TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com – perkembangan penerapan teknologi komunikasi jarak yang terjadi selama pandemi Covid-19 ternyata mampu menimbulkan pergeseran tren pada penerimaan mahasiswa baru di Universitas Terbuka (UT), khususnya UT Jakarta.
Rektor UT Prof Ojat Darojat MBus, PhD, mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, terdapat sejumlah pergeseran tren yang terjadi di UT. Salah satunya, demografis calon mahasiswa baru yang didominasi oleh generasi muda, yakni berusia 18-24 tahun.
Menurut Ojat, selama ini demografi mahasiswa UT lebih didominasi oleh mahasiswa berusia tua, bahkan ada juga mahasiswa yang berkuliah di usia 68 tahun.
“Hal ini menandakan bahwa UT telah menjadi pilihan bagi generasi muda di kota-kota besar, termasuk Jakarta. Dengan capaian ini, Insya Allah masa depan UT semakin bagus karena segmen pasar kami semakin terbuka luas dan menjadi pilihan bagi generasi muda yang ingin menempuh pendidikan tinggi,” ujat Ojat kepada Kompas.com, Sabtu (7/9/2024).
Pada tahun ajaran 2024/2025 Ganjil, UT sudah menerima lebih kurang 320.000 calon mahasiswa baru yang telah melakukan tahap admisi. Mereka kini sedang menjalankan tahap registrasi mata kuliah serta pembayaran registrasi.
Khusus UT Jakarta, terdapat 47.399 mahasiswa yang melakukan admisi. Sementara itu, hampir 20.000 calon mahasiswa baru yang telah resmi menjadi mahasiswa baru dan melakukan pembayaran biaya pendidikan.
UT menargetkan menerima mahasiswa baru sebanyak 750.000 orang pada tahun ajaran 2024/2025 di seluruh kampusnya hingga batas pembayaran uang kuliah pada Rabu (11/9/2024).
Tak hanya tren pergeseran rerata usia mahasiswa baru, Ojat juga melihat tren peningkatan jumlah mahasiswa yang sukses berkuliah di UT.
Dahulu, yudisium hanya diikuti oleh 30.000-40.000 mahasiswa. Kini, jumlahnya meningkat hingga dua kali lipat, yakni sekitar 70.000 sampai 80.000 setiap tahunnya.
“Artinya, kualitas pembelajaran di UT semakin bagus karena kurikulum yang tertata dengan baik,” katanya.
Perkembangan teknologi komunikasi jarak jauh juga mampu meningkatkan aspek student engagement atau keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran.
Ojat menjelaskan, keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran semakin intensif. Mahasiswa bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama mahasiswa, dosen, dan tutor selama 24 jam.
“Dengan perkembangan teknologi, mahasiswa menghubungi dosennya kapan saja. Mereka juga bisa berkomunikasi dengan teman di berbagai daerah, seperti Jakarta, Aceh, ataupun Jayapura,” ucap Ojat.
Hal tersebut memungkinkan capaian belajar yang lebih baik jika dibandingkan masa lalu karena keterbatasan sarana komunikasi.
Perkembangan teknologi komunikasi juga turut meningkatkan layanan yang diberikan UT kepada mahasiswa.
Ojat mengatakan, pihaknya bisa menerapkan prinsip better, cheaper, and faster dengan lebih baik. Pertama, better atau lebih baik dalam hal kualitas. Kedua, cheaper atau biaya pendidikan yang terjangkau banyak kalangan. Ketiga, faster atau lebih cepat dalam memberikan layanan pendidikan.
UT merupakan perguruan tinggi negeri (PTN) di Tanah Air yang mendapatkan mandat untuk menyelenggarakan layanan pendidikan dengan sistem pendidikan tinggi terbuka jarak jauh (PTTJJ).
Adapun makna terbuka yang disandang UT merujuk pada empat aspek, yakni open to people, open to place, open to ideas, dan open to methods. Artinya, penyelenggaraan pendidikan tinggi di UT tidak ada pembatasan usia, tahun ijazah, masa belajar, waktu registrasi, dan frekuensi mengikuti ujian.
Oleh karena itu, UT memiliki sistem penerimaan dan sistem pembelajaran yang berbeda dengan perguruan tinggi konvensional. Ojat menjelaskan, penerimaan mahasiswa baru di UT tidak melalui seleksi akademis.
UT hanya mensyaratkan calon mahasiswa baru yang ingin mendaftar telah memiliki ijazah setingkat sekolah menengah atas (SMA) atau sederajat.
Hal itu, imbuh Ojat, sejalan dengan mandat yang diberikan pemerintah kepada UT, yakni menerima siapa saja yang ingin berkuliah atau melanjutkan pendidikan tinggi. UT pun tidak memiliki batasan daya tampung mahasiswa.
Bekali mahasiswa dengan keterampilan belajar jarak jauh
Sebagai kampus yang telah menerapkan pembelajaran jarak jauh selama 40 tahun, UT turut mempersiapkan mahasiswa untuk menjalani sistem perkuliahan tersebut.
Oleh karena itu, UT Jakarta menggelar kegiatan Orientasi Studi Mahasiswa Baru (OSMB) di Universitas Terbuka Convention Center (UTCC), Pondok Cabe, Kota Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (7/9/2024).
Melalui OSMB, UT Jakarta membekali mahasiswa baru dengan pelatihan keterampilan belajar jarak jauh (PKBJJ) agar mahasiswa bisa belajar secara mandiri.
“Keterampilan ini merupakan kompas bagi mahasiswa dalam mengarungi ‘hutan’ pendidikan jarak jauh,” kata Direktur UT Jakarta Edward Zubir.
Edward mengatakan, UT Jakarta membekali mahasiswanya dengan enam keterampilan utama untuk mendukung keberhasilan belajar secara mandiri di UT.
Pertama, keterampilan menyusun rencana belajar. Kedua, membaca dengan cepat dan tepat modul pembelajaran. Ketiga, membuat peta konsep.
Keempat, kiat sukses mengikuti perkuliahan secara online. Kelima, optimalisasi layanan-layanan online yang tersedia di UT untuk menunjang kegiatan belajar secara mandiri.
Keenam, OSMB juga membekali mahasiswa untuk menghadapi ujian akhir semester. Edward menjelaskan, UT memberikan pedoman dan gambaran bagi mahasiswa baru, seperti skema ujian dan cara menempuh ujian agar berhasil dengan baik.
“Jika semua pembekalan ini diikuti mahasiswa baru dengan baik, sesungguhnya kuliah di UT sangat menyenangkan dan nyaman. Jika tidak diikuti, mahasiswa bisa tersesat,” katanya.
Maka dari itu, Edward berharap, mahasiswa baru UT dapat memanfaatkan kegiatan itu dengan baik, sehingga tidak ada alasan untuk tidak belajar dan tidak kuliah di kemudian hari.
Ojat menjelaskan, pembekalan mahasiswa baru untuk menghadapi perkuliahan jarak jauh juga menjadi upaya pihaknya dalam membantu pemerintah meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi (PT).
UT, imbuhnya, merupakan salah satu instrumen pemerintah yang bisa membantu akselerasi APK PT secara nasional.
“Itu merupakan pesan dari pemerintah kepada UT agar kami membantu pemerintah dalam peningkatan APK. Saat ini, APK PT nasional masih angka 31 persen dan bisa harus meningkat sampai 40 persen,” tutur Ojat.