Advertorial

Cetak Laba Rp 15,98 pada Triwulan I 2024, BRI Fokuskan Tantangan Domestik lewat Pemberdayaan UMKM

Kompas.com - 26/04/2024, 12:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah ketidakpastian global, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berhasil mencatat pertumbuhan laba positif hingga akhir triwulan I 2024 dengan total laba mencapai Rp 15,98 triliun.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama BRI Sunarso dalam konferensi pers Kinerja Keuangan BRI Triwulan I 2024 di Jakarta, Kamis (25/4/2024).

“Saat ini, kondisi ekonomi global mengalami ketidakpastian dikarenakan The Fed diperkirakan akan lebih lama mempertahankan suku bunga acuannya pada level tinggi untuk meredam laju inflasi di Amerika Serikat,” ujar Sunarso.

Di sisi lain, lanjut Sunarso, konflik geopolitik di Timur Tengah yang memanas membuat investor memindahkan asetnya ke safe haven sehingga menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),

Meskipun demikian, Sunarso tetap optimistis terhadap kinerja BRI di masa depan dengan berfokus pada tantangan domestik.

Perseroan berkomitmen untuk mendukung program-program pemerintah yang memacu pertumbuhan ekonomi domestik, terutama lewat penyaluran kredit berkualitas untuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Sampai akhir Maret 2024, BRI telah berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 1.308,65 triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,89 persen year on year (yoy).

Dari penyaluran kredit tersebut, sebesar 83,25 persen merupakan portofolio kredit untuk segmen UMKM. Ini berdampak pada peningkatan aset BRI tumbuh 9,11 persen yoy menjadi Rp 1.989,07 triliun yang menunjukkan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.

“BRI meyakini bahwa pemberdayaan yang terus dilakukan perseroan kepada segmen UMKM memiliki impact terhadap daya tahan ekonomi nasional. Hal ini mengingat UMKM berperan terhadap sekitar 97 persen job creation (penciptaan lapangan kerja) di Indonesia dan menyumbang PDB sekitar 61 persen,” ujar Sunarso.

Jika dirinci, seluruh segmen pinjaman BRI mengalami pertumbuhan positif. Segmen mikro tercatat tumbuh 10,51 persen yoy menjadi Rp 622,61 triliun dan segmen konsumer tumbuh 11,62 persen yoy menjadi Rp 193,96 triliun.

Kemudian, segmen kecil dan menengah tumbuh 8,06 persen yoy menjadi Rp 272,85 triliun serta segmen korporasi tumbuh 15,10 persen yoy menjadi Rp 219,24 triliun.

Meskipun meningkatkan penyaluran kredit, BRI tetap menjaga kualitas kreditnya. Rasio non performing loan (NPL) terkendali pada 3,11 persen, sedangkan rasio loan at risk (LAR) mengalami perbaikan dari 16,39 persen menjadi 12,70 persen.

Tak hanya itu, BRI berhasil menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 1.416,21 triliun (12,80 persen yoy) dengan dana murah atau current account savings account (CASA) yang masih mendominasi portofolio simpanan.

Pertumbuhan CASA tersebut tidak lepas dari aspirasi BRI untuk melakukan transformasi liabilitas melalui penguatan basis pendanaan dengan fokus pada low-cost funding dari CASA yang lebih stabil dan berkelanjutan.

Meskipun likuiditas perbankan nasional ketat, BRI berhasil menjaga likuiditas pada level yang memadai. Tercatat, loan to deposit ratio (LDR) BRI pada akhir Maret 2024 sebesar 83,28 persen.

Dari sisi permodalan, BRI juga mampu menjaga rasio permodalan yang kuat dengan capital adequacy ratio (CAR) sebesar 23,97 persen.

“BRI punya LDR sekitar 83,28 persen. Perkiraan saya, sampai di kuartal 1 (2024) tidak akan ada likuiditas. Di sisi lain, kami masih mampu menumbuhkan kredit hingga lebih dari 10 persen. Jadi, kredit masih tumbuh, sedangkan likuiditas masih longgar,” ujar Sunarso.

Menanggapi isu kenaikan suku bunga BI Rate hingga 6,25 persen, Sunarso menyatakan bahwa keputusan kenaikan tersebut dianggap rasional meski pasti ada tantangan pada likuiditas. Menurutnya, LDR yang optimal berada pada kisaran 90-92 persen.

“Di atas 92 persen (kami) memang harus berhati-hati tentang likuiditas, tetapi di bawah 90 persen (kami) harus tetap mendorong kredit,” tambah Sunarso.

Sementara itu, pendapatan nonbunga atau fee based income (FBI) yang tumbuh 6,92 persen yoy menjadi salah satu faktor pendukung pertumbuhan laba BRI, terutama lewat kontribusi super apps BRImo dan AgenBRILink.

Hingga akhir Maret 2024, BRImo telah memiliki 33,5 juta pengguna atau tumbuh 30,3 persen yoy.

“Kami optimistis akhir tahun ini bisa menyentuh angka 36 juta dilihat dari progres pengguna BRImo,” ujar Direktur Retail Funding and Distribution BRI Andrijanto.

Selama periode tiga bulan, BRImo berhasil memproses 969 juta transaksi finansial dengan volume transaksi mencapai Rp 1.251 triliun atau tumbuh 41,8 persen yoy.

Sementara itu, AgenBRILink juga berhasil mencatatkan 285 juta transaksi finansial dengan volume transaksi mencapai Rp 370 triliun serta menyumbangkan FBI untuk BRI sebesar Rp 395 miliar.

Hingga akhir Maret 2024, BRI sendiri telah memiliki 796.836 AgenBRILink yang tersebar di 61.122 desa Indonesia.

Dari sisi operasional, BRI berhasil meningkatkan efisiensi operasionalnya yang tecermin dari penurunan rasio cost-to-income ratio (CIR) dari 41,83 persen pada Maret 2023 menjadi 37,43 persen pada Maret 2024.

“Dengan pijakan kinerja yang positif pada tiga bulan pertama 2024, BRI optimistis dapat terus tumbuh secara berkelanjutan dengan mengedepankan prinsip-prinsip prudential banking serta risk management yang baik di tengah dinamika kondisi perekonomian dan geopolitik global yang perlu dicermati,” ujar Sunarso.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com