KOMPAS.com - Perlambatan ekonomi dan stagnasi global terus berlanjut pada 2024, meski negara-negara ekonomi maju sedikit menguat. Ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi di tengah prospek ekonomi Amerika Serikat yang kuat.
Dinamika ekonomi global berubah cepat. Kondisi ini salah satunya dipengaruhi oleh eskalasi perang di Timur Tengah dan konflik Rusia-Ukraina yang membawa risiko ekonomi bagi Indonesia.
Meski demikian, perekonomian Indonesia tetap tangguh hingga Mei 2024. Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2024 tercatat 5,11 persen secara tahunan atau year on year (yoy), naik dari 5,04 persen yoy pada 2023.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi juga tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mencapai 127,7 pada April 2024. Capaian tersebut menunjukkan optimisme konsumen terhadap ekonomi yang kuat.
Potensi penguatan daya beli tersebut perlu dimanfaatkan untuk mengisi gap konsumsi per kapita pada sejumlah produk, seperti keramik, mobil, dan kosmetik, yang masih kalah jauh dibandingkan negara lain.
Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Mei 2024 mencapai ekspansi 52,50, meningkat 0,20 poin dibandingkan dengan April 2024 sebesar 52,30. Nilai ini juga meningkat 1,60 poin dibandingkan Mei 2023 sebesar 50,90.
Laporan IKI Mei 2024 menunjukkan dari 23 subsektor industri pengolahan, hanya satu yang mengalami kontraksi. Hal ini sejalan dengan kontribusi subsektor yang mengalami ekspansi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Pengolahan Nonmigas Triwulan I 2024 sebesar 95,8 persen.
“Peningkatan nilai IKI Mei 2024 disebabkan oleh permintaan domestik yang makin tinggi, termasuk dari pengadaan barang dan jasa pemerintah yang menyerap produk industri nasional,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Jumat (31/5/2024).
Adapun nilai IKI variabel pesanan baru naik menjadi 53,16 dan nilai variabel persediaan produk naik menjadi 54,59. Meskipun mengalami perlambatan 1,75 poin, variabel produksi tetap berada dalam ekspansi sebesar 50,01.
Febri menyampaikan bahwa mengisi gap konsumsi per kapita dengan produk lokal dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Peningkatan investasi, terutama pada industri barang konsumsi, akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja, termasuk Gen Z.
Selain itu, ekspansi IKI terbesar terjadi pada industri pakaian jadi, diikuti oleh industri alat angkutan, industri kulit, dan alas kaki.
Ada empat subsektor yang beralih ke level ekspansi, di antaranya industri logam dasar, industri komputer, barang elektronik dan optik, serta industri alat angkutan dan furnitur.
Perubahan level pada industri logam dasar dipicu oleh peningkatan pesanan domestik dan peningkatan harga komoditas logam dunia. Perbaikan kinerja impor, khususnya penurunan volume impor produk baja, didukung oleh kebijakan pengendalian impor pemerintah.
Kebijakan pemerintah dalam pengendalian impor sangat penting dalam menghadapi kondisi baja global yang mengalami kelebihan kapasitas.
Kemudian, perubahan level pada industri komputer, barang elektronik, dan optik perlu dijaga karena variabel pesanan baru masih mengalami kontraksi.
Kontraksi yang dimaksud adalah pelaksanaan produksi karena persediaan produk yang sudah menipis.
Berdasarkan keterangan yang diterima Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dari para pelaku usaha, penyebab kontraksi pesanan baru adalah penurunan pesanan domestik dan luar negeri akibat dari penurunan pengadaan barang dan jasa pemerintah serta ekonomi negara mitra.
Selanjutnya, ekspansi di industri alat angkutan disebabkan oleh peningkatan pesanan baru yang signifikan. Namun, hal ini tidak diikuti oleh peningkatan produksi yang justru mengalami kontraksi terendah kedua.
Industri tersebut tengah bersiap untuk peningkatan pesanan baru seiring pelaksanaan pameran Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 yang digelar mulai dari Kamis (18/7/2024) hingga Minggu (28/7/2024).
Kondisi serupa juga terjadi pada industri furnitur. Ekspansi pada industri tersebut terjadi karena penurunan kontraksi pesanan baru dan peningkatan ekspansi persediaan produk. Sementara, variabel produksi melambat dan ekspor furnitur menurun 25,26 persen pada April 2024 dibandingkan Maret 2024.
Meski demikian, optimisme masih tumbuh seiring perbaikan kondisi ekonomi dari pasar luar negeri, seperti Amerika Serikat.
Pada Mei 2024, industri pengolahan tembakau turut mengalami kontraksi. Sejak Februari 2024, nilai IKI industri pengolahan tembakau sudah berada pada batas (border) atau kisaran 50.
Hal tersebut disebabkan oleh penurunan pesanan domestik yang dipengaruhi maraknya penjualan rokok ilegal.
Optimisme pelaku usaha terhadap kondisi enam bulan ke depan meningkat 0,8 persen menjadi 73,5 persen. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak IKI dirilis pada November 2022.
Responden dari industri kertas dan barang kertas serta jasa reparasi dan pemasangan mesin atau alat juga menunjukkan optimisme tinggi. Sebab, kebijakan pemerintah pusat dan kondisi ekonomi, baik pasar global maupun domestik, dinilai lebih baik.
Untuk diketahui, pelaporan IKI dilakukan setiap tanggal 12-23 setiap bulan. Hal ini bertepatan dengan pemberlakuan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36 Tahun 2023 mengenai relaksasi pengendalian impor yang belum tecermin dalam nilai IKI.
Ke depan, Kemenperin akan terus mengawasi keluarnya produk impor, terutama untuk produk hilir atau produk jadi, yang direlaksasi dari pelabuhan.