Advertorial

Digitalisasi Berbasis Ekosistem untuk Tingkatkan Daya Saing dan Adaptasi Pasar

Kompas.com - 21/02/2024, 17:33 WIB

KOMPAS.com – Digitalisasi memainkan peran kunci dalam pemberdayaan serta membangun keberlanjutan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Salah satu alasan utamanya adalah pemanfaatan teknologi digital mampu menjangkau pelaku usaha secara masif serta meningkatkan kompetensi dan kapasitasnya sekaligus.

Selain itu, teknologi digital juga berperan penting dalam mengefisienkan sistem operasional usaha hingga membukakan akses pasar yang lebih luas bagi para pelaku UMK.

Namun, perjalanan proses digitalisasi UMKM di Tanah Air bukan tanpa hambatan. Hal ini terlihat dari berbagai tantangan yang masih dijumpai di lapangan.

Tantangan tersebut meliputi kekurangan pemahaman yang memadai tentang teknologi digital, ketidakpastian keamanan digital yang menimbulkan kekhawatiran pencurian data, resistansi terhadap perubahan transaksi oleh beberapa pelaku UMKM, serta kesulitan memahami dan mengikuti regulasi terkait teknologi digital.

Berdasarkan hasil temuan riset dari BRI Research Institute (BRIRIns) dengan UK Embassy pada 2023, indeks digitalisasi UMKM disebutkan hanya sebesar 48,7 persen.

Padahal, tingkat penetrasi internet masyarakat Indonesia relatif tinggi, yakni mencapai 75 persen.

Fenomena tersebut seakan mengindikasikan bahwa tingkat kepemilikan alat dan penggunaan internet yang tinggi masih belum dibarengi dengan pemanfaatan layanan digital untuk operasional bisnis UMKM.

Dalam rangka mengurai permasalahan tersebut, diperlukan sinergi dari sejumlah pihak untuk membantu meningkatkan kesadaran, memberikan pelatihan yang memadai, dan mengembangkan strategi digital yang sesuai dengan kebutuhan bisnis segmen UMKM.

Ekonomi digital Indonesia

“Di balik musibah pasti ada hikmah”. Kalimat ini rasanya sangat tepat untuk menggambarkan fenomena yang terjadi pada saat ini.

Seperti diketahui, seluruh dunia sempat mengalami masa sulit akibat pandemi Covid-19 pada 2020 hingga 2022.

Kondisi itu seakan menjadi pukulan telak kepada masyarakat karena aktivitas ekonomi dan sosial jadi terbatas. Belum lagi jumlah korban jiwa yang timbul akibat paparan virus tersebut sangat banyak.

Namun, di sisi lain, Covid-19 juga memberikan dampak positif, yakni menjadi katalisator untuk mempercepat transformasi digital dan membuat masa depan datang lebih cepat dari yang dibayangkan.

Laporan e-Conomy SEA 2023 mengungkapkan, nilai industri digital Indonesia telah tumbuh secara signifikan dalam 4 tahun terakhir.

Angka tersebut tumbuh dari 41 miliar dollar AS pada 2019 menjadi 82 miliar dollar AS pada 2023. Pertumbuhan ini pun diperkirakan akan meningkat menjadi 109 miliar dollar pada 2025.

Dalam laporan tersebut, beberapa sektor ekonomi yang berkontribusi besar dalam industri digital meliputi transportasi dan makanan, perjalanan online, media online, dan e-commerce.

Tingginya pertumbuhan penggunaan digital dalam aktivitas ekonomi masyarakat juga tercermin dari kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital 2023 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI).

Dalam 3 tahun terakhir, perkembangan penggunaan uang elektronik dan digital banking tercatat melesat secara signifikan.

Pertumbuhan tersebut mencerminkan bahwa terjadi perubahan perilaku masyarakat yang semakin digital.

Tren itu juga tak terlepas oleh perilaku UMKM yang mulai memanfaatkan teknologi digital dalam menjalankan usahanya.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mengungkapkan, sebanyak 20,9 juta UMKM di Indonesia telah terdigitalisasi hingga 2022.

Capaian itu akan terus ditingkatkan agar target pemerintah dalam mendigitalisasi 30 juta UMKM pada 2024 dapat terealisasi.

Jika melihat kecenderungan komposisi jumlah penduduk Indonesia, terlihat bahwa usia proporsional di masa depan akan didominasi oleh usia produktif, yakni pada usia 15-65 tahun.

Melalui penetrasi internet yang semakin masif dan literasi digital semakin meningkat, dalam 10 tahun ke depan, potensi kemunculan pelaku UMKM baru yang berbasis online (e-commerce) dengan dukungan platform berskala lokal pun bisa semakin besar.

Pemberdayaan terintegrasi

Perubahan demografi dan tingkat literasi digital turut mendorong upaya transformasi pemberdayaan yang merujuk pada inovasi.

Hal itu pun penting untuk digalakkan agar kemampuan ataupun kompetensi pelaku UMKM di era modern dapat terus meningkat.

Pemberdayaan sering kali juga melibatkan transfer pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam membuat keputusan hingga mengelola sumber daya yang dimiliki.

Selain itu, pendekatan holistik program pemberdayaan yang disesuaikan dengan kebutuhan UMKM juga menjadi kunci penting dalam mengurai kompleksitas permasalahan pengembangan usaha mikro.

Melalui percepatan digitalisasi, proses literasi mampu menjangkau lebih luas pelaku usaha mikro dan memberi banyak manfaat, termasuk efisiensi operasional, meningkatkan produktivitas, memperluas jangkauan pasar, serta meningkatkan daya saing.

Hingga akhir 2023, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI sebagai bank yang terus berkomitmen kepada UMKM telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi.

Adapun konsep revitalisasi tenaga pemasar mikro (mantri) yang menjadi financial advisor dengan konsep penguasaan ekosistem suatu wilayah menjadi backbone pelaksanaan program-program pemberdayaan yang dimiliki BRI miliki,

Program pemberdayaan dari BRI sendiri terdiri dari Desa BRILiaN, Klasterku hidupku, Figur Inspiratif Lokal (FIL), hingga Linkumkm selaku platform pemberdayaan online.

Desa BRILiaN adalah program pemberdayaan berbasis ekosistem desa dengan empat pilar utama sebagai kunci sukses indikator pemberdayaan, yakni sustainability, digitalisasi, inovasi, dan optimalisasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).

Program yang dimulai sejak 2020 tersebut tercatat sudah mencetak lebih dari 3.100 desa sejahtera. Hal ini ditandai dengan peningkatan ekonomi masyarakat melalui inklusi dan literasi keuangan masyarakatnya.

Sementara, Klasterkuhidupku adalah program pemberdayaan yang fokus kepada kelompok usaha.

Melalui program itu, BRI sudah membina sebanyak lebih dari 23.200 kelompok usaha mikro.

BRI juga memberi pelatihan dan bantuan sarana prasarana produktif kepada lebih dari 1.800 kepada kelompok usaha sebagai upaya mendorong kapasitas serta kapabilitas kelompok usaha mikro agar lebih tangguh.

Kemudian, FIL merupakan program penguatan kepada pihak-pihak yang memiliki keahlian tertentu melalui pelatihan dan sertifikasi agar mampu menjadi pendamping pelaku UMKM.

Melalui program FIL, BRI berupaya memberikan one stop solution kepada pelaku usaha mikro, tidak hanya di bidang keuangan, tapi juga non-keuangan sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM.

Saat ini, lebih dari 890 FIL sudah mendapatkan sertifikasi pendamping UMKM.

Selanjutnya, Linkumkm adalah platform pemberdayaan online yang menyediakan berbagai modul pelatihan hingga self-assessment scoring agar UMKM naik kelas.

Pengembangan platform tersebut bertujuan untuk membawa UMKM Indonesia naik kelas melalui rangkaian program pemberdayaan terpadu.

Tingginya penetrasi internet pun menjadi modal dasar masyarakat untuk lebih mudah mengakses Linkumkm secara online.

Dalam kurun waktu 3 tahun, jumlah pelaku UMKM yang memanfaatkan pemberdayaan melalui platform tersebut mencapai lebih dari 6,1 juta pengguna.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, keberagaman jenis pemberdayaan yang BRI miliki menjadi bukti nyata komitmen perusahaan untuk selalu memberikan solusi terhadap pengembangan ekosistem UMKM, khususnya segmen mikro dan ultramikro.

Pada level ultramikro, contohnya, BRI melalui aplikasi Senyum mobile mencoba menjembatani tiga entitas membentuk ekosistem layanan yang terintegrasi.

Selain itu, dalam mendorong digitalisasi kelompok ultramikro, BRI juga mengembangkan AgenBRILink Mekaar yang mampu mendorong inklusi dan literasi keuangan digital pada segmen tersebut.

“BRI memiliki konsep pemberdayaan UMKM secara end-to-end, yakni pemberdayaan dari fase dasar hingga pengembangan platform berbasis digital yang mampu menjadi solusi pengembangan ekosistem UMKM. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa UMKM mempunyai daya saing dan mampu beradaptasi dengan pasar,” ujar Supari.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com