Advertorial

Penerapan AI dan Keterampilan Digital Jadi Kunci Indonesia Wujudkan Ambisi Pimpin Ekonomi Digital 2024

Kompas.com - 18/06/2024, 11:00 WIB

KOMPAS.com – Indonesia tengah melaju pesat dalam mewujudkan visinya menjadi pemimpin di bidang teknologi dan ekonomi digital pada 2045 yang sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.

Salah satu pendorong utama ambisi itu adalah kecerdasan buatan (AI) yang dinilai berpotensi untuk merevolusi berbagai sektor dan mendongkrak pendapatan negara.

Menurut laporan hasil kerja sama Kolaborasi Riset and Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (Korika) dan IBM berjudul "Generative AI: Shaping Indonesia's Business Ecosystem Tomorrow with Ethical AI", Indonesia diprediksikan mampu mencetak produk domestik bruto (PDB) hingga 366 miliar dollar AS pada 2030 dengan pemanfaatan AI yang optimal.

Angka tersebut jauh melampaui negara-negara Asia Tenggara lain, seperti seperti Thailand (117 miliar dollar AS), Malaysia (115 miliar dollar AS), dan Singapura (110 miliar dollar AS).

Bahkan, total PDB gabungan dari Brunei, Kamboja, Laos, dan Myanmar hanya mencapai 41 miliar dollar AS.

Presiden Direktur IBM Indonesia Roy Kosasih mengatakan bahwa penggunaan AI, termasuk GenAI akan memberikan pengaruh besar pada bisnis. Contohnya, dalam pengambilan keputusan,pengalaman pelanggan, dan pertumbuhan pendapatan.

“Oleh karena itu, mengandalkan bakat individu sangat penting dan menjadi hal krusial untuk memastikan sumber daya manusia siap menghadapi masa depan bersama AI,” kata Roy.

Hal senada turut disampaikan Ketua Korika Prof Dr Hammam Riza. Ia menuturkan bahwa kecerdasan buatan, termasuk versi generatif, memiliki potensi besar dalam meningkatkan ekonomi digital Indonesia.

“Oleh sebab itu, penting untuk bersiap menghasilkan pertumbuhan yang signifikan melalui peran sentral teknologi digital,” tuturnya dalam laporan tersebut.

Namun, perlu diketahui bahwa AI wajib digunakan secara bertanggung jawab dan etis. Sebab, hal ini sudah diatur dalam Surat Edaran Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Nomor 9 Tahun 2023 tentang Pedoman Etika AI.

Beleid itu memuat tiga kebijakan, yaitu nilai etika, pelaksanaan nilai etika, serta tanggung jawab dalam pemanfaatan dan pengembangan kecerdasan artifisial.

Salah satu pendekatan AI yang bertanggung jawab adalah model "human-in-the-loop". Model ini menekankan kolaborasi antara manusia dan AI, dengan manusia sebagai pemegang kendali dan pembuat keputusan akhir.

Pendekatan serupa diusung oleh IBM lewat nilai-nilai human-centered AI (HCAI) yang dianut. Produk AI yang diciptakan pemain teknologi global ini berfokus pada kesejahteraan masyarakat, di samping kemajuan teknologi.

Kesenjangan keterampilan digital hambat kemajuan bisnis di Indonesia

Keterampilan digital yang mumpuni menjadi kunci bagi kemajuan bisnis di Indonesia. Sayangnya, hampir separuh bisnis di negara ini masih mengalami kesenjangan dalam hal tersebut.

Kondisi itu pun berakibat pada fragmentasi data, pengambilan keputusan yang tidak efektif, dan hambatan dalam mengadopsi teknologi AI.

Banyaknya karyawan dan manajemen yang belum memahami potensi AI dalam meningkatkan produktivitas dan enggan beradaptasi dengan perubahan kian menambah daftar tantangan bisnis di Indonesia untuk maju.

Tak hanya itu, banyak pula perusahaan yang keliru dengan beranggapan bahwa berinvestasi dalam kecerdasan buatan generatif (GenAI) tidak penting. Hal ini dikarenakan kepuasan mereka terhadap platform AI open-source yang digunakan karyawan.

Padahal, AI open source yang digunakan oleh karyawan memiliki banyak keterbatasan, seperti kurangnya akurasi, transparansi, bias data, dan kurangnya level keamanan data di dalamnya. 

Untuk mengatasi tantangan itu, IBM Indonesia menyarankan perusahaan untuk menerapkan AI dengan pendekatan yang berpusat pada manusia dan berinvestasi dalam solusi AI yang canggih. Pengembangannya pun wajib mengedepankan prinsip-prinsip yang beretika.

Hal itu bertujuan untuk memastikan bahwa AI digunakan secara bertanggung jawab dan tidak menimbulkan dampak negatif, baik bagi manusia maupun lingkungan.

Selain itu, IBM Indonesia juga mendorong perusahaan untuk menjunjung tinggi standar kepercayaan dan transparansi dalam penggunaan AI demi membangun kepercayaan publik dan mendorong adopsi teknologi ini secara lebih luas.

Namun, sebelum berinvestasi dalam AI, penting bagi perusahaan untuk mengevaluasi dengan cermat agar dapat memanfaatkan sepenuhnya nilai GenAI. Hal ini termasuk memastikan tata kelola data yang baik dan etika data yang bertanggung jawab.

Tata kelola data dan etika data bukan hambatan, melainkan alat penting untuk memastikan adopsi AI yang bertanggung jawab dan sukses. Perusahaan perlu menerapkan tata kelola yang etis dan bertanggung jawab yang bermanfaat bagi semua pemangku kepentingan.

Beberapa pertimbangan tersebut di antaranya terkait keandalan, efisiensi, dan risiko.

Untuk keberhasilan tahap selanjutnya, bisnis membutuhkan akses ke rangkaian teknologi yang lengkap untuk mendukung kebutuhan komputasi dan data yang kompleks. IBM Indonesia menawarkan berbagai solusi teknologi, seperti watsonx, Turbonomic, Instana, AI Ops Insights, IBM Security QRadar SIEM, Maximo, dan infrastruktur hybrid cloud untuk AI.

Menjembatani kesenjangan talenta dan membangun ekosistem yang aman

Di samping solusi teknologi, pengembangan sumber daya manusia yang terampil dalam bekerja sama dengan AI juga menjadi kunci. Kesenjangan literasi digital yang dapat menghambat adopsi AI pada organisasi di Indonesia saat ini sudah cukup besar, yakni 48 persen. Jika tidak diatasi, akan semakin melebar.

Reformasi pendidikan dan program, seperti IBM SkillsBuild, dengan kemitraannya dengan Kampus Merdeka, dapat membantu menjembatani kesenjangan ini. Program ini berfokus pada pengembangan keterampilan praktis yang dibutuhkan untuk bekerja dengan AI, seperti pemrograman, analisis data, dan desain UX.

Selain saran-saran di atas, penting juga untuk diingat bahwa pengembangan keterampilan digital harus dilakukan secara berkelanjutan. Pemerintah, swasta, dan individu perlu bekerja sama untuk meningkatkan literasi digital dan menyediakan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan industri.

“Kecerdasan buatan, termasuk GenAI, menimbulkan tantangan yang signifikan yang harus diimbangi dengan peningkatan keterampilan individu yang terlibat. Para talenta yang bertanggung jawab di domain ini harus menyadari pentingnya menyelaraskan individu, proses, dan teknologi secara harmonis,” kata Hammam.

Dengan upaya bersama, Indonesia dapat menjadi negara yang siap menghadapi era digital dan menuai manfaatnya secara maksimal.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com