Advertorial

Lewat Program Kerja Multisektor, Tim KKN-PPM UGM Angkat Potensi Sambelia

Kompas.com - 03/09/2024, 10:28 WIB

KOMPAS.com – Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali membuktikan komitmen terhadap pengabdian masyarakat melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Kegiatan itu tidak hanya memberikan dampak bagi masyarakat, tetapi juga memperkukuh identitas kampus dengan nilai-nilai keberlanjutan dalam kerangka Sustainable Development Goals (SDGs).

Salah satu dampak positif itu dihadirkan oleh Tim KKN Melukis Sambelia (Unit NB-002) yang menghadirkan tema "Eskalasi Potensi Desa melalui Pemberdayaan Pertanian Organik, Pariwisata, Infrastruktur, dan Edukasi untuk Mewujudkan SDGs di Desa Sugian dan Desa Labuhan Pandan, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat."

Dengan antusias tinggi, Tim KKN UGM berhasil menggerakkan sekitar 80 program kerja di kedua desa tersebut. Program ini menyasar pada berbagai sektor kehidupan masyarakat Sambelia, seperti upaya pelestarian lingkungan, konservasi potensi wisata, peningkatan kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Pemanfaatan air hujan dengan instalasi IPAH

Salah satu kegiatan KKN UGM dilaksanakan di Taman Wisata Air (TWA) Keramat Suci, yakni obyek wisata dengan pesona pantai berpasir hitam serta pemandangan indah yang dikelilingi Gili Sulat dan Gili Lawang. Destinasi ini menjadi magnet bagi para pecinta alam dan penggemar kemah.

Namun, di balik keindahan tersebut, keterbatasan air bersih serta tingginya risiko erosi yang dapat mengancam akses jalan dan infrastruktur vital di sekitarnya menjadi kendala mendesak bagi pengelolaan tempat wisata.

Menjawab tantangan tersebut, Rio Ferdhian Adi Wibowo bersama Tim KKN UGM Desa Sugian berinovasi dengan mengembangkan Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH). Teknologi ini bertujuan untuk menyaring, mengendapkan, dan menampung air hujan sehingga dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Semoga pembangunan IPAH dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan bisa menjadi contoh atau acuan untuk membangun IPAH di berbagai titik di Desa Sugian,” ujar Rio dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (2/9/2024).

Rio juga berharap, pemasangan IPAH dapat menjangkau berbagai lokasi wisata di Desa Sugian dan rumah-rumah penduduk yang kesulitan mendapatkan air bersih. Inisiatif ini juga diharapkan dapat membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat setempat.

Konservasi mangrove lewat serapan karbon

Tim KKN Melukis Sambelia juga menyoroti tingginya ancaman gas rumah kaca (GRK) yang menjadi isu global. Permasalahan ini mendukung Amran Simon Hasibuan untuk berinovasi dalam pengoptimalan peran hutan mangrove di Gili Lawang.

Amran bersama dengan warga lokal, Aliman, mengajak Tim KKN Desa Sugian melakukan pendataan serapan karbon di empat titik di Gili Lawang dengan luas masing-masing 10 x 10 meter.

Tim KKN-PPM UGM memberikan edukasi kepada masyarakat di Desa Sugian dan Desa Labuhan Pandan, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, NTB.Dok. UGM Tim KKN-PPM UGM memberikan edukasi kepada masyarakat di Desa Sugian dan Desa Labuhan Pandan, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, NTB.

Metode yang digunakan adalah pengukuran diameter setinggi dada (DBH) terhadap vegetasi mangrove untuk menentukan simpanan stok karbon.

"Hutan mangrove bukan hanya destinasi wisata, melainkan juga penyerap karbon untuk mengurangi efek GRK," ujar Aliman.

Data yang dikumpulkan kemudian menjadi acuan dalam strategi pengelolaan hutan mangrove untuk mendukung pengurangan emisi karbon.

Sebagai upaya mendukung keberlanjutan, Amran juga menyajikan peta visual terkait distribusi vegetasi dan estimasi stok karbon di kawasan tersebut. Peta itu diharapkan memudahkan penetapan target konservasi yang lebih tepat dan terukur.

Pangkas stunting dengan KIPAS

Program lain yang dihadirkan Tim KKN Melukis Sambelia adalah “Tumpas Stunting dengan KIPAS: Kenali Stunting, Isi Piringku, dan MPASI.”

Program itu berangkat dari tingginya angka stunting di Desa Labuhan Pandan yang menjadi perhatian Imam Bihuda dan Fatima Luthfiana Harahap.

Program tersebut juga mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan angka stunting menuju 14 persen dengan penurunan sebesar 3,8 persen setiap tahun.

Di Desa Labuhan Pandan sendiri terdapat 135 anak dengan risiko stunting akibat kurangnya asupan gizi seimbang, penyakit infeksi, dan faktor kebersihan yang kurang memadai.

Imam dan Fatima memimpin pergerakan dengan mengedukasi Ibu-Ibu terkait pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Edukasi itu terkait pemberian asupan gizi cukup pada ibu hamil dan menyusui sesuai dengan prinsip “Isi Piringku”.

Mereka juga memberikan demonstrasi terkait pembuatan makanan pendamping ASI (MPASI) dengan memanfaatkan komoditas bahan makanan lokal di Desa Labuhan Pandan, seperti daun kelor dan ikan tongkol.

Program tersebut diharapkan menjadi solusi praktis dalam pemenuhan gizi untuk ibu hamil serta menyusui dengan bahan baku terjangkau dan berkualitas.

Warna alam sebagai cerminan desa berwawasan lingkungan

Tim KKN Melukis Sambelia lain, yakni Annisa Putri Wachyudika, juga melakukan inisiatif dalam pemberdayaan masyarakat dan lingkungan.

Inisiatif itu berupa lokakarya ecoprint yang memanfaatkan keanekaragaman daun mangrove di sekitar Desa Wisata Sugian.

Kegiatan yang diikuti oleh PKK dan Karang Taruna Desa Sugian digelar berkat kerja sama dengan organisasi nonprofit Wildlife Conservation Society.

Peserta lokakarya dikenalkan dengan metode ecoprinting menggunakan teknik pounding. Metode ini dipilih karena mampu menghasilkan motif unik dan alami tanpa memerlukan peralatan khusus.

Annisa berharap, kegiatan tersebut dapat mendorong kreativitas masyarakat Desa Sugian dalam mengelola kekayaan alam.

Produk-produk yang dihasilkan diharapkan mampu menjadi ikon desa dengan pemasaran yang lebih luas.

Upaya kolaborasi antarsektor pun diharapkan dapat terus terjalin guna mendukung Desa Sugian sebagai contoh sukses ekonomi kreatif yang ramah lingkungan.

Dengan berbagai program kerja tersebut, Tim KKN-PPM Melukis Sambelia menunjukkan kolaborasi antara pendidikan dan pemberdayaan masyarakat yang menghasilkan dampak positif.

Keberhasilan itu diharapkan dapat menjadi pijakan signifikan bagi keberlanjutan program kerja sehingga dapat terus bertumbuh di masyarakat.

Dengan demikian, Sambelia dapat berkembang, mandiri, sejahtera, serta menunjukkan kembali potensi wisata dan sumber daya manusianya sebagai implementasi dari SDGs.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau