kabar mpr

Wakil Ketua MPR: Perkuat Persatuan di Tengah Arus Globalisasi

Kompas.com - 13/06/2017, 10:46 WIB

Tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi dan informasi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Segala macam informasi mengalir deras di jagad internet dan masyarakat pun semakin mudah mengaksesnya. Namun isu-isu yang tersebar seringkali memicu konflik, bahkan dapat berpotensi membahayakan persatuan bangsa.

Wakil Ketua MPR RI Mahyudin memaparkan bahwa Pancasila dibutuhkan demi menjaga persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia terutama dalam era globalisasi. Ia menyebutkan bahwa masyarakat harus kembali sadar akan peran Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara. Hal ini dipicu oleh merebaknya berita palsu di dunia maya seiring konflik terkait SARA yang marak terjadi.

“Akhir-akhir ini kita terancam menuju perpecahan karena munculnya kekuatan-kekuatan yang mengatasnamakan SARA. Kita pun menyadari bahwa apa yang kita lakukan ini berbahaya. Kalau kita pecah kita tidak bisa hidup seperti sekarang ini,”  tutur Mahyudin saat ditemui di acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), Slipi, Jakarta Barat,  Senin (12/6/2017).

Ia juga memberi contoh konflik yang terjadi di ranah media sosial seperti WhatsApp. Banyak sekali cerita atau berita palsu yang disebar dari satu ke banyak pihak namun kebenarannya dipertanyakan. Informasi seperti itu pula sering menjadi alat adu domba hingga berpotensi meresahkan dan memecah persatuan bangsa. Karenanya, Mahyudin juga berharap agar masyarakat lebih bijaksana dalam menggunakan media sosial.

Kemudian jargon “Saya Indonesia, Saya Pancasila” seolah menjadi oase dari beragam isu dan berita seputar konflik SARA. Masyarakat menyematkan banner bertuliskan slogan tersebut di foto profil akun media sosial mereka. Tren ini menjadi viral di kalangan netizen yang ikut memperingati hari lahir Pancasila sekaligus kembali mengobarkan semangat persatuan bangsa Indonesia.

Mahyudin pun turut mengapresiasi pergerakan tersebut karena dinilai menjadi bukti bahwa masyarakat masih peduli terhadap Indonesia.

“Saya percaya dalam jiwa bangsa Indonesia, masyarakat cinta akan Pancasila dan menyadari bahwa Pancasila merupakan sebuah alat perekat dan pemersatu rakyat Indonesia. Untuk itu perlu dibangun rasa persatuan yang kuat di tengah tantangan globalisasi ini,” katanya.

Dengan demikian, Pancasila memberi sebuah pedoman kepada rakyat bagaimana sistem berbangsa dan bernegara di Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam agama, suku, dan budaya yang tercermin dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com