Advertorial

Dari Jawa Timur ke Panggung Dunia, Intip Fakta Unik di Balik Kelezatan Rawon

Kompas.com - 14/06/2024, 13:28 WIB

KOMPAS.com – Kehadiran beragam suku dan budaya menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang kaya akan kuliner. Sajian setiap daerah pun khas, mencirikan budaya lokal setempat.

Sumatera Barat (Sumbar), misalnya. Wilayah ini punya sajian rendang berbahan dasar daging yang diolah dengan aneka rempah khas Nusantara. Bercita rasa gurih santan, pedas, dan manis, rendang didapuk sebagai makanan terenak nomor satu di dunia versi CNN pada 2016.

Baru-baru ini, kuliner Nusantara lain, yakni rawon, menduduki urutan pertama pada sepuluh daftar sup terenak di dunia versi Taste Taste Atlas yang dirilis pada Jumat (28/7/2023).

Bahkan, rawon berhasil mengalahkan ramen dan tonkotsu khas Jepang, serta tom kha gai dari Thailand. Namun, di balik kelezatan serta popularitasnya, sup daging berkuah hitam pekat itu menyimpan sejumlah fakta unik.

Lantas, apa saja keunikan serta cerita di balik sajian rawon?

Sudah ada sejak Kerajaan Majapahit

Seperti diketahui, rawon merupakan hidangan tradisional yang berasal dari Jawa Timur (Jatim), terutama dari Surabaya dan sekitarnya. Ketika bertandang ke Jatim, kamu tak sulit menemukan warung makan yang menyajikan rawon sebagai hidangan utama.

Melansir Grid.id, Kamis (21/3/2024), hidangan rawon sudah ada sejak masa Kerajaan Majapahit. Hal ini tercatat dalam peninggalan sejarah berupa prasasti Taji (901 M) di Ponorogo dan tertulis dengan nama "Rarawwan".

Masyarakat pada masa itu pun dikenal sudah sangat mahir dalam memanfaatkan rempah-rempah lokal untuk menciptakan masakan yang bercita rasa tinggi.

Dalam karya sastra berjudul Serat Wulangan Olah-Olah Warna-Warni (1926), rawon merupakan sajian spesial yang diperuntukkan hanya untuk raja. Kalau sekarang rawon identik dengan daging sapi, kala itu rawon dibuat dengan daging kerbau.

Dimasak dengan metode slow cooked, rawon diracik bersama aneka rempah khas, termasuk kluwek. Kluwek inilah yang membuat kuah rawon berwarna hitam pekat. Tak hanya memberi rasa yang khas dan dalam, kluwek dipilih karena menghasilkan sajian lezat sekaligus tahan lama.

Selain sebagai hidangan raja, rawon juga disajikan dalam berbagai upacara adat dan perayaan penting. Namun, seiring waktu berjalan, resep rawon tersebar ke berbagai daerah di Jawa dan sekitarnya, bahkan hingga ke Bali dan Sumatera.

Aneka rempah dan sandung lamur

Selain penggunaan kluwek, keunikan rawon juga terletak pada aneka bumbu lain yang tak boleh dilewatkan.

Adapun rempah yang wajib digunakan dalam mengolah rawon meliputi bawang merah, bawang putih, ketumbar, serai, daun jeruk, dan lengkuas. Rempah-rempah ini makin memperkaya aroma dan rasa yang khas pada rawon.

Daging sapi yang digunakan pun tak boleh sembarangan. Biasanya, daging yang digunakan adalah bagian sandung lamur karena memiliki tekstur empuk, tapi tak mudah rapuh saat dikunyah.

Proses pembuatan rawon memerlukan kesabaran dan ketelatenan. Bumbu-bumbu harus dihaluskan terlebih dahulu, kemudian ditumis hingga harum sebelum akhirnya dimasukkan ke dalam rebusan daging sapi.

Agar cita rasa makin nikmat, kuah rawon serta daging yang sudah matang didiamkan selama satu malam. Tujuannya, agar aneka rempah dapat menyerap ke dalam daging. Kuah yang dihasilkan pun memiliki rasa yang kaya dan mendalam, dengan perpaduan antara manis, gurih, dan sedikit pahit khas dari kluwek.

Rawon masa kini

Seiring perkembangan zaman, rawon bertransformasi menjadi salah satu ikon kuliner Indonesia yang mendunia. Tidak hanya ditemukan di warung-warung pinggir jalan, rawon juga menjadi menu andalan di berbagai restoran mewah di Indonesia dan mancanegara.

Beberapa restoran di luar negeri besutan diaspora Indonesia yang menyajikan masakan Indonesia juga memasukkan rawon ke dalam daftar menu mereka. Hidangan ini dipilih untuk memperkenalkan kelezatan makanan Nusantara kepada masyarakat internasional.

Di Indonesia sendiri, rawon sangat populer dan dicintai berbagai kalangan. Banyak daerah yang memiliki variasi rawon masing-masing, seperti rawon Nguling dari Probolinggo yang terkenal dengan kuahnya yang kaya rempah dan dagingnya yang empuk.

Tak sekadar masakan, rawon kini menjadi cerminan kekayaan budaya dan sejarah Indonesia. Dari masa Kerajaan Majapahit hingga zaman modern saat ini, rawon tetap mempertahankan kelezatannya yang autentik dan memikat.

Tak heran, masyarakat internasional pun menjadikannya sebagai olahan sup terbaik di dunia. Kita pun patut bangga dengan aneka hidangan khas Nusantara. Sebab, selain rawon, ada pula resep masakan Nusantara lain yang patut dilestarikan, seperti resep tongseng sapi dan resep gepuk daging sapi.

Dengan begitu, anak cucu kita tetap dapat mencicipi kelezatan aneka sajian Nusantara yang menggugah selera.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com