KOMPAS.com - Kanker prostat merupakan salah satu penyakit yang erat kaitannya dengan para lelaki. Meski terkesan menyeramkan dan mengerikan, tahukah Anda bahwa jenis tumor satu ini bisa diatasi dengan deteksi dini?
Dokter Spesialis Urologi Konsultan Onkologi Mayapada Hospital Surabaya Dr dr Wahjoe Djatisoesanto, SpU(K), menilai bahwa kanker prostat tidak harus ditakuti.
Namun, karena gejala di awal perkembangan umumnya minimal, penyakit tersebut kerap diabaikan, bahkan dianggap tidak ada. Sikap tak acuh itulah yang nantinya akan membawa dampak besar dalam perkembangan kanker.
Baca juga: Dokter PPDS Perkosa Anak Pasien: Izin Praktik Dicabut, Korban Berhak Aborsi?
Pada dasarnya, kata dr Wahjoe, kanker prostat tidak bisa dihindari karena ada beberapa faktor risiko yang sudah menjadi bagian dalam diri laki-laki.
Sedikitnya, terdapat tiga faktor risiko kanker prostat pada pria. Pertama, usia di atas 50 tahun. Kedua, ras. Adapun ras Afro-Amerika memiliki risiko tinggi, Kaukasoid risiko sedang, dan Asia risiko rendah terhadap penyakit tersebut.
“Ketiga, riwayat keluarga. Jika dalam keluarga inti ada yang pernah terkena kanker prostat, baik ayah, saudara, maupun kakek, maka seseorang dinilai berisiko tinggi terkena kanker prostat,” ujar dr Wahjoe dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Rabu (21/8/2024).
Baca juga: Lirik Lagu Selalu Ada di Nadimu - BCL Soundtrack Jumbo, Kalau Nanti Badai Kan Datang
Oleh karena itu, lanjut dr Wahjoe, para pria perlu melakukan skrining sejak dini, terutama pada usia 45 tahun.
Di samping itu, ada pula beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko kanker prostat, seperti obesitas, pola makan yang buruk pada masa muda. Utamanya, terlalu banyak konsumsi daging merah, susu, yogurt, dan keju.
“Selain itu, kebiasaan merokok, memiliki kadar androgen atau testosteron yang tinggi, serta sering bersinggungan dengan bahan-bahan kimia, seperti zat pewarna ataupun logam berat kadmium,” terangnya.
Pentingnya deteksi dini
Baca juga: Dedi Mulyadi Ditantang Ormas, Satgas Antipremanisme Dinilai Picu Polemik Baru di Jabar
Berdasarkan data Globocan 2022, kanker prostat menduduki kanker kelima paling banyak yang terjadi pada laki-laki di Indonesia setelah kanker paru, kolorektal, liver, dan nasofaring.
Walau sulit dihindari, kanker prostat bisa ditangani dengan pengobatan dan terapi yang tepat.
Dokter Spesialis Urologi Konsultan Onkologi Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr Syamsu Hudaya, SpU(K), menjelaskan bahwa tumor adalah segala sesuatu yang membesar (berupa benjolan) yang terjadi pada tubuh seseorang serta pertumbuhan tidak terkendali.
Baca juga: 10 Tanda Paru-paru Tidak Sehat yang Jarang Disadari, Apa Saja?
“Jika tumor berpotensi merusak jaringan di sekitarnya atau bahkan menyebar mengenai organ lain, artinya tumor sudah masuk kategori ganas atau kanker,” ujar dr Syamsu.
Dokter Syamsu melanjutkan, kanker prostat sendiri merupakan jenis kanker yang berkembang di kelenjar prostat yang berada di bagian dasar kandung kemih laki-laki.
“Sebagian besar kondisi tersebut berkembang lambat. Namun, kanker prostat bisa bersifat agresif. Jika terdeteksi dini, peluang sembuh lebih besar,” terangnya.
Baca juga: Cara Mudah Aktivasi MFA ASN Digital dan Solusinya jika Gagal
Di sisi lain, kesadaran masyarakat di Tanah Air terhadap kanker prostat terbilang rendah seiring tingkat pendidikan yang masih rendah pula.
Selain itu, kampanye tentang kanker prostat juga dinilai kurang gencar. Terlebih, penyakit secara umum ini tidak menimbulkan gejala yang berarti.
Kondisi tersebut membuat banyak laki-laki di atas usia 50 tahun merasa tidak perlu memeriksakan kadar prostate-specific antigen (PSA) dalam tubuh.
Baca juga: Sekjen Hipmi Sebut Jet Pribadi yang Digunakan Bahlil untuk Mudik Lebaran Dibayar dengan Dana Pribadi
Dokter Syamsu menambahkan, PSA merupakan protein yang diproduksi sel-sel kelenjar prostat dan dapat dideteksi di dalam darah.
Untuk itu, lanjut dr Syamsu, Mayapada Hospital senantiasa memberikan edukasi tentang pentingnya skrining kanker prostat sejak dini.
“Begitu juga dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Urologi yang setiap tahun rutin mengadakan Prostate Cancer Awareness agar masyarakat mulai tahu tentang penyakit ini. Sesungguhnya, kesadaran ini harus ditingkatkan oleh semua pihak, termasuk pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan tenaga medis terkait,” imbuhnya.
Baca juga: Respons Putri Titiek Puspa Lihat Ibunya Dulu Membela Inul Daratista Saat Dicekal
Dokter Wahjoe melanjutkan, alasan kesadaran terhadap kanker prostat di Indonesia belum intens karena belum banyak kasus yang muncul ke permukaan.
Namun, dalam lima tahun terakhir, kasus tersebut semakin meningkat dan kebanyakan pasien datang dalam keadaan terlambat, yaitu sudah stadium lanjut.
“Jadi, terapi yang dilakukan langsung merupakan terapi advance. Masalahnya, kanker prostat tidak bisa terdeteksi seperti kanker payudara yang bisa diraba dengan tangan, karena letaknya tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui metode skrining,” jelasnya.
Baca juga: Cara Jadi Penerima PIP bagi Siswa SD, SMP dan SMA, Cek Besaran Dana
Pemeriksaan rutin dapat mendeteksi gejala tersembunyi
Adapun deteksi dini bisa dilakukan dengan pemeriksaan PSA, yaitu penanda spesifik pada darah laki-laki yang mengindikasikan timbulnya kanker prostat.
Jika hasil PSA tinggi, yakni lebih dari empat, masyarakat diimbau menemui dokter spesialis urologi untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Baca juga: 6 Fakta Mahasiswi UGM Hilang dan Ditemukan Tewas Tertindih Motor di Selokan Sarangan
Setelah itu, dapat dilakukan magnetic resonance imaging (MRI) prostat untuk mempertajam kecurigaan dan biopsi prostat untuk menentukan sel kanker atau bukan.
Jika terbukti positif, tenaga medis akan menentukan stadium dan jenis terapi yang terbaik. Setelah hasil biopsi positif maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan imaging, baik PSMA PET SCAN maupun bone scan, untuk melihat persebaran kanker.
Setelah itu, tenaga medis akan memilih jenis terapinya yang dibagi menjadi lokalis atau metastasis. Usia dan kondisi pasien juga menentukan terapi apa yang akan dilakukan. Hal ini karena berhubungan dengan harapan hidup dan sistem ketahanan tubuh seseorang.
Baca juga: 10 Manfaat Konsumsi Daun Sirih, Apa Saja?
Untuk kanker prostat yang masih bersifat lokal, terapi disesuaikan dengan usia dan kondisi fisik pasien. Namun, bila kondisi tubuh pasien bagus, sehat bugar, dan tidak memiliki komorbid, operasi radikal pengangkatan total prostat (radikal prostatektomi) merupakan pilihan terbaik.
Alternatif lainnya adalah dengan radiasi atau radioterapi sambil diberikan obat yang sifatnya hormonal.
Namun, jika kanker sudah menyebar, terapi lokal sulit dilakukan sehingga pilihan terapi yang dilakukan adalah terapi hormonal kombinasi.
Baca juga: Migrasi dari Kartu SIM Dimulai, Berikut Daftar HP yang Support e-SIM di Indonesia
Pada tahap lanjut, baru akan dilakukan kemoterapi dan pemberian obat-obatan jenis terbaru.
4 mitos terkait kanker prostat
Terdapat empat mitos yang beredar di tengah masyarakat di Indonesia. Hal ini menjadi salah satu sebab mengapa kaum adam di Tanah Air kurang memperhatikan penyakit ini.
Baca juga: ASEAN All-Star Vs Man United, Pengamat Malaysia Jagokan Jay Idzes Jadi Kapten
Pertama, kanker prostat hanya terjadi pada pria usia tua. Faktanya, kanker prostat pada pasien termuda pernah ditemukan pada seseorang berusia 40 tahunan (Adenocarcinoma prostate). Namun, kasus ini terbilang sangat jarang.
Kedua, ketika hasil skrining positif, tapi tidak bergejala, artinya Anda baik baik saja dan tidak perlu melakukan konsultasi lebih lanjut. Faktanya, pemeriksaan lebih lanjut tetap perlu dilakukan karena semakin dini terdeteksi. Dengan begitu, hasil penanganan akan semakin optimal.
Ketiga, sering berhubungan seksual atau aktif mengeluarkan sperma dapat mencegah kanker prostat Hal itu merupakan hoaks. Pasalnya, sering berhubungan seksual atau aktif mengeluarkan sperma tidak membuat seseorang terhindar dari kanker prostat.
Baca juga: Idap TBC, Pekerja Migran asal Sikka Meninggal di Malaysia
Keempat, kanker prostat dapat menular melalui hubungan seksual. Faktanya, kanker prostat bukan penyakit menular seksual.
Inovasi baru penanganan kanker
Demi pemeriksaan kesehatan yang berkualitas, pastikan untuk memilih dokter dan rumah sakit yang tepercaya.
Baca juga: Indonesia Vs Korea Utara, Evaluasi Nova Arianto bagi Skuad Garuda Asia
Dalam penanganan berbagai kasus dan kompleksitas penyakit kanker, Mayapada Hospital memiliki layanan unggulan Oncology Center sebagai layanan terpadu dan komprehensif untuk tumor dan kanker.
Adapun layanan yang diberikan mulai dari pencegahan, deteksi dini, diagnosis, pengobatan, hingga terapi berkelanjutan.
Oncology Center Mayapada Hospital didukung oleh kolaborasi tim dokter spesialis dan subspesialis dengan fasilitas canggih.
Baca juga: Menteri Agama: Tambahan Kuota Petugas Haji Sudah Masuk E-Hajj
Oncology Center Mayapada Hospital telah mengembangkan layanan penanganan kanker dengan membentuk Tumor Board. Tujuannya, untuk memberikan hasil terbaik bagi pasien yang setara dengan pusat-pusat layanan kanker di luar negeri.
Tumor Board yang berada dalam layanan Oncology Center Mayapada Hospital dilengkapi dengan Patient Navigator yang berfungsi sebagai teman perjalanan pasien untuk mendampingi dan mengedukasi pasien dari berbagai aspek selama pasien menjalani perawatan kanker.
Terdapat berbagai macam pengobatan kanker prostat, seperti operasi, terapi radiasi/penyinaran, dan terapi hormonal.
Baca juga: Kontrakan Terduga Penculik Anak di Pasar Rebo Sudah Kosong
Untuk kanker prostat stadium lanjut, dapat ditambahkan terapi sistemik, seperti kemoterapi, imunoterapi, dan terapi target.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Hematologi Onkologi Medik Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr Wulyo Rajabto SpPD, KHOM, menjelaskan bahwa seiring dengan kemajuan pengobatan kanker saat ini, pasien kanker prostat stadium lanjut tetap memiliki harapan untuk mendapatkan hasil pengobatan yang optimal. Misalnya, melalui obat-obatan imunoterapi dan terapi target.
Untuk deteksi dini hingga biopsi, Mayapada Hospital sudah menggunakan Teknik Biopsi Fusion MRI atau Robotic Biopsi untuk meningkatkan akurasi dari hasil biopsi.
Operasi radikal pengangkatan total prostat juga sudah menggunakan teknik minimal invasive (minim sayatan) atau laparoskopi (laparoscopic radical prostatectomy).
Mesin terapi radiasi atau radioterapi golongan tercanggih yang dimiliki Mayapada Hospital mampu memberikan hasil dengan risiko yang minimal. Terapi hormonal juga sudah bisa dilakukan bagi siapa saja yang ingin melakukannya.