Advertorial

Nasabah KUR BRI, Sate Klathak Pak Pong Jadi Primadona Wisata Kuliner saat Mudik Lebaran ke Yogyakarta

Kompas.com - 16/04/2024, 17:28 WIB

KOMPAS.com Bagi yang belum pernah mencicipi sate klathak, nama tersebut mungkin terdengar unik. Pada dasarnya, sate klathak dimasak dengan cara yang sama seperti sate pada umumnya. Yang membedakan adalah penggunaan tusuk sate yang terbuat dari jeruji besi sepeda alih-alih tusuk bambu.

Dengan menggunakan tusuk besi, panas bara api menyebar lebih cepat dan merata sehingga daging menjadi empuk sampai ke dalam. Tak hanya itu, berbeda dengan sate biasa yang manis, sate klathak memiliki cita rasa gurih yang memikat.

Sate Klathak Pak Pong termasuk salah satu wisata kuliner yang melegenda di Yogyakarta. Berawal dari usaha kecil pada 1997 di pinggiran daerah Jejeran, Bantul, Zakiron atau Pak Pong mengembangkan usaha tersebut dengan modal dari program Kredit Usaha Rakyat (KUR) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

“Saya merintis usaha ini pertama kali pada 1997 dengan mengontrak sebuah kios kecil berukuran 6x6 meter di pinggir jalan daerah Jejeran, Bantul, Yogyakarta. Kemudian, untuk mengembangkan usaha kuliner, pada 2000 saya memberanikan diri pinjam modal usaha ke KUR BRI,” ujar Pak Pong dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Selasa (16/4/2024).

Nama "Pak Pong" sendiri berasal dari kata “jempong” dalam bahasa Jawa yang berarti kebiasaan bangun tidur siang. Saat kecil, Zakiron suka “jempong” sehingga dipanggil “Pong” oleh ayahnya. Hal itulah yang menyebabkan masyarakat sekitar lebih mengenal Zakiron sebagai Pak Pong. Dari situ juga, lahirlah nama Sate Klathak Pak Pong.

Meskipun menghadapi gempa pada 2006, Sate Klathak Pak Pong justru mengalami peningkatan popularitas yang signifikan. Banyak media yang gencar memberitakannya sehingga banyak orang yang penasaran untuk mencicipi sate klathak tersebut.

Sate klathak Pak Pong menggunakan tusuk besi sehingga daging lebih empuk.Dok. BRI Sate klathak Pak Pong menggunakan tusuk besi sehingga daging lebih empuk.

“Pada 2010, lewat fasilitas KUR BRI, saya meminjam modal usaha lagi untuk membeli tanah dan mendirikan bangunan permanen untuk Sate Klathak Pak Pong pusat yang beroperasi sampai sekarang,” ujar Pak Pong.

Adapun daging untuk sate klathak itu berasal dari kambing yang disembelih setiap hari oleh Pak Pong sendiri.

“Pada hari-hari biasa, kami bisa menyembelih 20 sampai 30 ekor kambing sehari. Sementara saat akhir pekan dan libur panjang, seperti lebaran, kami bisa menyembelih hingga 40 sampai 50 ekor kambing sehari,” tutur Pak Pong.

Dengan jumlah tersebut, lanjut Pak Pong, omzet yang diraih bisa mencapai Rp 35 juta hingga Rp 50 juta per bulan.

Selain sate klathak, menu favorit para pelanggan adalah krenyos dan tengkleng kambing. Krenyos sendiri merupakan daging sandung lamur kambing yang digoreng dengan bumbu garam dan disantap dengan sambal bawang mentah atau sambal kecap.

Banyak pelanggan yang memesannya sehingga kerap habis lebih cepat. Tempat ini juga menjadi tujuan buka bersama yang populer saat Ramadhan dan menjelang lebaran.

“Mungkin karena di akhir-akhir Ramadhan sudah mulai banyak orang yang mudik ke Yogyakarta sehingga setiap H-5 lebaran Sate Klathak Pak Pong selalu ramai sampai 10 hari setelah lebaran. Tak jarang, omzetnya bisa mencapai Rp 50 juta per bulan,” ujar Pak Pong.

Saking melegendanya, Sate Klathak Pak Pong ini bisa membuat pelanggannya rela mengantre hingga dua jam. Karena tempat duduk yang terbatas, tidak jarang pengunjung harus berdiri menunggu ada kursi yang kosong.

Selain sate klathak, menu favorit para pelanggan adalah krenyos dan tengkleng kambing.Dok. BRI Selain sate klathak, menu favorit para pelanggan adalah krenyos dan tengkleng kambing.

Untuk mengatasi hal tersebut, Sate Klathak Pak Pong menyediakan paket hemat yang cocok dipesan untuk beberapa orang. Paket ini terdiri dari sate klathak, tengkleng, kreyos, gulai, dan menu andalan lain. Dengan paket tersebut, pelanggan tak perlu mengantre berjam-jam untuk memesan menu.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan bahwa program KUR bertujuan meningkatkan dan memperluas akses pembiayaan kepada usaha produktif, meningkatkan kapasitas daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

“BRI mendapatkan kuota penyaluran KUR terbesar pada 2024, yakni Rp 165 triliun. Sepanjang Januari hingga Februari, BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp 27,2 triliun kepada 561.000 debitur. Jika dihitung, penyaluran tersebut sekitar 16,5 persen dari total jatah KUR yang disalurkan BRI tahun ini,” ujar Supari.

Dengan realisasi KUR awal tahun 2024, BRI optimistis bisa mencapai target dari penyaluran KUR tahun ini dengan menerapkan strategi bisnis berkelanjutan.

Adapun pada 2024 strategi bisnis mikro BRI berfokus pada pemberdayaan yang berada di depan pembiayaan. BRI sebagai bank yang berkomitmen kepada UMKM telah memiliki kerangka pemberdayaan mulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com