Filosofi Keseimbangan di Rumah EZ Halim di Sentul

Kompas.com - 23/11/2009, 18:45 WIB

KOMPAS.com -  RUMAH, bagi keluarga EZ Halim (53) bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga memiliki makna filosofi yang dalam. Setiap ruang dalam rumah itu memiliki makna. Para tamu yang datang dapat melakukan eksplorasi di setiap ruangan. Jika lazimnya rumah dibangun dengan satu muka atau dua muka, rumah Halim dibangun dengan konsep empat muka di empat sudut. Rumah ini didesain dengan konsep elegan, keanggunan, bukan kemewahan.

Ketika masuk di pintu utama, tamu disambut dengan "pohon kehidupan", patung karya Amrus Natalsya (74), pematung dan inventor lukisan kayu. "Patung ini yang mengilhami kehidupan dan mengingatkan bahwa kita harus berakar pada bumi tempat kita berpijak. Setiap lakon dan perbuatan kita haruslah mengimbangi hukum dan daulat alam," kata EZ Halim kepada Kompas.com yang berkunjung ke rumahnya yang sejuk dan bernuansa alam di kawasan Sentul, Bogor, Minggu (22/11) sore.

Selain itu, tamu juga disambut dengan lukisan bunga karya Vander Sterren. Di kanan dan kiri ruang tamu, ada lukisan mandau karya Misbach Tamrin dan lukisan macan tutul karya Hardi. "Kedua lukisan ini memberi makna bahwa rumah ini dijaga oleh macan tutul dan dengan mandau," kata EZ Halim yang lahir di Pontianak, Kalimantan Barat.

Dari ruang depan, tamu diajak ke ruang tengah berupa "hall of art". Di sini, dipajang miniatur kapal Laksamana Cheng Ho berukuran 4,5 m x 5 m karya masterpiece Ambrus Natalsya. Kapal ini terbuat dari kayu dan dibentuk sedemikian rupa menyerupai kapal Cheng Ho.

Kapal Cheng Ho adalah karya masterpiece Amrus Natalsya. Karya ini didedikasikan dalam rangka perayaan 600 tahun Laksamana Cheng Ho merintis pelayaran maritim terbesar dunia. Menurut Gavin Menzies, sejarah pejelajahan dunia harus ditulis ulang dimana Cheng Ho disinyalir menemukan Amerika 7 dekade sebelum Columbus. "Rute perjalanan ini meninggalkan jejak sejarah di bumi nusantara. Sejarah kebesaran pencapaian manusia ini memberi inspirasi luar biasa pada kita di dalam berkarya," kata Halim.

"Hall of art" itu terbentuk dengan empat sudut dan setiap sudut memiliki makna filosofi. Orang harus berdoa, bekerja, selalu memberi kasih sayang, dan bersyukur. "Jadi ketika masuk ke dalam rumah dan berada di 'hall', tamu diajak melihat tetralogy of life," sambung Indara Halim, putri EZ Halim, yang mendalami desain interior.

EZ Halim mengungkapkan, hidup pada prinsipnya adalah keseimbangan. "Keseimbangan antara manusia dan alam semesta, dimana Sang Pencipta adalah sentrum dari equilirium hidup ini. Manusia dalam pergulatan hidup ini perlu bekerja untuk kehidupan, berdoa memuliakan kebesaran Sang Sumber, cinta kasih dalam hubungan antar manusia, dan bersyukur atas pencapaian dalam perjalanan hidup kita. Pemahaman ini penting bagi bangunan relasi antarmanusia yang sehat, jauh dari keirian dan kesarakahan. Lukisan karya Harlim tentang ini juga dipajang di rumah," kata pengusaha yang bergerak di bidang bahan bangunan itu.

Di sudut belakang atau muka bagian belakang rumah, Halim memasang lukisan keramik tentang Borobudur karya Hardi. Di ruang belakang ini juga ada pohon kamboja jepun yang diberi nama "pohon jodoh". "Saya beri nama demikian karena sebetulnya batang pohon ini sudah terpisah, namun akhirnya dapat bersambung kembali," cerita Halim.

Di muka kanan rumahnya, ada air mancur, gazebo, dan aneka bunga, mulai dari bunga kesidang, bunga anting-anting putri, bunga ileng-ileng, cempaka telu, sampai kamboja jepun. Ini semua bunga-bunga yang harum mewangi.

"Kami terinspirasi dari spanish garden. Semua panca indera dapat menikmati garden ini. Dengan mata, kita dapat melihat betapa colourful-nya garden ini. Dengan hidung, kita dapat menikmati wewangian bunga. Dari telinga, kita dapat menikmati suara fountain. Dari lidah, kita dapat menikmati buah-buahan yang langsung dapat dimakan, seperti markisa, sirsak, apel pelam, jambu dan lainnya. Dan dari indera raba, kita dapat menikmati udara sejuk," papar Indara Halim. "Udara segar yang terasa sepanjang hari memberi manfaat luar biasa, kita tidak jadi sakit lho," tambah Fransiska Halim, istri EZ Halim menambahkan.

Halim mengungkapkan, "Saya pernah menggugat landscaper Glen Maudi; Apa perlu didesain taman padahal di sekitar sudah disuguhi alam bebukitan dengan kontur gunung yang melingkar indah? Perlu, jawabnya tegas. Alam pegunungan dinikmati secara makrokosmos, sedangkan taman disentuh secara mikrokosmos. Kolam renang tidak diletakkan di taman utama seperti lazimnya, tetapi di sudut kanan belakang rumah dengan derajat privasi lebih baik mengingat berenang adalah aktivitas personal. Di taman ada pergola dengan bunga kesidan yang wangi. Gazebo dikelilingi bungan cempaka dan anting-putri yang semerbak. Fountain dengan air mancur yang bernyanyi berpadu dengan suara alam yang senyap. Ada tanaman buah seperti apel plum, jeruk, lengkeng dan markisa, tapi tidak terkesan kebun. Taman mengelilingi rumah dengan jalan setapak, jadi rumah seperti pulau dikitari perdu dan bunga indah semerbak merangsang panca indera kita."

Koleksi seni

Di muka kiri rumahnya, Halim membangun 'home gallery". Di sini Halim memajang koleksi lukisan karya seniman Ambrus Natalsya, Hardi, Djoko Pekik, Harlim, Wakidi, Misbach Tamrin, Gambir Anom, Itji Tarmizi, Rosobowo, dengan tema yang beragam mulai dari tema kebangsaan, lanskap, sampai tema sejarah.  

Menurut EZ Halim, sejak kecil, dia suka membaca karya-karya sastra. "Ketika duduk di bangku SMP, saya sudah membaca buku Multatuli, Solzhenitsyn, Albert Camus, William Shakespeare dan Ernest Hemingway. Sajak-sajak saya banyak dibacakan radio Diahrosanti di Pontianak. Cerpen saya dimuat di majalah sastra Horison. Esei saya dimuat di Visual Art dan majalah kebudayaan Tapian," kata Halim yang akrab dengan dunia seni. Halim pernah menulis cerpen dan sajak di Majalah "Horison" tahun 1979-1980.

Di lantai atas, Halim menciptakan suasana yang hidup dalam perpustakaan keluarganya. Perpustakaan bagi Halim dan keluarganya tidak sekadar rak bertabur buku, tapi juga ruang keluarga untuk bercanda dan berdialog tentang banyak hal soal hidup, penghidupan dan kehidupan. Perpustakaan dirancang dengan konsep 'american classic' dimana ada mezzanine dan dominan kayu. Cahaya matahari cukup bersahabat berkunjung lewat jendela yang membuka diri dengan alam sekitar. Buku sangat bervariasi dari filsafat, sejarah, ekonomi, politik, sosial, arsitektur, sastra, seni terutama senirupa, memoar dan biografi. Juga kuliner dan serba-serbi perjalanan.

Rumah ini didesain  NN Wastu bersama arsitek Martin yang sekaligus menjadi koordinator pelaksana, sedangkan interior desainnya oleh Wayan, ceiling oleh Dekornis, lanskap oleh Glen (yang merancang taman di Hotel Four Seasons Jakarta). Sementara semua furniture di rumah itu produk Medici dan Da Vinci. Koleksi Medici sangat pas dengan konsep "american classic", konsep desain rumah ini yang elegan.

Pasangan EZ Halim dan Fransiska Halim dikaruniai dua anak, satu pria (Otto William) dan satu perempuan (Indara Halim). Siska suka melukis dan aktif menjalankan bisnis. Otto adalah lulusan Management dari Sydney JC University dan Indara lulusan Helsinki University di bidang International Business, kini melanjutkan studi interior di La Salle. Keduanya mengambil pendidikan Bahasa Mandarin di Beijing Langaguge and Culture University.

Dari rumah seluas 2.000 meter persegi di kawasan Sentul City, Bogor ini, penghuni rumah dapat menikmati pemandangan gunung. Halim memilih Sentul karena pertimbangan alam. "Sangat terasa jiwa kami dibasuh oleh alam yang segar penuh oksigen. Sehat secara raga dan batiniah. Bekerja di kota metropolis Jakarta yang macet dan polutif, pilihan tinggal di Sentul adalah sebuah berkah. Jarak adalah harga yang layak untuk kami bayar," ungkap Halim. Rumah yang sudah dibangun selama empat tahun ini, baru dihuni keluarga Halim dalam dua tahun terakhir ini. Rumah ini sudah dikunjungi sejumlah seniman dan tokoh. Dolorosa Sinaga misalnya menyebutkan rumah ini, a beautiful house is a home for beautiful souls. Sedangkan Eddy Soetriyono memberi komentar tentang keluarga EZ Halim sebagai keluarga terpelajar yang mengasyikkan, membuat rumah indah menjadi bertambah indah berlipat ganda. (Robert Adhi Ksp)


 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau