KOMPAS.com – Pemerintah Indonesia dan organisasi internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terus menjadikan penghapusan kemiskinan sebagai fokus utama untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) pertama tentang zero poverty.
Hal tersebut disampaikan Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta dalam kegiatan Diskusi Media tentang penghapusan kemiskinan ekstrem di Banyuwangi, Jumat (27/9/2024) yang merupakan rangkaian acara Journalist Journey PNM 2024, Kamis (26/9/2024) hingga Sabtu (28/9/2024).
Arif mengatakan bahwa pemerintah memiliki beberapa strategi dalam menekan angka kemiskinan ekstrem hingga mencapai nol.
Ia menjelaskan bahwa pendekatan itu dilakukan melalui penurunan beban pengeluaran, peningkatan pendapatan lewat program pemberdayaan, serta perbaikan lingkungan di area-area dengan kantong kemiskinan.
"Indonesia harus tumbuh secara inklusif, salah satunya melalui program penghapusan kemiskinan, baik kemiskinan ekstrem maupun biasa," ujar Arif dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (1/10/2024).
Salah satu lembaga yang berperan penting dalam meningkatkan pendapatan masyarakat adalah PT Permodalan Nasional Madani (PNM).
Melalui program PNM Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera), PNM memberikan pendanaan dan pendampingan usaha bagi perempuan prasejahtera.
Program tersebut diharapkan dapat membantu para perempuan prasejahtera keluar dari jeratan kemiskinan.
Dalam rangkaian acara tersebut, PNM mengajak para jurnalis untuk melihat secara langsung potret kemiskinan ekstrem di Banyuwangi.
Sebagai informasi, Kabupaten Banyuwangi tercatat memiliki angka kemiskinan ekstrem sebesar 0,29 persen, lebih rendah dibandingkan Provinsi Jawa Timur yang berada di angka 0,66 persen dan angka nasional sebesar 0,83 persen.
Para jurnalis diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan Mbah Marinah, seorang lansia berusia 103 tahun yang merupakan penerima sekaligus pelaku UMKM penyedia konsumsi program Rantang Kasih.
Rantang Kasih sendiri merupakan sebuah program yang menyediakan makanan siap saji bergizi untuk lansia setiap hari.
Selain itu, rombongan jurnalis juga diajak untuk mengunjungi Ibu Sa'adi, nasabah PNM Mekaar yang dulunya bekerja sebagai pencari sapu lidi di hutan dan kini menjadi pengusaha sayur pakis.
Berkat dukungan dari PNM Mekaar, usaha Ibu Sa'adi yang bermula dari nol kini berkembang dan melibatkan anggota keluarganya. Penghasilannya pun cukup untuk menyekolahkan cucunya dan memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Direktur Utama PNM Arief Mulyadi berharap, pendampingan finansial, intelektual, dan sosial yang diberikan melalui PNM Mekaar dapat meningkatkan taraf hidup kelompok subsisten.
Arief mempercayai bahwa model pembiayaan berbasis kelompok dapat mendorong perubahan sosial yang positif. Ini lantaran anggota kelompok saling mendukung untuk kemajuan bersama.
"Mereka yang sukses harus tetap berada dalam ekosistem ini dan menarik yang lain untuk maju bersama," ujarnya.
Sejak diluncurkan pada tahun 2015, PNM telah mendampingi lebih dari 20 juta perempuan di seluruh Indonesia.
Setelah bergabung dengan Holding Ultra Mikro, PNM menawarkan lebih banyak layanan inklusi keuangan.
"Sudah 1,7 juta nasabah PNM yang naik kelas ke BRI atau Pegadaian. Sebanyak 400.000 ketua kelompok juga telah dibantu menjadi Agen BRILink Mekaar agar pendapatan mereka semakin bertambah," tambah Arief.
Arif Budimanta pun mengapresiasi program PNM Mekaar serta upaya ibu-ibu untuk keluar dari kemiskinan.
Ia menjelaskan bahwa dalam program tersebut, satu kelompok memiliki anggota dari berbagai latar belakang mulai dari kelompok miskin ekstrem hingga kelas menengah.
“Keberagaman anggota kelompok itu memungkinkan mereka dapat belajar bersama, di mana yang sudah lebih berpengalaman bisa membantu yang lainnya," ujar Arif.
PNM Mekaar dan program-programnya menunjukkan bahwa melalui pendampingan dan kerja sama yang kuat, kemiskinan ekstrem di Indonesia bisa diatasi, satu langkah demi satu langkah.