Wapres Pugar Situs Bung Karno di Ende

Kompas.com - 07/10/2010, 20:19 WIB

ENDE, KOMPAS.com - Wakil Presiden Boediono memenuhi janjinya kepada masyarakat Ende di masa kampanye tahun lalu untuk memugar empat situs Bung Karno yang pernah digunakan sebagai tempat selama pembuangannya di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur pada tahun 1930an.

Empat situs itu adalah rumah yang sehari-hari digunakan Bung Karno, taman tempat bersemedi pemimpin perjuangan yang kemudian menjadi Presiden RI pertama, lokasi tempat pertunjukan untuk pementasan drama yang ditulisnya selama pembuangan serta makam mertua Bung Karno, yakni makam ibunda Ny Inggit Garnasih.

Menurut Bupati Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, Don Bosco Wangge, saat ditanya pers, seusai menghadiri pertemuan dengan Wapres Boediono di Istana Wapres, Jakarta, Kamis (7/10), rencana pemugaran itu sangat didukung masyarakat Ende.

Jika tempat itu jadi dipugar pemerintah, maka selain menambah keindahan kota, juga akan menambah tujuan wisata di Ende serta melestarikan situs sejarah bagi pendidikan generasi muda, tandas Don Bosco.

Menurut Don Bosco, lokasi situs Bung Karno berada di pusat kota. Jadi, infrastruktur pendukungnya seperti jalan, tidak ada persoalan. Pemerintah hanya merenovasinya saja, karena infrastrukturnya sudah ada tambah Don Bosco.

Untuk dananya direncanakan Rp 30 miliar. Namun, saya belum tahu. Itu, tim-nya Pak Wapres. Nanti akan dipaparkan lagi, lanjutnya.

Cikal bakal Keindonesiaan Di tempat yang sama, Juru Bicara Wapres, yang juga Staf Khusus Bidang Media Massa Yopie Hidayat, membenarkan keinginan memugar situs Bung Karno muncul saat Boediono berkunjung tahun lalu.

Kondisi rumah tempat BK dibuang di masa penjahan Belanda tahun 30an itu sangat tidak optimum. Padahal, banyak peninggalan, termasuk tulisan tangan naskah drama, buku-buku peninggalan serta naskah-naskah lain. "Di tempat itulah segala inspirasi tentang keIndonesian dan dasar-dasar bernegara dirumuskan Bung Karno. Dengan kesejarahan yang tinggi, sayang sekali jika situs itu tidak dioptimumkan, tidak dipelihara dan dilestarikan," jelas Yopie.

Apalagi, tambah Yopie, Ende merupakan pintu masuk wisata ke Danau Kelimutu dan wisata melihat binatang Komodo. "Dengan pemugaran situs tersebut, wisata alam tidak menjadi atu-satunya pilihan. Akan tetapi, masih ada wisata melihat situs-situ bersejarah cikal bakal berdirinya negara RI," kata Yopie lagi.

Yopie menambahkan, rencana pemugaran situs ini juga akan bekerja sama dengan Harian Kompas, yang akan menurunkan tulisan-tulisan terkait tentang Keindonesiaan yang dimulai dari Ende.

Tentang dananya, lanjut Yopie, selain akan melibatkan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata dan daerah setempat, juga akan melakukan pencarian dana melalui donatur maupun pihak lainnya. Pemugaran direncanakan berlangsung setahun.

Supaya setelah dipugar ada pemeliharaan, Wapres juga menginginkan adanya satu yayasan bekerjasama dengan daerah yang akan ikut bertanggung jawab, paparnya, seraya menambahkan, rapat ini baru tahapan awal.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau