Advertorial

Hunian di Kota Mandiri yang Terjangkau di Barat Jakarta

Kompas.com - 06/04/2024, 15:10 WIB

KOMPAS.com - Keramaian kota mendorong sejumlah individu untuk mencari hunian di lingkungan yang lebih tenang di kota-kota satelit.

Banyak dari mereka, khususnya keluarga muda, memilih untuk tinggal di kota mandiri yang terjangkau dan memiliki akses transportasi publik yang baik agar dapat mencapai pusat perkotaan dengan mudah.

Pembangunan kota satelit di luar pusat kota diharapkan dapat menjadi kota mandiri yang inovatif. Pengembangan wilayah tersebut memerlukan inovasi-inovasi baru agar penduduk dapat tinggal dan bekerja dengan nyaman.

Penyesuaian desain kota mandiri dan bangunan juga penting untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup generasi Z (lahir antara tahun 1996-2010) dan millenial (lahir antara tahun 1981-1995) yang saat ini mendominasi pasar perumahan.

Keberadaan ruang terbuka hijau, lingkungan yang terjaga, dan fasilitas yang lengkap di dalam kota mandiri dianggap krusial untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

“Perubahan gaya hidup setelah pandemi Covid-19 mendorong orang untuk tinggal di luar pusat kota yang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Mereka dapat hidup dan berkarya dengan nyaman tanpa harus tinggal di Jakarta,” ujar Peneliti Pusat Studi Perkotaan Nirwono Joga seperti diwartakan Kompas.id, Rabu (31/1/2024).

Keterbatasan lahan permukiman, sambungannya, juga mendorong para pengembang untuk memanfaatkan lahan secara efisien.

“Permintaan pasar terhadap kawasan permukiman yang dilengkapi dengan ruang terbuka hijau, lingkungan yang sehat, serta fasilitas seperti pusat perbelanjaan, pendidikan, dan rumah sakit semakin meningkat,” tutur Nirwono.

Oleh karena itu, lanjutnya, kawasan permukiman perlu dirancang dengan kualitas yang baik dan fasilitas yang unggul.

Nirwono juga menekankan bahwa pembangunan kawasan permukiman harus sejalan dengan pengembangan transportasi publik. Sayangnya, pembangunan kawasan permukiman saat ini sering kali tidak sinkron dengan pengembangan transportasi publik.

Menurutnya, sebagian besar lahan permukiman yang dikembangkan oleh pengembang cenderung tidak sesuai dengan akses transportasi publik, bahkan jauh dari infrastruktur jalan yang ada.

“(Kondisi ini) hanya akan menimbulkan masalah yang lebih kompleks di masa depan,” imbuhnya.

Harga rumah

Keputusan konsumen untuk membeli rumah di luar pusat kegiatan demi mendapatkan harga yang lebih terjangkau dalam jangka panjang pun memiliki sejumlah konsekuensi.

Konsekuensi tersebut di antaranya adalah menghadapi perjalanan yang lebih panjang ke tempat kerja, kemacetan, biaya bahan bakar minyak yang lebih tinggi, serta dampak negatif terhadap kualitas hidup dan kesehatan mereka.

Untuk mengimbangi pembangunan jaringan jalan tol di kota-kota besar, pemerintah pusat dan daerah perlu memprioritaskan pengembangan layanan transportasi publik. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi kemacetan di jalan tol dengan meningkatkan aksesibilitas ke kawasan perumahan baru.

Salah satu contoh pengembangan kota mandiri yang sedang dilakukan adalah Suvarna Sutera, Kabupaten Tangerang, Banten, yang dikembangkan oleh PT Alam Sutera Realty, Tbk. (Alam Sutera Group).

Kawasan tersebut menjadi alternatif bagi warga Jakarta dan sekitarnya yang ingin tinggal di lingkungan hijau nan asri. Suvarna Sutera menawarkan aksesibilitas yang baik melalui jalan tol Jakarta-Merak melalui Pintu Tol Cikupa atau Pasar Kemis di Km. 31.5.

Selain itu, tersedia pula layanan shuttle bus ke berbagai titik di Jakarta dan Tangerang untuk memudahkan warga yang menggunakan transportasi publik.

Direktur pemasaran dan penjualan PT Delta Mega Persada Henny Meyliana menjelaskan bahwa pihaknya menyediakan 4 rute layanan shuttle bus bagi warga Suvarna Sutera untuk beraktivitas ke Jakarta atau Tangerang.

Awalnya, layanan tersebut disubsidi oleh Suvarna Sutera dengan biaya lebih dari Rp 2 miliar dalam satu tahun. Langkah ini diambil untuk membentuk kebiasaan warga agar beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik.

Strategi tersebut pun membuahkan hasil positif. Seiring waktu berjalan, warga pun bersedia untuk membayar transportasi tersebut secara mandiri. Meski harus membayar Rp 25.000-30.000 per orang, layanan bus tersebut selalu penuh penumpang.

“Ini menunjukkan bahwa terdapat potensi pasar yang besar untuk layanan transportasi publik di Suvarna Sutera,” kata Henny.

Adapun pengembangan Suvarna Sutera telah mencakup pembangunan infrastruktur yang memadai, termasuk jaringan internet bawah tanah, pusat komando keamanan, taman bermain anak, kolam renang, tempat olahraga, serta sistem air dan pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Selain itu, fasilitas komersial, seperti rumah sakit dan area F&B The Flavor Bliss Suvarna Sutera juga sedang dalam proses pengembangan.

Kesuksesan pengembangan infrastruktur dan fasilitas publik di Suvarna Sutera pun menarik perhatian banyak orang untuk tinggal di kawasan tersebut.

Kemudian, kehadiran institusi pendidikan berkualitas, seperti sekolah] Laurensia, membuat Suvarna Sutera menjadi pilihan menarik bagi mereka yang mencari hunian yang nyaman dan berkualitas di perbatasan Jakarta.

Modern dan mewah

Klaster rumah tapak Helios Prime di Suvarna Sutera telah menarik perhatian dengan desain neoklasiknya yang menawan dan spesifikasi yang prima antara lain kunci pintu pintar, 3 CCTV, tinggi plafon 3 meter, roof tank, listrik 3.500 VA dan lainnya.

Kepala Divisi Pemasaran dan Penjualan PT Delta Mega Persada Stephanus menuturkan, desain neoklasik dipilih untuk memberikan kesan modern dan mewah pada rumah-rumah tersebut.

“Saat ini, hanya tersisa 16 unit yang belum terjual dari 101 unit rumah tapak yang dibangun,” jelasnya.

Setiap unit rumah di Helios Prime dilengkapi dengan taman luas yang dirancang secara proporsional dengan bangunan. Fasilitas dapur kotor dan ruang terbuka juga tersedia untuk dinikmati sesuai selera anak muda.

Gerbang klaster Helios Prime dilengkapi dengan automatic barrier gate dengan jalan-jalan yang lebar untuk menambah keamanan dan kenyamanan warganya. Sedangkan untuk olahraga, tersedia Sports Lounge di dalam klaster untuk gaya hidup warganya baik kolam renang dewasa, kolam renang dan taman bermain anak serta ruang serbaguna.

Adapun hunian di Helios Prime dijual mulai dari Rp 2,6 miliar. Mayoritas pembeli adalah penghuni langsung, dengan sebagian besar berasal dari sekitar Tangerang, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Sumatera, dengan usia rata-rata antara 25 hingga 44 tahun.

Henny dan Stephanus mempercayai bahwa minat terhadap rumah tapak masih tinggi. Hal ini pun selaras dengan hasil kuesioner Suvarna Sutera yang menemukan bahwa 39 persen responden memilih rumah tapak sebagai pilihan utama.

Namun, untuk mendukung minat tersebut, infrastruktur yang merata, termasuk transportasi publik, tetap menjadi kebutuhan utama.

Terkait kebutuhan tersebut, pemerintah pusat dan Japan International Cooperation Agency (JICA) telah menandatangani risalah pembahasan penilaian proyek MRT Koridor Timur-Barat fase 1 tahap 1, yang diharapkan akan dimulai pada tahun 2024.

Koridor MRT Timur-Barat itu akan memperluas jangkauan transportasi massal di wilayah tersebut, termasuk di Suvarna Sutera yang akan dilewati dua stasiun MRT.

Selain itu, langkah lain yang dapat diambil untuk mengurai problem ketimpangan akses transportasi massal adalah kolaborasi antara pemerintah daerah, pengembang, dan PT KAI untuk menambah jalur kereta baru serta bus umum.

Dengan menyediakan transportasi publik yang layak, kota-kota mandiri dapat berkembang sehingga dapat memacu perekonomian lokal.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com