Advertorial

DPRD Surabaya Apresiasi Langkah Pemkot Surabaya Perkuat Toleransi Antarumat Beragama

Kompas.com - 26/03/2024, 22:41 WIB

KOMPAS.com – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya mengapresiasi dan mendukung penuh upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam memperkuat nilai toleransi antarumat beragama di Surabaya. Salah satunya, dengan memberikan ruang khusus perayaan keagamaan.

“Saya merasa, Pemkot Surabaya sudah menghadirkan kesetaraan bagi setiap pemeluk agama dengan menggelar perayaan-perayaan. Itu menunjukkan kesadaran toleransi yang tinggi,” kata Wakil Ketua DPRD Surabaya Thony dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (26/3/2024).

Menurutnya, Pemkot Surabaya secara konsisten bersinergi dengan berbagai pihak untuk merespons kegundahan masyarakat terkait toleransi. Kini, pendirian rumah ibadah tidak lagi menjadi polemik.

“Bahkan, sekarang sudah ada kemudahan, tidak seperti dulu. Hal ini menunjukkan bahwa Pemkot memberi kesempatan yang sama dalam membangun tempat ibadah,” ucap Thony.

Untuk menjaga keharmonisan di tengah kemajemukan dalam bermasyarakat, Pemkot Surabaya membangun Kampung Pecinan Kembang Jepun, dan Ampel yang berada di wilayah Surabaya Utara.

Di kawasan tersebut, seluruh masyarakat dari berbagai latar belakang, mulai dari etnis Jawa, Madura, Tionghoa, hingga Arab, hidup berdampingan.

“Meski berbeda etnis dan keyakinan, warga setempat tetap hidup berdampingan dan saling menghormati. Bahkan, terdapat sejumlah rumah ibadah yang berjarak tak lebih dari 1 km di kawasan tersebut. Rumah ibadah itu meliputi klenteng, gereja, masjid, dan wihara,” jelas Thony.

Sebagai bentuk sikap saling menghormati, lanjut dia, Pemkot Surabaya kerap memasak ornamen pada setiap perayaan hari besar keagamaan, misalnya saat Natal dan Imlek.

“Di Balai Kota, Alun-alun Surabaya, Jembatan Sawunggaling, trotoar depan monumen Bambu Runcing, serta di sejumlah lokasi dan jalan-jalan utama Kota Surabaya dipasang sejumlah ornamen yang melambangkan kerukunan beragama,” cerita Thony.

Dalam rangka Hari Raya Nyepi 1 Saka 1946, misalnya, Pemkot Surabaya juga menggelar pawai ogoh-ogoh di kawasan Balai Kota Surabaya, Minggu (10/3/2024). Ogoh-ogoh itu diarak melalui sejumlah jalan, mulai dari Jalan Wali kota Mustajab, Jalan Sedap Malam, Jalan Jimerto, hingga Jalan Jaksa Agung Suprapto.

“Capaian itu tidak hanya (sebagai hasil) kerja keras dari Pemkot, tetapi juga Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB),” kata Thony.

Thony optimistis, penghargaan yang diberikan pemerintah kepada setiap pemeluk agama dapat menjadi investasi bagi Kota Surabaya. Sebab, kegiatan itu mampu menghadirkan dampak berkesinambungan, baik pada aspek sosial, budaya, maupun perekonomian masyarakat.

“Sebagai pemerintah, Pemkot Surabaya wajib mengayomi seluruh warganya,” tegas dia.

Politikus Partai Gerindra itu berharap, perayaan peringatan hari raya keagamaan bisa konsisten digelar oleh Pemkot Surabaya.

“Upaya itu perlu diteruskan dan dievaluasi sehingga bisa lebih baik lagi,” ucap Thony.

Dia meyakini, langkah Pemkot juga sejalan dengan keinginan seluruh warga Surabaya karena menjaga kerukunan antarumat merupakan tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat.

“(Berbagai upaya itu dilakukan) demi terciptanya stabilitas kota dan kerukunan antarumat sehingga masyarakat madani bisa tercapai lebih cepat,” imbuh Thony.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com