo. Saat ini, BRImo telah menjelma sebagai superapps serbabisa yang telah digunakan oleh 31,6 juta pengguna dengan volume transaksi mencapai Rp 4.158 triliun atau tumbuh 55,8 persen secara yoy per Desember 2023,” jelas Sunarso.

Transformasi digital, lanjut dia, juga dilakukan lewat kehadiran AgenBRILink yang mampu memberikan dan menjangkau nasabah secara lebih luas.

Untuk diketahui, BRI memiliki lebih dari 740.000 AgenBRILink dengan volume transaksi mencapai sebesar Rp 1.427 triliun hingga Desember 2023. Angka ini memberikan fee-based income kepada BRI senilai Rp 1,5 triliun.

Sunarso mengatakan, selain memberikan layanan yang lebih efisien bagi BRI, AgenBRILink juga menjadi model bisnis economy sharing.

Para agen bisa mendapatkan penghasilan mencapai 2-3 kali lipat ketimbang yang diterima oleh BRI. Hal ini menjadi salah satu bukti nyata bahwa keberadaan BRI mampu memberikan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat.

Sunarso mengatakan bahwa BRI menatap 2024 dengan penuh optimisme. Perseroan pun terus berupaya untuk merespons berbagai tantangan guna mendukung pertumbuhan bisnis berkelanjutan.

“Inovasi dan eksplorasi sumber pertumbuhan baru yang dilakukan BRI berimplikasi pada bisnis perseroan yang semakin kompleks. Hal ini juga menuntut BRI agar dapat lebih dinamis dan cermat dalam mengoptimalkan peluang bisnis, baik di masa sekarang maupun di masa-masa mendatang,” imbuh Sunarso.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com