KOMPAS.com - Di tengah perlambatan ekonomi global, volatilitas pasar, perubahan geopolitik, dan kebijakan pelonggaran moneter, pasar penawaran umum perdana (IPO) global pada kuartal III-2024 mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Berdasarkan laporan EY Global IPO Trends Q3 2024, dana yang dihimpun pada kuartal III-2024 sedikit melampaui dua kuartal pertama 2024, meski terjadi penurunan IPO sebesar 14 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 310 emiten serta penurunan dana sebesar 35 persen menjadi 23,4 miliar dollar AS.
Pasar IPO Indonesia sendiri turut mengalami perlambatan pada tiga kuartal pertama 2024. Tercatat hanya 34 IPO yang berhasil dilakukan dengan menghimpun dana sebesar 300 juta dollar AS.
Kinerja itu jauh lebih rendah ketimbang ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 66 IPO dan himpunan dana 3,3 miliar dollar AS.
Selain itu, perolehan dana IPO Indonesia juga lebih kecil dibandingkan sejumlah negara tetangga, seperti Malaysia dengan capaian 1,4 miliar dollar AS dan Thailand sebesar 600 juta dollar AS.
Strategy and Transactions Partner EY Indonesia Reuben Tirtawidjaja mengatakan, perlambatan tersebut utamanya disebabkan pemilihan umum pada Februari 2024 dan antisipasi investor terhadap pembentukan pemerintahan baru Oktober 2024.
“Hal ini mempengaruhi keputusan IPO karena investor semakin berhati-hati dan banyak yang lebih memilih untuk mengambil pendekatan wait and see mengenai kebijakan pemerintahan baru sebelum membuat keputusan investasi,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (24/10/2024).
Meskipun IPO melambat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat kenaikan signifikan, dari posisi 7.139 pada awal Juli 2024 hingga mencapai puncaknya di level 7.905 pada pertengahan September 2024.
Lonjakan itu didorong penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen pada pertengahan September 2024.
Selain itu, Bank Sentral AS juga memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada periode yang sama. Penurunan suku bunga lebih lanjut diperkirakan terjadi pada November 2024. Ini diprediksi akan memberikan sentimen positif tambahan bagi pasar modal Indonesia.
Perkiraan tren IPO akhir 2024
Hingga akhir September 2024, terdapat 30 calon emiten dalam antrean pencatatan IPO BEI. Dari seluruh perusahaan, terdapat 11 perusahaan berskala besar dengan nilai aset di atas Rp 250 miliar dan 17 perusahaan skala menengah dengan aset antara Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar.
Selain itu, meskipun belum masuk dalam antrean pencatatan IPO BEI, beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak perusahaannya berencana untuk melakukan IPO pada 2025.
Perusahaan tersebut di antaranya adalah PT Pertamina International Shipping, PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI), dan PalmCo.
Namun, rencana IPO itu bergantung pada situasi dan arah kebijakan pemerintahan baru. Proses transisi pemerintahan yang sedang berlangsung membutuhkan waktu. Hal ini dinilai dapat mempengaruhi pelaksanaan IPO hingga awal 2025.
Ke depan, sektor energi terbarukan diperkirakan akan menarik perhatian investor, mengingat minat pasar yang terus meningkat terhadap sektor ini.
Dalam lima tahun terakhir, terdapat sejumlah IPO di sektor energi terbarukan yang menunjukkan potensi pertumbuhan di bidang ini.
Kesuksesan pencatatan saham perdana PT Kencana Energi Lestari Tbk, PT Arkora Hydro Tbk, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, dan PT Barito Renewables Energy Tbk, semakin memperkuat sektor energi terbarukan di pasar modal.
Reuben menambahkan, meski jumlah IPO energi terbarukan tidak terlalu mengesankan, harga saham perusahaan tersebut mengalami peningkatan setidaknya 30 persen pada 30 September 2024 sejak penawaran perdana. Ini menunjukkan tingginya minat investor.
“Mengingat komitmen Indonesia dalam mencapai net zero emission pada 2060 dan antisipasi kebijakan yang menguntungkan dari pemerintahan baru terhadap energi terbarukan, diharapkan lebih banyak perusahaan energi terbarukan melakukan IPO pada tahun-tahun mendatang,” tuturnya.
Menurutnya, meskipun aktivitas IPO di Indonesia mengalami penurunan selama tiga kuartal pertama 2024, prospek pasar IPO Indonesia tetap menjanjikan.
Sektor energi terbarukan diharapkan dapat menarik minat investor, didorong dengan komitmen pemerintah terhadap net zero emission dan antisipasi terhadap kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pemerintahan baru.