Advertorial

Mengenal Kelawi, Desa BRILiaN Hijau 2023 yang Unggul Berkat Inovasi Berkelanjutan

Kompas.com - 24/02/2024, 16:56 WIB

KOMPAS.com – Di balik deretan perbukitan di ujung selatan Pulau Sumatra, terdapat sebuah desa yang berhasil melakukan inovasi dan keberlanjutan dalam mengembangkan pariwisata lokal. Desa tersebut adalah Desa Kelawi yang terletak di Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

Desa yang baru dimekarkan pada 2000 itu memiliki banyak potensi alam, ekonomi, dan wisata. Bahkan, kini, Desa Kelawi sudah cukup ramai dan dikenal oleh para pelancong karena keelokan salah satu pantainya, yakni Pantai Minang Rua.

Dengan garis pantai cukup panjang, yakni 9,8 km, Desa Kelawi pun memiliki potensi wisata bahari yang beragam.

Selain Pantai Minang Rua yang eksotis, Desa Kelawi juga memiliki Green Canyon, Taman Bawah Laut, Air Terjun Jamara, Air Terjun Khaja Saka, Batu Alif, dan Goa Lalay. Lalu, ada pula jumping spot yang dapat memacu adrenalin para pelancong penggemar wisata ekstrem.

Seluruh wisata bahari di Desa Kelawi dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kelawi Mandiri bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).

Daya tarik agrowisata Desa Kelawi juga kuat. Desa ini terkenal akan varietas alpukat dan pisang yang telah memiliki hak paten dan sertifikasi. Alpukat sendiri tengah difokuskan untuk menjadi produk andalan desa sekaligus destinasi agrowisata setempat lantaran permintaan di pasaran tinggi.

Untuk memaksimalkan potensi itu, BUMDes Kelawi Mandiri memaksimalkan program “1 KK (Kepala Keluarga), 2 Pohon Alpukat”.

“Lewat program itu, setiap keluarga diminta untuk menanam dua bibit alpukat. Untuk membantu pembibitan, desa menyediakan green house sendiri. Budi daya alpukat kami lakukan secara masif agar bisa mencukupi kebutuhan pasar,” ujar Ketua BUMDes Kelawi Mandiri Rian Haikal dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (24/2/2024).

Tak hanya alpukat dan pisang, olahan pisang dan teri juga jadi produk andalan Desa Kelawi. Keduanya pun turut dimaksimalkan potensinya oleh pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Desa Kelawi agar semakin berdampak positif bagi perekonomian desa.

Guna memudahkan transaksi di setiap destinasi wisata dan tenant UMKM, Desa Kelawi mengadopsi digitalisasi. Contohnya, penerapan metode pembayaran nontunai QRIS.

“Dengan digitalisasi, pemilik usaha bisa melihat ringkasan transaksi keuangan secara mudah. Mereka juga dapat melihat berapa uang yang sudah masuk dan keluar, serta berapa sisa uang yang tersimpan,” ungkapnya.

Manfaatkan bank sampah

Dengan berbagai pengembangan potensi dan inovasi, Desa Kelawi dianugerahi penghargaan sebagai Desa BRILiaN Hijau 2023. Potensi wisata itu pun dimaksimalkan oleh masyarakat yang juga pelaku UMKM guna mendorong roda perekonomian. Beberapa UMKM yang terdapat di Desa Kelawi adalah UMKM camilan ikan teri dan kerajinan yang dihasilkan dari bank sampah.

“Desa Kelawi bekerja sama dengan BRI untuk mengatasi masalah sampah dengan menghadirkan bank sampah. Melalui bank sampah, sampah-sampah plastik dari laut dikembangkan,” tuturnya.

Berkat kerja sama tersebut, giat ekonomi masyarakat Desa Kelawi pun bertambah. Selain itu, penyediaan bank sampah pada akhirnya dapat mendorong kebersihan, keamanan, dan kenyamanan Desa Wisata Kelawi.

“Jadi dari mengolah sampah, ada penambahan ekonomi dari bank sampah dan hasilnya masuk ke rekening masing-masing nasabah bank sampah serta langsung ditabung di BRI,” imbuh Rian.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menerangkan, Desa BRILiaN merupakan program pemberdayaan desa yang diinisiasi oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) atau BRI. Program ini bertujuan untuk menciptakan desa-desa percontohan dalam pengembangan desa yang dipelopori oleh BRI sebagai agen pembaharu.

Hingga akhir 2023, sebanyak 3.178 desa telah mendapatkan pemberdayaan melalui program Desa BRILiaN.

Program Desa BRILiaN fokus pada pemberdayaan desa secara menyeluruh dengan empat pilar utama yang menjadi indikator kesuksesan upaya tersebut. Keempat pilar tersebut adalah keberlanjutan (sustainability), digitalisasi, inovasi, dan optimalisasi BUMDes, menjadi kunci sukses dalam mencapai tujuan program ini.

“BRI memiliki konsep pemberdayaan UMKM secara end to end, yakni pemberdayaan dari fase dasar hingga pengembangan platform berbasis digital yang mampu menjadi solusi pengembangan ekosistem UMKM. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa UMKM mempunyai daya saing dan mampu beradaptasi dengan pasar,” jelas Supari.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com