KOMPAS.com – Universitas Terbuka (UT) menjadi salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Tanah Air yang berhasil bermetamorfosis menjadi kampus inklusif.
Terbuka bagi semua kalangan, UT memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk mengenyam pendidikan tinggi, termasuk penyandang tunanetra.
Tak tanggung-tanggung, UT turut memberikan beasiswa penuh kepada penyandang tunanetra untuk menuntaskan pendidikan di kampus ini.
Atas upaya tersebut, UT mendapat penghargaan dari Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) karena dinilai berhasil memberdayakan generasi muda tunanetra di Tanah Air.
Penghargaan tersebut diberikan kepada Wakil Rektor UT Rahmat Budiman dalam gelaran Musyawarah Nasional (Munas) ke-X di Hotel Mega Anggrek, Jakarta Barat (Jakbar).
Adapun aksi pemberdayaan diwujudkan UT dengan memberikan beasiswa penuh kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ini.
Rahmat mengatakan, UT berkomitmen menyediakan akses pendidikan tanpa batas kepada masyarakat.
“Terima kasih kepada Pertuni atas penghargaan yang diberikan. Sejak 2021, UT sudah memberikan beasiswa penuh buat tunanetra yang ingin kuliah. UT adalah satu-satunya perguruan tinggi yang memberikan akses tanpa batas bagi seluruh warga Indonesia, termasuk tunanetra," kata Rahmat dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (15/8/2024).
Rahmat melanjutkan, masyarakat penyandang tunanetra yang ingin mendapatkan akses perguruan tinggi berkualitas dapat bergabung ke UT.
“Kami menyediakan beasiswa penuh bagi mahasiswa tersebut. UT satu-satunya perguruan tinggi yang memberikan akses tanpa batas bagi seluruh warga Indonesia,” tambahnya.
Sebagai informasi, gelaran munas tersebut dihadiri 520 delegasi dari seluruh Indonesia membahas masa depan komunitas tunanetra.
Tiga agenda utama dibahas pada Munas Pertuni tahun ini meliputi penetapan program kerja 2024-2029, penyesuaian Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) organisasi, serta pemilihan Ketua Umum dan Ketua Dewan Pengawas Pusat Pertuni periode 2024-2029.
Ketua Umum Pertuni Aria Indrawati mengatakan, sebagai organisasi nasional, Pertuni adalah rumah bagi 50.000 tunanetra di Indonesia, serta kendaraan untuk memperjuangkan hak-hak mereka.
“Pertuni sekaligus mewakili kurang lebih 4 juta warga negara yang menyandang tunanetra di Indonesia,” tuturnya.
Aria menjelaskan, Pertuni bergerak maju dengan semangat demokrasi yang kuat. Pertuni merupakan rumah dan kendaraan perjuangan para tunanetra anggota Pertuni di seluruh Indonesia.
“(Pertuni menjadi) rumah bagi para tunanetra belajar mengelola dan mengembangkan organisasi dengan mengedepankan semangat demokrasi, serta kendaraan yang legitimatif untuk berjuang, mendorong penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak warga negara Indonesia yang menyandang tunanetra,” terangnya.
Ke depan, lanjutnya, Pertuni bakal mengadakan berbagai kegiatan internal dan eksternal untuk mendukung anggotanya, mulai dari manajemen organisasi hingga pelatihan teknologi.
Seluruh program tersebut dirancang untuk memperkuat komunitas tunanetra di Indonesia.
“Pertuni dan UT mendukung aksi tersebut. Kami berharap, semakin banyak generasi muda tunanetra di Indonesia yang mendapatkan akses pendidikan tinggi berkualitas,” kata Aria.