Advertorial

Program Pemberdayaan BRI “Klasterku Hidupku” Bantu Kembangkan Peternakan Ayam di Surabaya

Kompas.com - 05/04/2024, 14:03 WIB

KOMPAS.com - Peternak ayam sering mendapat stigma negatif terkait usaha peternakan ayam karena menimbulkan aroma kurang sedap dan kebisingan. Namun stigma negatif ini berhasil dipatahkan oleh kelompok usaha peternakan ayam, Jago Karah Farm (JKF).

Berlokasi di Kelurahan Karah, Kecamatan Jambangan, Surabaya, Jawa Timur (Jatim), JKF lahir dari inisiatif lurah setempat dan empat warga lokal, termasuk Akip sebagai ketua.

Menurut Akip, tujuan utama dari kelompok usaha tersebut adalah membuka lapangan pekerjaan dan juga sebagai bentuk amal ibadah.

Dengan mengusung konsep peternakan ayam yang minim aroma tak sedap, JKF dari awal memang telah merencanakan agar usahanya tidak mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar. Untuk mencapai hal ini, mereka memberikan pakan fermentasi kepada ayam-ayam yang dipelihara.

“Berbeda dari peternakan ayam kebanyakan, JKF yang dibentuk pada 2022 ini mengusung konsep kandang ayam tanpa aroma bau tak sedap. Sebab, di Surabaya sendiri, apalagi di sekitar lingkungan kami, hanya terdapat jalan dan gang sempit padat penduduk saja,” jelas ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (5/4/2024).

Akip menjelaskan bahwa awalnya kelompok usaha yang dipimpinnya hanya terdiri dari 10 anggota.

Nah, ketika ayam-ayam tersebut bertelur kembali, mereka (para warga) wajib mengembalikannya kepada JKF untuk proses pengembangan berikutnya. (Dari) yang awalnya hanya 10 anggota saja, sekarang sudah mencapai 45 peternak yang tergabung ke dalam JKF,” ucap Akip.

Dalam peternakan tersebut, Akip dan rekannya memilih ayam kampung unggulan Balitbangtan (KUB) karena berbagai keunggulan yang dimilikinya, mulai dari pertumbuhan yang cepat hingga produksi telur yang lebih banyak.

Di sisi lain, JKF juga telah sukses menghasilkan berbagai produk yang kini mereka pasarkan sendiri. Mulai dari pakan ayam yang lebih murah, telur, day old chicks (DOC), dan ayam potong untuk dikonsumsi.

“Kami memiliki sejumlah produk yang bisa dijual. Salah satunya adalah ayam bumbu frozen, yang bisa langsung dimasak. Sementara untuk pemasaran sendiri masih di sekitaran Kelurahan Karah dan sekitarnya. Sebab, sumber daya kami juga masih terbatas untuk melakukan pengiriman ke kota-kota lain, apalagi yang berada di luar Pulau Jawa,” ucap Akip.

Berkembang berkat bantuan Klasterku Hidupku dari BRI

Setelah menghadapi tantangan harga pakan ayam yang tinggi, kelompok usaha JKF bisa bernafas lega berkat bantuan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) melalui program Klasterku Hidupku.

JKF menerima bantuan prasarana berupa satu mesin pembuat pelet, mesin pemotong, satu mesin pencacah rumput, empat mesin otomatis telur, mesin pembuat tepung, mesin pengering, dan alat-alat perbaikan kendang.

“Setelah mendapatkan bantuan dari BRI, para peternak kami bisa sedikit tersenyum. Sebab, dari bantuan BRI ini, kami bisa memenuhi kebutuhan pelet buat para peternak dengan harga yang lebih murah dan sesuai kemampuan mereka,” tutur Akip.

Ia mengucapkan terima kasih kepada BRI atas fasilitas yang telah diberikan. Akip berharap agar BRI dapat terus memberikan bantuan dan dukungan sehingga usaha yang digelutinya bisa berkembang lebih baik.

“Dan kalau bisa (BRI) merapat (terus mendukung) untuk mewujudkan berbagai program-program yang kami miliki demi kebaikan masyarakat di sekitar,” imbuhnya.

Menanggapi program pemberdayaan tersebut, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menjelaskan bahwa program Klasterku Hidupku adalah wujud komitmen BRI untuk terus mendampingi dan membantu para pelaku usaha di seluruh Indonesia.

Program tersebut tidak hanya memberikan modal, tetapi juga menyelenggarakan pelatihan dan program pemberdayaan lainnya yang bermanfaat bagi para pengusaha lokal.

“Kami juga berupaya mendorong produktivitas kelompok usaha dengan memberikan bantuan peralatan dan sarana prasarana pendukung. Semoga bantuan yang kami berikan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” ucap Supari.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com