Advertorial

Jadi Desa BRILiaN 2023, Ini Cara Masyarakat Memaksimalkan Potensi Desa Sambak

Kompas.com - 28/05/2024, 15:22 WIB

KOMPAS.com - Desa Sambak di Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Jateng), terkenal akan produk kopinya, yakni Kopi Potorono.

Produk kopi tersebut tidak hanya mampu meningkatkan ekonomi masyarakat, tetapi juga berperan dalam melestarikan konservasi alam Desa Sambak. Karena potensi itu, desa ini menerima beberapa predikat, yakni Desa Program Kampung Iklim (Proklim) Lestari tingkat Nasional pada 18 Oktober 2021 dan terbaru Desa BRILiaN 2023 dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Sebagai informasi, Desa BRILiaN merupakan program pemberdayaan desa dari BRI yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa.

Upaya tersebut dilakukan melalui implementasi praktik kepemimpinan desa yang unggul serta semangat kolaborasi guna mengoptimalkan potensi desa berbasis Sustainable Development Goal (SDGs).

Pencapaian tersebut tak terlepas dari kerja masyarakat Desa Sambak. Direktur BUMDes Kartadesa Sambak Kurniadi mengatakan, Desa Sambak memiliki berbagai potensi, seperti kopi, biogas, serta kebun buah.

Sebagian besar masyarakat di Desa Sambak berprofesi sebagai petani. Mereka menanam kopi di hutan rakyat dan hutan negara. Adapun luas hutan rakyat yang ditanami kopi di Desa Sambak 20 ha. Untuk hutan negara, 15 persen dari lahan seluas 61 ha itu ditanami kopi.

Kurniadi menjelaskan bahwa petani di Desa Sambak memiliki penghasilan yang beragam, tergantung luas lahan. Ada yang bisa menghasilkan kopi sebesar 5 kuintal, 1 ton, hingga 3 ton.

“Untuk panen, harga kopi Rp 10.000 per kg pada tahun lalu. Tinggal dikalikan dengan hasil panen,” kata Kurniadi.

Kurniadi menjelaskan, brand kopi yang terkenal dari Desa Sambak adalah Kopi Potorono. Kopi jenis robusta ini dikembangkan masyarakat di ketinggian 400 sampai 650 meter di atas permukaan laut. Kopi Potorono memiliki cita rasa khas rempah-rempah karena ditanam di samping kapulaga.

Selain Kopi Potorono, Desa Sambak juga memiliki sejumlah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang bergerak di berbagai bidang usaha, seperti tahu, keripik ketela, serta kerajinan anyaman.

Untuk mengembangkan potensi tersebut, BUMDes Kartadesa Sambak membantu pelaku UMKM memasarkan produknya.

“Pada tahun lalu, kami juga bekerja sama dengan Dinas Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kabupaten Magelang mengadakan pelatihan membuat makanan olahan kue, kerajinan, serta pelatihan pembuatan kopi,” ujarnya.

Cermat melihat peluang

Kurniadi menuturkan, Desa Sambak tidak memiliki potensi keindahan alam untuk dikembangkan sebagai obyek wisata. Meski begitu, masyarakat desa tidak berkecil hati.

Masyarakat mau mengembangkan diri dan mudah diajak bekerja sama untuk memaksimalkan potensi di desa dengan menggarap lahan kering untuk tanaman kopi. Penanaman kopi juga dalam rangka memelihara kelestarian alam.

Kopi Potorono.DOK. Desa Sambak Kopi Potorono.

“Hasilnya, Desa Sambak berhasil menjadi Desa Proklim dan juga dicanangkan sebagai desa wisata dan Digitaly Agro Edu Tourism. Atas pencapaian ini, Desa Sambak masuk dalam 15 besar Desa BRILiaN 2023,” kata Kurniadi.

Selain ingin terus berkembang, Kurniadi menilai bahwa masyarakat di Desa Sambak juga cermat memanfaatkan peluang. Misalnya, pelaku UMKM yang kekurangan modal memanfaatkan program kredit usaha rakyat (KUR) dari BRI untuk mengembangkan usaha.

Kurniadi menyebut, sebanyak 70 persen masyarakat di Desa Sambak merupakan nasabah BRI. Mereka menggunakan produk BRI sesuai kebutuhan, baik untuk transaksi sehari-hari maupun untuk keperluan bisnis.

“Masyarakat merasa terbantu dengan berbagai produk yang dimiliki BRI,” ujarnya.

Ia mencontohkan, BRImo memudahkan masyarakat desa, khususnya milenial dan gen Z, untuk transaksi e-commerce secara online. Dengan demikian, mereka tidak perlu repot pergi ke ATM atau bank untuk bertransaksi.

BRI juga memfasilitasi pelaku usaha, seperti warung dan toko, untuk mendapatkan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Berkat QRIS, transaksi di toko mereka menjadi lebih mudah.

Meski demikian, Kurniadi mengaku bahwa QRIS belum digunakan oleh banyak masyarakat desa. Sebagian besar pengguna QRIS di Desa Sambak adalah wisatawan atau perantau yang pulang ke desa.

“Padahal, pembayaran menggunakan QRIS lebih ringkas karena tidak perlu membawa uang fisik,” paparnya.

Tak hanya itu, masyarakat Desa Sambak juga terbantu dengan kehadiran AgenBRILink. Dengan layanan ini, masyarakat tidak perlu repot ke bank untuk bertransaksi atau melakukan penarikan tunai.

Pengemasan Kopi Potorono. DOK. Desa Sambak Pengemasan Kopi Potorono.

Selain itu, Mantri BRI juga kerap menawarkan program KUR BRI untuk masyarakat desa yang membutuhkan. Para Mantri BRI juga membantu mendata dan mendampingi masyarakat Desa Sambak untuk melengkapi kelengkapan berkas pengajuan KUR.

Kurniadi melanjutkan bahwa ke depan, pemerintah desa (pemdes) dan BUMDes akan memaksimalkan Desa Sambak menjadi desa wisata dan UMKM.

Ia berharap, Desa Sambak dapat menjadi desa wisata yang maju, berkembang, dan berkelanjutan serta dapat mendongkrak perekonomian warga desa. Potensi unit usaha ini diharapkan dapat membuat Desa Sambak memiliki pendapatan asli desa.

“Saat ini, kami sedang menggarap kebun buah. Semoga kebun ini dapat menjadi ikon di desa dan mendorong pengembangan UMKM serta potensi lain di Desa Sambak,” tuturnya.

Tertarik untuk meningkatkan potensi desa Anda agar lebih maju dan kreatif di masa depan dan sekaligus mengikuti jejak desa-desa yang menjadi pemenang Program Desa BRILiaN? Segera raih kesempatan jadi peserta Desa BRILiaN untuk periode 2024.

Untuk mendapat informasi terkait pendaftaran, segera kunjungi atau hubungi kantor BRI dan mantri BRI yang ada di desa Anda. Jadikan desa Anda sebagai Desa BRILiaN selanjutnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com