Advertorial

Atasi Masalah Sampah dan Jaga Kelestarian Lingkungan, Program BRI Peduli “Yok Kita Gas’’ Sukses Dijalankan di 40 Kota

Kompas.com - 22/02/2024, 14:39 WIB

KOMPAS.com – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI melalui program tanggung jawab sosial lingkungan atau corporate social responsibility (CSR) melakukan berbagai inisiatif dalam mengatasi persoalan sampah. Salah satunya dilakukan lewat program BRI Peduli “Yok Kita Gas”.

Sejak digulirkan pada 2021, program tersebut telah dilaksanakan di 41 lokasi yang terdiri atas 5 pasar tradisional dan 36 lingkungan masyarakat.

Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto menjelaskan, BRI Peduli “Yok Kita Gas” memberikan dampak, baik dari sisi sosial, ekonomi, maupun lingkungan, bagi masyarakat di berbagai wilayah secara nyata.

“Hal itu sejalan dengan komitmen BRI dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang tersirat pada Pilar Pembangunan Sosial, Pilar Pembangunan Ekonomi, dan Pilar Pembangunan Lingkungan,” jelas Catur dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (22/2/2024).

Dari sisi sosial, masyarakat mendapat manfaat berupa edukasi tentang pengelolaan sampah serta pelatihan-pelatihan, seperti pelatihan pengelolaan sampah, pembuatan laporan, pembukuan, manajemen sumber daya manusia (SDM), dan pemakaian alat-alat pengelolaan sampah.

“Sebanyak 3.065 pedagang pasar di berbagai wilayah telah mengikuti sosialisasi tentang bank sampah dan pengelolaan sampah di pasar,” ucap Catur.

Dari sisi lingkungan, program BRI Peduli memberikan edukasi mengenai pemilahan sampah, baik organik maupun anorganik. Adapun sampah anorganik dapat diolah kembali menjadi barang-barang bernilai ekonomis.

Dalam mendukung pengelolaan sampah, BRI telah menyalurkan 173 unit bak magot komunal dan 50 unit kandang black soldier fly (BSF).

“Hingga kini, sudah terkumpul 236.153 kg sampah organik dan 471.323 kg sampah anorganik di bank sampah. Selain itu, sebanyak 6.921,5 kg magot terjual dan 34.739.868 kg CO2e (emisi) karbon tereduksi melalui bank sampah,” papar Catur.

Hingga kini, sudah terkumpul 236.153 kg sampah organik dan 471.323 kg sampah anorganik di bank sampah lewat program BRI Peduli Yok Kita Gas. Dok. BRI Hingga kini, sudah terkumpul 236.153 kg sampah organik dan 471.323 kg sampah anorganik di bank sampah lewat program BRI Peduli Yok Kita Gas.

Kemudian, dari sisi ekonomi, program tersebut berhasil mengubah cara pandang masyarakat tentang pengelolaan sampah jadi uang.

Sampah anorganik akan dicacah menggunakan alat pencacah sampah yang disediakan BRI. Setelah dicacah, sampah dijual kepada pengumpul sampah. Masyarakat pun memperoleh tambahan pendapatan.

“Tercatat, total tabungan masyarakat yang melakukan penukaran sampah menjadi uang di bank sampah mencapai Rp 104.420.916 dengan jumlah nasabah terdaftar sebanyak 8.699 orang,” kata Catur.

Upaya nyata mengatasi perubahan iklim

Catur menjelaskan, BRI Peduli “Yok Kita Gas” merupakan program pengelolaan sampah terpadu yang mengoptimalkan lahan dan sumber daya yang dimiliki secara berkelanjutan.

Pada akhirnya, gerakan itu dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, menciptakan energi bersih dan terjangkau, serta membantu penanganan perubahan iklim.

“Sampah yang dibuang diharapkan dapat dikelola serta dimanfaatkan menjadi energi listrik, didaur ulang menjadi industri kertas, dan dimanfaatkan untuk campuran aspal serta bahan baku plastik. Sementara, sampah organik bisa dikelola menjadi kompos atau sumber energi listrik,” tambah dia.

Dalam pelaksanaannya, BRI Peduli “Yok Kita Gas” diimplementasikan dalam dua bentuk, yaitu melalui “Yok Kita Gas” di pasar tradisional dan di lingkungan masyarakat (stand alone location).

Untuk implementasi di lingkungan masyarakat, pelaksanaan program dilakukan di lokasi bank sampah atau tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) yang telah dikelola oleh masyarakat, baik di kota maupun desa, dengan kepadatan penduduk tinggi.

Khusus pasar tradisional, program itu telah dilakukan di lima pasar tradisional yang memiliki peringkat terbaik dalam program pasar.id. Pasar ini berlokasi di Bandung, Semarang, Surabaya, Malang, dan Denpasar.

“Kami menyadari bahwa pasar merupakan salah satu sarana publik tempat aktivitas ekonomi masyarakat berlangsung. Aktivitas ini menimbulkan sampah setiap hari. Oleh karena itu, kami mengajak pedagang serta masyarakat yang beraktivitas di pasar untuk menjaga kebersihan lewat pemilahan dan pengolahan secara tepat,” imbuh Catur.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com