Advertorial

Direktur ADB hingga Peneliti Harvard University Akan Bicara Soal Inklusi Keuangan di BRI Microfinance Outlook 2024

Kompas.com - 05/03/2024, 14:55 WIB

KOMPAS.co – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI akan menyelenggarakan BRI Microfinance Outlook 2024 pada Kamis (7/3/2024).

Mengusung tema “Strengthening Financial Inclusion Strategy: Microfinance Role in Increasing Sustainable and Inclusive Economic Growth”, BRI sebagai bank dengan portofolio usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terbesar di Indonesia berkomitmen untuk terus mendorong inklusi keuangan demi pembangunan ekonomi negara.

Acara tersebut dijadwalkan akan dihadiri Asian Development Bank (ADB)’s Country Director for Indonesia Jiro Tominaga. Ia akan berbicara mengenai “Fostering Inclusive Growth Worldwide: Strategies for Equal Economic Opportunities.

Jiro akan membahas program dan kebijakan yang berhasil mewujudkan perekonomian inklusif dalam skala global. ADB sendiri memiliki visi mendorong inklusi keuangan di negara-negara Asia. Visi ini sejalan dengan pembahasan pada BRI Microfinance Outlook 2024.

Pembicara selanjutnya, Research Affiliate at Harvard University Beatriz Armendariz, akan mengupas topik “Global Inclusive Development: Theoretical Perspectives and Frameworks”. Beatriz akan membahas kontribusi keuangan mikro terhadap pertumbuhan berkelanjutan yang inklusif.

Beatriz sendiri merupakan peneliti yang berfokus pada ekonomi pembangunan, keuangan internasional, dan ekonomi mikro, termasuk keuangan mikro. Selain menjadi Research Affiliate at Harvard University, ia juga menjadi Associate Professor of Economics di University College London.

Pada tahun ini, BRI Microfinance Outlook 2024 mengusung tema terkait inklusi keuangan karena dalam tiga dekade terakhir sejak 1993, Indonesia telah berada dalam kelas negara berpendapatan menengah. Gill & Kharas (2007) menyebut kondisi ini sebagai jebakan pendapatan menengah/middle income trap.

Kegagalan suatu negara berpendapatan menengah untuk menuju negara berpendapatan tinggi dapat dilihat pada sejumlah aspek pembangunan yang cenderung mandek.

Berdasarkan laporan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) pada 20203, aspek tersebut di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang stagnan pada kisaran 5 persen per tahun dan pertumbuhan kredit per tahun yang tidak pernah lebih dari 15 persen.

Kemudian, rasio penerimaan pajak terhadap produk domestik bruto (PDB) yang relatif rendah, kontribusi industri yang cenderung menurun, dan tingkat kemiskinan ekstrem yang persisten di angka 1,7 persen.

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa karena peran krusial inklusi keuangan tersebut, perseroan menetapkan visi untuk menjadi "The Most Valuable Banking Group In Southeast Asia & Champion of Financial Inclusion" pada 025.

“Salah satu visi Champion of Financial Inclusion’ ini dimiliki BRI karena perusahaan memandang pentingnya peningkatan inklusi keuangan dilakukan agar kesejahteraan masyarakat, terutama pelaku UMKM dapat meningkat dalam hitungan tahun,” ujarnya.

Melalui visi tersebut, BRI sebagai grup perbankan berupaya menjadi institusi jasa keuangan yang berperan dalam peningkatan serta perluasan nilai bagi seluruh lapisan masyarakat. Penciptaan nilai itu bukan hanya dari sisi ekonomi, melainkan juga berupa kontribusi sosial terhadap lingkungan.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com