KOMPAS.com - Pandai memanfaatkan peluang merupakan salah satu kunci penting bagi keberhasilan suatu usaha.
Prinsip itulah yang diterapkan oleh seorang ibu rumah tangga asal Sumenep, Madura, Jawa Timur (Jatim), Nur Fitra.
Berbekal kegemaran dalam bidang kuliner, pada 2024, Fitra memiliki ide untuk berjualan roti. Awalnya, ia hanya menjual dengan sistem pre-order atau dibuat berdasarkan pesanan saja.
Lambat laun, roti buatan Fitra mampu menarik banyak peminat. Ia pun melihat peluang tersebut dan memutuskan untuk membangun usaha yang lebih besar dan mandiri.
Fitra bercerita bahwa kecintaannya terhadap dunia kuliner sudah dimulai sejak ia masih melajang.
Sebelum menjalankan bisnis roti, ia sempat memiliki usaha katering di Pulau Sapeken, Jatim, yang merupakan tanah kelahirannya.
Selepas menikah dan pindah ke Sumenep, ia kemudian mencoba peluang berjualan roti untuk dijual di kantor sang suami.
“Pada 2014, saya coba-coba bikin roti untuk dijual dengan skala kecil, dibawa ke kantor suami. Ternyata, responsnya bagus dan peminatnya banyak. Saya jadi mulai tertarik untuk terjun lebih dalam lagi ke dunia roti. Sejak itu, saya coba belajar-belajar lagi teknik membuat roti. Ternyata, roti ini modalnya besar karena alat-alatnya banyak,” ujar Fitra dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (12/8/2024).
Pada masa awal usaha, Fitra mengaku hanya sejumlah alat untuk membuat roti, seperti oven tangkring dan hand mixer. Tak jarang, ia merasa lelah karena juga sering menggunakan tenaga manual.
Meski begitu, usaha kerasnya ternyata mampu membuahkan hasil karena peminat roti buatannya semakin banyak. Bahkan, banyak di antara pembeli roti tersebut yang kembali memesan.
Dari situ, Fitra memutuskan untuk mengembangkan unit usahanya dengan lebih serius dan menamainya dengan nama Warung Soeka.
Nama tersebut diambil dari usaha katering yang sempat ia jalani sebelum menikah. Lewat nama itu, Fitra berharap tidak hanya menjual produk roti saja, tapi juga aneka makanan lainnya.
“Dulu, waktu memulai usaha kan lagi booming Roti Boy. Nah, saya buat itu kebetulan banyak yang suka. Namun, kalau di Warung Soeka kita kasih nama Roti Bin. Produk ini juga yang bikin nama Warung Soeka besar dan dikenal banyak orang. Bahkan, sampai sekarang masih tetap jadi produk favorit,” kata Fitra.
Kini, Warung Soeka semakin mendapatkan tempat di hati masyarakat Sumenep. Hal itu terbukti dari jumlah pesanan roti yang semakin bertambah hingga ratusan pieces setiap harinya.
Namun, Fitra mengaku sempat kewalahan karena alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan roti kurang memadai.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Fitra pun berpikir untuk mengajukan pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) dari BRI.
“Pada 2018, saya pernah mendapat orderan sebanyak 250 pieces. Saat itu, saya masih pakai hand mixer yang rentang waktu pengerjaannya lebih lama. Lalu, ada pelanggan yang kasih saran untuk ambil KUR di BRI untuk modal usaha pembelian alat. Kebetulan, saat itu saya belum kepikiran, tapi lama-lama order semakin banyak dan saya juga kewalahan,” terangnya.
Dari situ, Fitra coba memberanikan diri untuk mengajukan KUR di BRI. Tak disangka, proses pencairan pinjaman tersebut cukup mudah dan cepat.
Fitra saat melayani pelanggan di Warung Soeka. (Dok. Istimewa)
Tanpa buang waktu, Fitra pun langsung membeli sejumlah peralatan penunjang untuk membantunya mengoptimalkan pembuatan roti.
Sebab, seiring dengan membesarnya skala pesanan, Warung Soeka tentu membutuhkan alat yang lebih mumpuni agar bisa mengerjakan pesanan dengan lebih cepat.
“Nominal pinjaman yang saya terima pertama kali itu Rp 10 juta. Lalu, naik Rp 25 juta, Rp 50 juta, dan sekarang mencapai Rp 100 juta. Nominalnya semakin bertambah dan prosesnya juga lebih cepat. Mungkin karena track record saya yang baik sehingga prosesnya lebih cepat untuk diterima,” jelas Fitra.
Selain untuk membeli peralatan, bantuan pendanaan itu juga digunakan Fitra untuk membuka outlet sendiri di rumah.
Ia pun membangun dapur khusus produksi yang diperlukan untuk menampung peralatannya yang semakin banyak.
Selain diberikan pendanaan, Fitra juga mengungkapkan kalau BRI memberikan fasilitas berupa pelatihan dan seminar untuk mengembangkan bisnis.
“Saya juga beberapa kali pernah ikut pelatihan, seperti pelatihan halal dan seminar untuk penjualan online. Nasabah benar-benar diberi pengarahan untuk mengembangkan usahanya. Menurut saya, ini ilmu yang sangat berharga,” terangnya.
Fitra berharap, kerja sama dengan BRI dapat tetap terjalin hingga di masa mendatang. Pasalnya, BRI telah banyak memberikan peluang kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) seperti dirinya untuk mengembangkan usaha.
“Harapan saya untuk BRI adalah tetap pelihara UMKM karena ini dasar perekonomian negara. Mohon tetap kawal dan bimbing UMKM yang ada di Sumenep agar semakin berkembang,” tutur Fitra.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menjelaskan bahwa mayoritas KUR BRI disalurkan kepada sektor produksi dengan proporsi mencapai 55 persen.
BRI pun optimistis dapat memenuhi penyaluran KUR senilai Rp 165 triliun pada September 2024.
“Hal tersebut dapat tercapai dengan adanya percepatan graduasi atau upaya untuk membuat nasabah eksisting naik kelas. Cerita UMKM Warung Soeka di Sumenep menjadi salah satu contoh bagaimana pembiayaan yang diberikan serta pendampingan usaha yang kami berikan dapat mendorong kapasitas usaha pelaku UMKM’,” jelas Supari.