Buku

Naskah Literatur Jawa Kuno Diterbitkan

Kompas.com - 19/08/2011, 03:33 WIB

Jakarta, Kompas - Buku Ramayana Djawa Kuna: Teks dan Terjemahan karya sastrawan Poerbatjaraka (1884-1964) diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional pada Selasa (16/8). Naskah buku yang diketik guru besar di bidang literatur Jawa Kuno tersebut ditemukan dalam keadaan terbengkalai di sebuah lemari milik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

”Saya menemukannya dalam keadaan berdebu dan terpencar- pencar. Dari bendelan kertas- kertas lain, saya akhirnya bisa mengumpulkan naskah Pak Poerbo dan mengurutkannya. Ternyata masih lengkap,” tutur Kuntara Wiryamartana, pakar sastra Jawa yang membantu proses penerbitan buku tersebut. Menurut catatan pada akhir teks, naskah selesai ditulis Poerbatjaraka pada 8 Januari 1952.

Buku Ramayana Djawa Kuna karya Poerbatjaraka ini ditulis dalam huruf Latin disertai terjemahan dalam bahasa Indonesia ejaan lama. Ia menulis buku tersebut berdasarkan buku terbitan tahun 1900 karya H Kern, ilmuwan Belanda yang menekuni bahasa Jawa Kuno. Karya H Kern ditulis menggunakan huruf Jawa.

Cerita berbeda

Cerita Ramayana Djawa Kuna ini berbeda dengan cerita Ramayana karangan penyair Walmiki yang berbahasa Sansekerta. Menurut Kuntara, banyak bagian cerita Ramayana Djawa Kuna yang berbeda dengan Ramayana karya Walmiki. ”Dari situ terlihat jelas, cerita Ramayana Djawa Kuna ditulis oleh pujangga dari Jawa sendiri,” ungkap Kuntara.

Cerita Ramayana Djawa Kuna diperkirakan ditulis seorang pujangga pada masa pemerintahan Raja Dyah Balitung dari Kerajaaan Mataram Hindu di Jawa Tengah.

Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia Edi Sedyawati mengatakan, Cerita Ramayana Djawa Kuna adalah karya sastra berbentuk kakawin atau puisi kuno yang berpola seperti kaidah poetika Sansekerta. Karena masih mempertahankan teks dalam bahasa Jawa Kuna, buku cerita Ramayana Djawa Kuna dapat difungsikan sebagai ”buku pelajaran” Bahasa Jawa Kuna.

Buku karya Poerbatjaraka ini mengajarkan mengurai satuan- satuan kata yang digunakan dalam kakawin tersebut. Dalam perkembangan sejarah sastra, Ramayana kakawin ini masih hidup di masyarakat Bali. (IND)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau