KOMPAS.com – Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) melakukan kunjungan kerja ke London, Inggris.
Salah satu kegiatan utama yang dilakukan AFPI pada kunjungan tersebut adalah berpartisipasi dalam ajang Kadin Fintech Dialogue yang diadakan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di London.
Pada ajang tersebut, AFPI hadir untuk memenuhi undangan Kadin Indonesia dalam sesi diskusi ASEAN BAC-UK.
Untuk diketahui, Kadin Fintech Dialogue adalah wadah untuk mengeksplorasi arah strategis, kebijakan ekonomi, dan jalur menuju pertumbuhan berkelanjutan.
Kegiatan tersebut bertujuan membentuk masa depan keuangan Indonesia dalam visi besar Indonesia Emas 2045.
Diskusi dari kegiatan tersebut menghasilkan pemahaman yang lebih jelas tentang peran krusial yang akan dimainkan oleh sektor fintech peer-to-peer (P2P) lending dalam mendorong Indonesia menuju masa keemasannya.
Ketua Umum AFPI Entjik S Djafar mengatakan, industri fintech pear to pear (P2P) lending Indonesia saat ini telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Hal tersebut terlihat dari besarnya potensi pertumbuhan yang terjadi di sektor tersebut dan proyeksi credit gap 2026 yang semakin membesar.
“Pertumbuhannya sekitar Rp 2.400 triliun per tahun. Adapun pertumbuhan pemberi pinjaman sektor ini mencapai lebih kurang 1,38 juta pemberi pinjaman. Sementara peminjaman mencapai lebih kurang 125 juta. Total agregat penyaluran pada sektor tersebut juga disebutkan mampu mencapai Rp 829 triliun,” ujar Entjik dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (28/6/2024).
Berkat kinerja tersebut, tambah Entjik, sektor fintech P2P lending mampu menjadi pendorong inklusi keuangan yang kuat di Indonesia ditengah badai serangan pinjaman online (pinjol) yang meresahkan masyarakat.
Hal tersebut lantaran sektor fintech P2P lending mampu menjangkau masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki akses ke layanan keuangan formal.
Lebih lanjut, Entjik mengatakan, sebagai asosiasi yang mewadahi berbagai perusahaan fintech, AFPI berkomitmen untuk terus mendorong pertumbuhan dan perkembangan industri fintech P2P lending yang bertanggung jawab.
Ini gambaran peluang bisnis yang besar sekaligus sebagai tantangan agar para pemangku kepentingan dapat memberikan akses pembiayaan alternatif bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.
"Industri ini telah menjadi solusi alternatif pendanaan bagi UMKM dan masyarakat perorangan yang kesulitan mendapatkan akses kredit dari bank," kata Entjik.
Buka peluang investasi
Cepatnya pertumbuhan fintech P2P lending di Tanah Air membuat sektor tersebut menjadi potensial dan menjanjikan.
Meski begitu, tak bisa dimungkiri bahwa sektor fintech P2P lending masih tergolong baru sehingga pelaku di industri ini memerlukan kehadiran investor untuk berkembang lebih jauh.
Kolaborasi antara investor dan perusahaan fintech P2P lending sangat dibutuhkan untuk mendorong kewirausahaan, menstimulasi ekonomi nasional, dan mempersempit credit gap, dan membuka jalan bagi Indonesia yang lebih inklusif dan sejahtera.
Maka dari itu, AFPI senantiasa berkomitmen untuk mendorong kolaborasi, inovasi, dan inklusi keuangan yang bertanggung jawab bagi seluruh masyarakat Indonesia.
"Kunjungan kami ke Inggris ini juga sebagai langkah penting untuk memperkuat hubungan antara industri fintech Indonesia dan Inggris dan diharapkan dapat membuka peluang baru bagi investasi serta kerja sama," ucap Entjik.
Entjik menambahkan, AFPI siap membantu investor Inggris yang ingin memasuki pasar fintech P2P lending Indonesia.
AFPI dapat membantu investor untuk menjalin hubungan dengan platform P2P lending yang berizin dan tepercaya di Indonesia.
Para investor pun tak perlu ragu karena industri pasar fintech P2P lending telah didukung oleh regulasi yang kuat dan stabil dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
AFPI meyakini, industri fintech P2P lending Indonesia dapat menjadi mitra strategis yang menguntungkan bagi investor Inggris.
“Dengan potensi pertumbuhan besar dan regulasi yang kuat, industri ini menawarkan peluang investasi yang menarik dan menguntungkan,” terang Entjik.
Selain regulasi yang kuat, pelaku fintech P2P lending juga telah memanfaatkan inovasi teknologi dalam menyediakan proses aplikasi yang mudah untuk menjangkau masyarakat,
Berkat itu, perusahaan-perusahaan fintech P2P lending dapat memperluas akses keuangannya ke segmen masyarakat yang underserved dan unbanked.
Temui duta besar Indonesia untuk Inggris dan Irlandia
Selain hadir dalam ajang Kadin Fintech Dialogue, AFPI juga mengadakan pertemuan dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk Inggris dan Irlandia, His Excellency (HE) Desra Percaya, di London, Kamis (13/6/2024).
Pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas peran penting industri fintech P2P lending dalam mendorong inklusi keuangan di Indonesia di tengah maraknya jeratan pinjol ilegal yang marak terjadi.
Dalam pertemuan tersebut, Entjik menjelaskan bahwa sektor fintech P2P lending telah menjadi solusi alternatif pendanaan bagi UMKM dan masyarakat perorangan yang kesulitan mendapatkan akses kredit dari bank.
Platform fintech P2P lending menawarkan proses pengajuan pinjaman yang mudah dan cepat, dengan persyaratan yang lebih fleksibel dibandingkan dengan bank.
HE Desra Percaya pun menyambut baik paparan AFPI dan menyatakan dukungannya terhadap perkembangan industri fintech P2P lending di Indonesia.
“Beliau melihat bahwa industri ini memiliki potensi yang besar untuk mendorong inklusi keuangan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Beliau juga menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, regulator, pelaku industri, dan masyarakat, untuk memastikan pertumbuhan industri fintech P2P lending yang berkelanjutan serta bertanggung jawab,” kata Entjik.