Advertorial

UMKM Pisang Sale Mades Kian Berkembang Berkat Pemberdayaan BRI

Kompas.com - 02/10/2024, 17:09 WIB

KOMPAS.com - Berawal dari ide memanfaatkan kearifan lokal, Ni Made Suryani mengolah pisang menjadi berbagai produk camilan lokal, Pisang Sale Mades, yang berhasil menggerakkan perekonomian warga sekitar.

Sebagai informasi, Pisang Sale Made merupakan salah satu kelompok usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui program Klasterku Hidupku. UMKM ini bergerak di industri pengolahan hasil pertanian, khususnya buah pisang.

Pada 2015, Ni Made memiliki ide untuk mengelola buah pisang yang melimpah di sekitar tempat tinggalnya di Kabupaten Parigi, Sulawesi Tengah.

“Buah pisang waktu itu terkesan kurang dikelola oleh masyarakat, bahkan seperti dibuang-buang percuma,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (2/10/2024).

Jika tidak habis dikonsumsi, lanjutnya, buah pisang dibiarkan begitu saja matang di pohon lalu menjadi makanan para burung.

Saat pasokannya melimah, buah pisang itu hanya dipotong-potong, lalu dijadikan makanan untuk ternak masyarakat.

Oleh karena itu, Ni Made bersama para warga mulai mengobservasi untuk mengelola pisang agar menambah nilai dan menumbuhkan perekonomian masyarakat Parigi.

“Setelah percobaan pengolahan menjadi kue dan keripik, kemudian dilanjutkan dengan mengubah produknya menjadi pisang sale,” jelasnya.

Selain itu, produk tersebut juga memiliki keunikan, yakni rasa manis yang didapat dari hasil fermentasi pisang berupa madu yang memiliki rasa enak, gurih, dan lembut.

Pisang Sale Mades pun berhasil menembus pasar di berbagai kota Indonesia. Tak heran, usaha tersebut menghasilkan omzet hingga puluhan juta per bulan.

Keberhasilan tersebut tak lepas dari upaya kelompok Pisang Sale Mades dalam menjaga kualitas produk dan terus berinovasi.

Pisang Sale Mades juga kerap terlibat di berbagai pameran, baik tingkat regional maupun nasional. Dengan begitu, usaha ini dapat memperluas jangkauan jaringan dan memperkenalkan produknya ke khalayak luas.

Proses perkembangan itu tak lepas peran BRI yang melakukan pemberdayaan terhadap kelompok UMKM.

Tentunya, setelah saya dan pembuat pisang sale lainnya menjadi binaan BRI, banyak ilmu yang saya dapatkan. Kami merasa diperjuangkan oleh BRI untuk membantu memasarkan produk. Misalnya, ada event tertentu, BRI mengikutsertakan produk saya dalam pameran atau bahkan (memberikan) bingkisan suvenir,” tutur Ni Made.

Menurutnya, banyak kemudahan dan pengalaman yang didapatkan berkat pelatihan BRI sehingga pemasaran Pisang Sale Mades semakin dikenal masyarakat.

Ia berharap dapat mengekspor ke luar negeri ke depannya.

Sementara itu, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, melalui program ”Klasterku Hidupku”, pihaknya berkomitmen untuk selalu memberikan pemberdayaan. Dengan begitu, para UMKM dapat lebih tangguh dan naik kelas.

Perlu diketahui, hingga akhir Agustus 2024, BRI memiliki 32.499 klaster usaha yang diberdayakan di seluruh Indonesia.

Supari mengungkapkan, pemberdayaan tersebut tak hanya berupa modal usaha saja, tetapi dibarengi dengan pelatihan-pelatihan dan program pemberdayaan lainnya sehingga para UMKM dapat berkembang.

“Usaha yang dijalankan kelompok petani di Tuban, Jawa Timur, diharapkan bisa mendorong perputaran ekonomi di industri pertanian dan dapat menjadi kisah inspiratif yang bisa dicontoh oleh UMKM lainnya,” tuturnya.

Strategi bisnis mikro BRI 2024 pun berfokus pada pemberdayaan UMKM yang dibiayai oleh BRI.

Sebagai bank yang memberdayakan para UMKM, BRI telah memiliki kerangka dari mulai fase dasar, integrasi, dan interkoneksi.

Hal tersebut akan menjadi tulang punggung pelaksanaan program-program pemberdayaan UMKM oleh BRI, seperti Desa BRILian, Klasterku Hidupku, Figur Inspiratif Lokal (FIL), dan LinkUMKM (platform pemberdayaan online).

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau