KOMPAS.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Barat (Sulbar) melakukan penebaran ratusan kepiting di Dusun Lambagu, Desa Sumare, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju, Minggu (4/8/2024).
Kegiatan tersebut merupakan langkah awal pengimplementasian rencana penangkaran kepiting di sejumlah titik di Sulbar.
Penjabat (Pj) Gubernur Sulbar Bahtiar Baharuddin hadir langsung serta melakukan pelepasan induk-anak kepiting bakau. Ia didampingi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulbar Suyuti Marzuki dan Kepala Dinas Sosial Sulbar Wahab Hasan Sulur.
Selain itu, Bahtiar juga menyerahkan bantuan bibit tanaman hortikultura kepada warga setempat berupa bibit kangkung, cabai, dan sukun.
Kedatangan Pj Gubernur itu disambut oleh warga dan nelayan di Desa Sumare. Sambil menikmati jamuan warga, Bahtiar berdialog dan mendengarkan kendala yang dialami warga.
Salah satu warga Desa Sumare, Johari, mengaku senang dengan program Pemprov Sulbar yang mendorong penangkaran kepiting.
"Kami sangat mendukung program pemerintah. Apalagi, kalau ada penangkaran kepiting di sini. Mudah-mudahan bisa dibantu agar masyarakat ada pekerjaan dan pendapatan lain sehingga ke depan (hasilnya) juga bisa dinikmati anak-anak," kata Johari dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Senin (5/8/2024).
Bahtiar menjelaskan, untuk mewujudkan penangkaran kepiting diperlukan hutan bakau. Di Sulbar, hutan bakau ditemukan di sepanjang pesisir, mulai dari Kabupaten Polewali Mandar sampai Kabupaten Pasangkayu. Sayangnya, potensi tersebut belum dikelola maksimal.
"Saya dari keliling di salah satu daerah penghasil kepiting. Di Bone, ada penangkaran kepiting yang hasilnya diekspor ke Jepang. Di sana, kami belajar langsung tentang cara budi daya kepiting. Ternyata, budi daya kepiting di hutan mangrove jauh lebih cepat. Akselerasinya cepat berisi dan cepat beranak. Benih kepiting yang kami bawa (hari ini akan) kami tebar," kata Bahtiar.
Untuk diketahui, benih kepiting yang disebar tersebut tidak diperoleh menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), tetapi dari inisiatif Bahtiar bersama Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulbar untuk memberi percontohan kepada masyarakat.
Ke depan, Pemprov Sulbar akan menganggarkan dana khusus agar budi daya kepiting di Sulbar dapat dilakukan secara masif.
Bahtiar mengatakan, inisiatif tersebut juga dilakukan untuk membantu nelayan yang tak bisa melaut karena angin barat. Dengan demikian, masyarakat masih bisa punya pendapatan.
"Kalau hutan mangrove bisa penuhi kepiting, masyarakat punya pendapatan lain saat tidak bisa melaut. Malam ini benih kepiting kami tebar. Diharapkan, ke depan dapat menjadi gerakan masif," ungkapnya.
Tak hanya itu, kata Bahtiar, program tersebut juga diharapkan dapat membawa dampak positif untuk jangka panjang, yakni sebagai solusi penanganan stunting serta pendapatan tambahan bagi masyarakat.
"Selain itu, masyarakat juga akan lebih semangat menjaga hutan mangrove," imbuh Bahtiar.
Suyuti mengatakan, jumlah lahan yang ditumbuhi pohon bakau di Sulbar dalam ekosistem mangrove seluas 3.324 hektare. Luasan ini terdiri dari 527 hektare di dalam kawasan hutan dan 2.797 hektare di luar kawasan hutan. Potensi ini, katanya, dapat dimaksimalkan.
Untuk itu, Suyuti membawa anak dan 7 indukan kepiting bakau dari Bone untuk disebar di beberapa titik di Sulbar. Jenis kepiting ini merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki potensi sebagai penyangga kehidupan masyarakat, terutama bagi nelayan skala kecil.
Suyuti menjelaskan, ekosistem mangrove berperan sebagai habitat utama kepiting bakau. Selain dapat mempercepat masa panen, kepiting juga dapat berkembang lebih cepat dan banyak.
"Ekosistem mangrove dan kepiting menyatu di dalam alam, termasuk dalam mendukung ekowisata," kata Suyuti.