Advertorial

Bukukan Laba Rp 15,98 Triliun, BRI Cermati Perkembangan Global dan Fokus pada Tantangan Domestik

Kompas.com - 25/04/2024, 13:42 WIB

KOMPAS.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mampu membukukan pertumbuhan laba yang positif di tengah dinamika kondisi ekonomi dan geopolitik global yang penuh dengan tantangan.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama (Dirut) BRI Sunarso dalam Press Conference Kinerja Keuangan BRI Triwulan I-2024 di Jakarta, Kamis (25/4/2024).

Sunarso menjelaskan, hingga akhir triwulan I-2024, BRI berhasil mencetak laba sebesar Rp 15,98 triliun. Hal ini berhasil dilakukan karena perseroan mencermati perkembangan kondisi perekonomian global dan fokus pada tantangan domestik.

“Saat ini, kondisi ekonomi global mengalami ketidakpastian yang tinggi karena The Fed diperkirakan akan lebih lama mempertahankan suku bunga acuannya di level tinggi untuk meredam laju inflasi di Amerika Serikat (AS),’” ujar Sunarso dalam siaran persnya, Kamis.

“Di sisi lain, tensi geopolitik di Timur Tengah yang tengah memanas membuat investor memindahkan asetnya ke safe haven sehingga menekan nilai tukar rupiah terhadap dollar serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),” lanjutnya.

Meskipun demikian, Sunarso mengatakan, BRI akan terus berkomitmen untuk mendukung program pemerintah, khususnya pada pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Salah satu bentuk komitmennya, dengan tetap mendorong penciptaan lapangan pekerjaan khususnya pada segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) melalui penyaluran kredit yang berkualitas.

Hingga akhir Maret 2024, Sunarso menyebut bahwa BRI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 1.308,65 triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,89 persen year-on-year (YoY). Dari penyaluran kredit tersebut, sebesar 83,25 persen atau sekitar Rp 1.089,41 triliun merupakan portofolio kredit untuk segmen UMKM.

Penyaluran kredit tersebut, kata dia, berdampak terhadap peningkatan aset perseroan. Sebab, hingga saat ini, aset BRI tercatat mencapai Rp 1.989,07 triliun atau tumbuh 9,11 persen YoY.

“BRI meyakini pemberdayaan yang terus dilakukan perseroan kepada segmen UMKM memiliki impact terhadap daya tahan ekonomi nasional, mengingat UMKM berperan terhadap 97 persen job creation (penciptaan lapangan kerja) di Indonesia dan menyumbang produk domestik bruto (PDB) di kisaran 61 persen,” ucap Sunarso.

Untuk rinciannya, Sunarso menjelaskan, seluruh segmen pinjaman BRI tercatat tumbuh positif, segmen mikro tumbuh 10,51 persen YoY menjadi Rp 622,61 triliun, sedangkan segmen konsumen tumbuh 11,62 persen YoY menjadi Rp 193,96 triliun.

“Kemudian, untuk segmen kecil dan menengah tumbuh 8,06 persen YoY menjadi Rp 272,85 triliun dan segmen korporasi tumbuh 15,10 persen YoY menjadi Rp 219,24 triliun,” paparnya.

Meskipun mampu mendorong penyaluran kredit tumbuh double digit, perseroan nyatanya tetap mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkannya.

Hingga akhir triwulan I-2024, rasio non-performing loan (NPL) BRI terkendali di kisaran 3,11 persen dengan rasio loan at risk (LAR) yang membaik, dari yang 16,39 persen pada akhir triwulan I-2023 menjadi 12,70 persen di akhir triwulan I-2024.

“Sebagai bank dengan portofolio terbesar di segmen UMKM, NPL di kisaran 3 persen tersebut merupakan bukti nyata bahwa BRI mampu menjaga kualitas kreditnya dengan baik melalui penerapan prinsip risk management yang prudent,” ucap Sunarso.

Dari sisi liabilities, perseroan mampu menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 1.416,21 triliun atau tumbuh 12,80 persen YoY hingga akhir Maret 2024.

Current account savings account (CASA) atau biasa dikenal dengan dana murah masih mendominasi portofolio simpanan dengan pertumbuhan 7,80 persen YoY.

Pertumbuhan CASA ini tak lepas dari aspirasi BRI untuk melakukan transformasi liabilitas melalui penguatan basis pendanaan dengan fokus pada low-cost funding dari CASA yang lebih stabil dan berkelanjutan.

Di tengah ketatnya likuiditas perbankan nasional sebagai dampak dari era suku bunga tinggi, BRI berhasil menjaga rasio likuiditas pada level yang memadai. Hal ini ditandai dengan loan to deposit ratio (LDR) yang mencapai 83,28 persen hingga akhir Maret 2024.

Sementara itu, dari sisi permodalan, BRI juga mampu menjaga rasio permodalan yang kuat dengan capital adequacy ratio (CAR) sebesar 23,97 persen. Dengan kondisi likuiditas dan permodalan yang memadai tersebut, perseroan masih memiliki ruang untuk tumbuh lebih baik.

Selain itu, Sunarso mengatakan, pendapatan fee based income (FBI) atau nonbunga yang tumbuh 6,92 persen YoY menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan laba BRI.

Salah satu penopang kinerja FBI BRI tersebut tidak lepas dari kontribusi super apps BRImo. Pasalnya, hingga akhir Maret 2024, aplikasi BRImo telah memiliki 33,5 juta user atau sekitar 30,3 persen YoY.

“Dalam tiga bulan, BRImo berhasil memproses 969 juta transaksi finansial dengan volume transaksi mencapai Rp 1.251 triliun atau tumbuh 41,8 persen YoY,” ujar Sunarso.

Keberadaan Agen BRILink pun juga berkontribusi besar terhadap kinerja FBI BRI. Sunarso mengatakan, sepanjang Januari hingga Maret 2024, agen-agen tersebut berhasil mencatatkan 285 juta transaksi finansial dengan volume transaksi mencapai Rp 370 triliun serta menyumbangkan FBI bagi BRI senilai Rp 395 miliar.

Hingga akhir Maret 2024, BRI sendiri telah memiliki 796.836 agen yang tersebar di 61.122 desa di seluruh pelosok Indonesia.

Sedangkan dari sisi operasional, perseroan mampu meningkatkan efisiensi operasionalnya. Hal ini tercermin dari angka cost to income ratio (CIR) yang terus membaik. Pada akhir Maret 2024, CIR BRI mencapai 37,43 persen.

Menurut dia, angka CIR tersebut lebih baik ketimbang pada akhir Maret 2023 yang sebesar 41,83 persen. Penurunan CIR menunjukkan bahwa BRI berhasil mengelola biaya dengan efektif dan efisien dalam men-generate revenue.

Dia menjelaskan, dengan berbagai kinerja positif selama 2024, BRI optimistis bisa terus tumbuh berkelanjutan dengan mengedepankan prinsip-prinsip prudential banking serta risk management yang baik di tengah dinamika kondisi perekonomian dan geopolitik global.

"BRI akan lebih fokus merespon tantangan domestik, terutama melalui pemberdayaan UMKM,” ujarnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com