Advertorial

Hari Hutan Internasional 2024, Pupuk Kaltim Tanam 612.180 Pohon lewat Program Community Forest

Kompas.com - 24/03/2024, 21:38 WIB

KOMPAS.com – Peringatan Hari Hutan Internasional yang jatuh setiap tanggal 21 Maret, biasanya selalu digagas dengan perayaan untuk meningkatkan kesadaran terhadap peran penting hutan bagi kehidupan masa kini dan generasi mendatang.

Berkaitan dengan itu, setiap negara pun didorong untuk menginisiasi program berskala lokal atau nasional yang berhubungan dengan pelestarian hutan dan pohon.

Tahun ini, “Forest and Innovations: New Solutions for a Better World” dipilih sebagai tema utama peringatan Hari Hutan Internasional. Tema tersebut mengingatkan bahwa peperangan melawan deforestasi membutuhkan inovasi lebih.

Restorasi ekosistem, termasuk upaya-upaya melawan deforestasi secara signifikan, dinilai berkontribusi langsung pada mitigasi iklim dan penguatan ketahanan pangan secara tidak langsung.

Untuk itu, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) menilai bahwa upaya untuk pelestarian alam dan lingkungan, termasuk hutan, menjadi salah satu hal utama dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan.

Pupuk Kaltim sebagai pelopor transformasi hijau industri petrokimia di Indonesia konsisten mengupayakan pemberdayaan hutan sebagai bagian dari penerapan prinsip environment social and governance (ESG).

Sejak 2022, Pupuk Kaltim menginisiasi program Community Forest. Program ini bertujuan untuk melakukan penanaman pohon untuk mendukung pencapaian target net zero emission (NZE) pemerintah Indonesia pada 2060.

Direktur Utama Pupuk Kaltim Budi Wahju Soesilo mengatakan, sesuai target yang telah ditetapkan sejak awal program dimulai, Community Forest diharapkan mampu mengurangi emisi karbon hingga 32,5 persen.

“Hingga 2030 mendatang, program tersebut ditargetkan bisa menanam 10 juta pohon. Selain penanaman pohon, program Community Forest Pupuk Kaltim juga menitikberatkan pada upaya kolaborasi dengan banyak pihak,” ujar Soesilo dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (23/3/2024).

Jumlah pohon yang ditanam lewat program Community Forest sudah mencapai 612.180 pohon dan tersebar di lima provinsi di Indonesia, yakni Kalimantan Timur (Kaltim), Jawa Barat (Jabar), Sumatera Barat (Sumbar), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua Barat. Dok. Pupuk Kaltim Jumlah pohon yang ditanam lewat program Community Forest sudah mencapai 612.180 pohon dan tersebar di lima provinsi di Indonesia, yakni Kalimantan Timur (Kaltim), Jawa Barat (Jabar), Sumatera Barat (Sumbar), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua Barat.

Seperti diketahui, lanjut Soesilo, upaya melawan deforestasi tidak bisa dilawan sendirian, tapi diperlukan kerja-kerja kolektif bahu-membahu atau kolaborasi.

Kolaborasi yang dimaksud memang sudah dirintis Pupuk Kaltim sejak Community Forest berawal, mulai dari berkolaborasi dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI), Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), komunitas petani, hingga Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Taman Nasional Kutai (TNK).

Secara keseluruhan, kini, jumlah pohon yang ditanam lewat program Community Forest sudah mencapai 612.180 pohon dan tersebar di lima provinsi di Indonesia, yakni Kalimantan Timur (Kaltim), Jawa Barat (Jabar), Sumatera Barat (Sumbar), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua Barat.

“Total wilayah penanaman mencapai 288 hektar (ha) dengan berbagai jenis tanaman, seperti mangga, nangka, durian, alpukat, sirsak, dan mangrove. Ada pula Beberapa tanaman buah langka, seperti matoa, bisbul, menteng , dan gandaria. Program penanaman juga berkolaborasi dengan Taman Nasional Kutai dengan menanam 700.700 tanaman langka endemik,” terang Soesilo.

Inovasi yang dilakukan Pupuk Kaltim untuk memerangi deforestasi hutan tidak berhenti Community Forest belaka. Perusahaan ini juga memberikan edukasi terhadap upaya pemeliharaan pohon dan memberdayakan masyarakat atau komunitas di sekitar area penanaman agar menggali manfaat dari pohon tersebut di masa depan.

Oleh karena itu, Pupuk Kaltim mengawinkan program Agrosolution dan Mari Kita Majukan Usaha Rakyat (Makmur) dengan Community Forest.

Nantinya, petani dan masyarakat sekitar akan diberikan pendampingan tentang bagaimana cara merawat, mengolah, serta memasarkan hasil dari pohon yang telah ditanam.

“Kami tidak ingin program Community Forest hanya terhenti di proses menanam saja karena justru yang terpenting adalah bagaimana program ini bisa berlanjut untuk jangka waktu yang panjang. Apa yang ditanam saat ini tidak semata untuk dinikmati sekarang, tapi yang terpenting adalah bagaimana inovasi ini bisa berkontribusi untuk hutan yang lebih baik di masa depan untuk dinikmati generasi penerus,” ujar Soesilo.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com