Advertorial

Desa Keliki di Bali Ciptakan Ekowisata dan Terapkan Produk Perbankan BRI untuk Dongkrak Perekonomian 

Kompas.com - 26/04/2024, 16:27 WIB

KOMPAS.com - Letaknya yang berbatasan langsung dengan Ubud menjadi berkah tersendiri bagi Desa Keliki, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali. Desa dengan bentang luas 560 ha ini memiliki hamparan persawahan hijau nan asri yang menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata bagi para wisatawan yang datang ke daerah Ubud. 

Hamparan padi tumbuh subur di areal pertanian di tujuh wilayah subak yang ada di Desa Keliki. Subak merupakan organisasi kelompok petani yang memiliki areal garapan pada suatu wilayah tertentu di Bali. 

Desa adat ini dihuni 1.028 kepala keluarga (KK) yang menjalani berbagai macam profesi. Sebagian besar di antaranya menggarap lahan pertanian sebagai pekerjaan yang telah turun-temurun dilakukan sejak dulu kala. 

Tak hanya pertanian saja, desa yang masuk 15 besar program Desa BRILiaN 2023 dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI ini juga memancarkan pesona lain yang membuat decak kagum bagi mereka yang berkunjung ke sana. Salah satunya adalah sistem tempat pengolahan sampah dengan pola reduce, reuse, dan recycle (TPS3R) yang dikelola secara terpadu. 

Desa BRILiaN sendiri merupakan program pemberdayaan desa dari BRI yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa. Upaya ini dilakukan melalui implementasi praktik kepemimpinan desa yang unggul serta semangat kolaborasi guna mengoptimalkan potensi desa berbasis Sustainable Development Goal (SDGs).

Kepala Desa Keliki I Ketut Wita bercerita dibalik inovasi tersebut. Dia mengatakan, ide TPS3R itu lahir karena kondisi sampah yang kerap menumpuk, terutama di aliran irigasi sawah. 

Beranjak dari persoalan tersebut, pemerintah desa bersama Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Yowana Bakti bergerak untuk membangun TPS3R pada April 2022. Dalam sebulan, TPS3R ini mampu menghasilkan sekitar 1 ton pupuk yang langsung terserap habis untuk kebutuhan pertanian di Subak Lauh Batu.

Di sisi lain, masyarakat juga diedukasi tentang pentingnya pilah sampah organik maupun nonorganik. Khusus organik, sampah diubah menjadi pupuk kompos untuk kebutuhan pertanian. 

Untuk satu area lahan, biaya yang dikeluarkan diperkirakan hanya Rp 20.000 bila memakai pupuk kompos. Bila memakai pupuk kimia, petani bisa merogoh kocek antara Rp 65.000 sampai Rp 75.000. 

“Ini kan jadi lebih efisien karena bisa memanfaatkan pupuk organik olahan sendiri. Lebih hemat dari segi biaya. Di sisi lain, desa juga terjaga karena sampah sudah terkelola dengan baik,” ujar Ketut Wita kepada Kompas.com, Selasa (19/3/2024). 

Perlahan tapi pasti, Desa Keliki kini sudah berbenah dan bertransformasi menjadi desa wisata yang ramah lingkungan atau ekowisata. Ketut Wita mengungkapkan, setiap bulan ada ribuan wisatawan asing dan domestik singgah untuk menikmati panorama dan kesejukan alam Desa Keliki. 

Demi mendongkrak kunjungan wisatawan, pembenahan desa terus dilakukan. Salah satunya adalah pengembangan lokasi tracking pertanian dan penginapan (homestay). Fasilitas itu dibuat agar para turis betah saat berkunjung ke Keliki sehingga ada dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat desa. 

“Itulah alasan mengapa kami semangat untuk mengembangkan ekowisata Keliki. Apalagi sebagai penyanggah Ubud, kami ingin kecipratan banyak wisatawan yang datang ke sini karena akan berdampak juga terhadap ekonomi desa,” tuturnya. 

Ketut Wita mengatakan, saat ini desa tengah menyiapkan atraksi bertani organik dan tracking di lahan pertanian sebagai paket wisata khusus untuk turis mancanegara. Sebab, bagi turis lokal, aktivitas “nyemplung” di sawah dan bergelut dengan lumpur sudah tidak asing.

Untuk penginapan (homestay), para turis dapat memanfaatkan kamar tidur sewa yang disediakan oleh warga desa. Mereka dapat menginap di rumah penduduk sehingga bisa ikut merasakan kehidupan keseharian penduduk Bali. 

Geliat ekonomi desa melalui layanan BRI 

Kehidupan ekonomi di Desa Keliki tak terlepas dari peran BUMDes Yowana Bakti sebagai motor penggerak perekonomian. Sejak didirikan pada Februari 2018, satu per satu unit usaha mulai hadir untuk membantu pengembangan potensi ekonomi desa. 

Unit usaha itu meliputi simpan pinjam, jasa samsat kendaraan, warung desa, sampah desa, PAM swadaya, sewa molen, dan salon desa. 

Direktur BUMDes Yowana Bakti I Wayan Sumada mengatakan, warga desa sangat terbantu dengan kehadiran unit usaha yang dikelola BUMDes. Mereka bisa memanfaatkan unit usaha tersebut untuk menopang kegiatan usaha pribadi. 

Guna memudahkan perputaran ekonomi di desa, BUMDes Yowana Bakti mengoptimalkan layanan perbankan BRI. Wayan Sumada mengatakan, selama ini, BRI sangat menjangkau kebutuhan warga, terutama saat transaksi keuangan. 

Salah satunya adalah AgenBRILink, layanan perbankan tanpa kantor yang diinisiasi oleh BRI untuk menjangkau masyarakat di seluruh Nusantara. Melalui layanan ini, warga bisa melakukan transaksi perbankan secara real-time online dengan konsep sharing fee. Dengan demikian, masyarakat tak perlu ke kantor cabang BRI untuk melakukan transaksi tersebut. 

“AgenBRILink memudahkan masyarakat yang tidak memiliki rekening bank untuk mengakses layanan perbankan. Jadi, memang benar-benar berdampak secara ekonomi,” terang Wayan Sumada. 

Masyarakat juga terbantu dengan BRImo. Layanan tersebut memudahkan masyarakat dalam bertransaksi jual-beli, membayar tagihan, dan tambah (top-up) saldo dompet digital. BRImo juga digunakan masyarakat untuk melakukan transaksi pembayaran secara mudah menggunakan sistem pindai kode atau QRIS. 

Konsep ini sudah diterapkan oleh banyak pelaku usaha di Desa Keliki dan unit usaha BUMDes Yowana Bakti. Layanan QRIS menjadi salah satu pilihan metode pembayaran praktis selain system transfer. 

Wayan menambahkan, konsep ini akan terus dikembangkan, terutama untuk memudahkan para turis saat berwisata ke Desa Keliki. Mereka tidak perlu lagi transaksi dengan uang tunai, cukup melalui transfer atau lewat QRIS. 

“Banyak warga desa kami sudah merasakan manfaat BRImo, mulai dari transfer uang hingga transaksi beli produk, pulsa, dan lainnya. Makanya, kami terus dorong agar warung, UMKM, penginapan (homestay), sampai tiket untuk tracking bisa membayar melalui layanan BRI. Ini sebagai bentuk digitalisasi keuangan juga,” ujarnya. 

Tertarik untuk meningkatkan potensi desa Anda agar lebih maju dan kreatif di masa depan dan sekaligus mengikuti jejak desa-desa yang menjadi pemenang Program Desa BRILiaN? Segera raih kesempatan jadi peserta Desa BRILiaN untuk periode 2024.

Untuk mendapat informasi terkait pendaftaran, segera kunjungi atau hubungi kantor BRI dan mantri BRI yang ada di desa Anda. Jadikan desa Anda sebagai Desa BRILiaN selanjutnya. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com