Advertorial

Program Pemberdayaan BRI KlasterkuHidupku Berhasil Tingkatkan Produksi Usaha Endog Lewo Garut

Kompas.com - 26/03/2024, 18:01 WIB

KOMPAS.com - Kampung Lewo yang terletak di Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, menjadi saksi dari kegiatan usaha rumahan yang menjadi pemandangan sehari-hari bagi warganya.

Kampung tersebut terkenal sebagai pusat industri rumahan endog lewo–jajanan tradisional khas Garut–yang sering dijadikan oleh-oleh bagi para pengunjung.

Untuk diketahui, endog lewo terbuat dari singkong, tepung tapioka, dan bahan-bahan lainnya. Kudapan ini diolah dengan cara direbus, lalu digoreng hingga renyah.

Aktivitas produksi endog lewo dilakukan di setiap rumah dan menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat setempat.

Ketua Klaster Usaha Endog Lewo, Dadan Nurjaman, mengatakan bahwa usaha rumahan endog lewo merupakan usaha turun-temurun dari generasi ke generasi dan telah berlangsung selama puluhan tahun di Kampung Lewo.

"Sekarang, sudah ada 10 anggota yang bergabung dalam klaster usaha ini. Kami berfungsi sebagai paguyuban untuk saling membantu dalam proses produksi karena semuanya masih dilakukan secara tradisional,” ujar Dadan dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Selasa (26/3/2024)

Dadan menambahkan, sejak dahulu, Kluster Usaha Endog Lewo tidak pernah membeli bahan dari luar daerah. Biasanya, setiap anggota memiliki kebun atau lahan untuk menanam bahan-bahannya sendiri.

Sesuai namanya, produk yang dihasilkan oleh klaster usaha itu berfokus pada endog lewo yang terdiri dari berbagai varian bentuk dan rasa. Variasi bentuknya termasuk yang gepeng, kecil, dan besar, serta dengan bumbu dan bahan yang berbeda-beda. Sementara itu, varian rasanya mencakup yang pedas dan original.

“Kalau yang gepeng ini pakai bumbu bawang irisan yang besar-besar. Sementara, endog lewo yang kecil itu produk jadul yang populer pada 70-an. Sekarang kan trennya yang besar-besar dan renyah, seperti snack ball,” tambah Dadan.

Sampai saat ini, endog lewo yang diproduksi oleh para anggota Klaster Usaha Endog Lewo dipasarkan di sekitar wilayah Garut dan Jawa Barat sebagai makanan khas. Pemasaran dilakukan melalui pasar tradisional dan toko oleh-oleh untuk para wisatawan yang berkunjung ke Garut.

Produksi Endog Lewo Meningkat Berkat KlasterkuHidupku BRI

Pada 2023, program BRI KlasterkuHidupku memberikan harapan baru bagi Klaster Usaha Endog Lewo.

“Awalnya memang inisiatif sendiri mencari informasi untuk mendapatkan bantuan usaha, lalu ada info bantuan dari BRI. Dari situ, kami mulai mendaftarkan klaster usaha ini. Kami kirim proposal, lalu akhirnya ada panggilan dari BRI untuk mendapatkan bantuan,” ujar Dadan.

Produksi endog lewo meningkat hingga 400 kilogram setiap bulan berkat program BRI KlasterkuHidupkuDok. BRI Produksi endog lewo meningkat hingga 400 kilogram setiap bulan berkat program BRI KlasterkuHidupku

Adapun bantuan yang diterima berupa alat-alat yang membantu proses produksi, seperti kompor tekanan tinggi, wajan, mesin penggiling, tabung bakar, wadah cetak, dan mesin adonan.

Dadan mengaku bahwa bantuan tersebut membuat proses produksi jadi lebih lancar sehingga meningkatkan produksi.

Saat ini, lanjutnya, kelompok usaha tersebut dapat memproduksi sekitar 400 kilogram endog lewo setiap bulannya. Tak hanya jumlah produksi, bantuan dari BRI juga berhasil meningkatkan pendapatan anggota klaster.

Selain bantuan alat-alat produksi, Klaster Usaha Endog Lewo juga mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai bazar dan pameran yang diselenggarakan oleh BRI, seperti Pesta Rakyat Simpedes.

Dengan demikian, kelompok usaha tersebut dan produk-produknya dapat semakin dikenal oleh masyarakat.

“Alhamdulillah, berkat bantuan dari BRI ini para anggota semakin semangat melakukan produksi, prosesnya jadi terasa lebih ringan. Harapannya, semoga kerja sama ini bisa terjalin terus dan kami mendapatkan bantuan dari program BRI lainnya untuk meningkatkan usaha kelompok,” ujar Dadan.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menambahkan bahwa program Klaster Usaha "Klasterkuhidupku" memberikan wadah bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk mengembangkan bisnisnya.

Melalui pemberdayaan dan pendampingan, lanjutnya, UMKM dapat mengembangkan produknya dan memperluas usahanya.

"Kami berkomitmen untuk terus mendampingi dan membantu pelaku UMKM, tidak hanya dengan modal usaha, tetapi juga dengan pelatihan-pelatihan dan program pemberdayaan lainnya. Semoga kisah sukses Klaster Usaha Endog Lewo Garut ini dapat menjadi inspirasi bagi pelaku UMKM di daerah lain," ujar Supari.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com