Hiv/aids

Hati-hati pada PST

Kompas.com - 11/10/2011, 17:47 WIB

MADIUN, KOMPAS.com- Istilah PST mungkin belum sepopuler PSK atau pekerja seks komersial. Padahal, dalam hal penularan HIV/AIDS, PST atau pekerja seks terselubung ini bisa lebih berbahaya.

Selain jumlahnya banyak, keberadaan PST juga sulit dipantau karena mobilitasnya yang tinggi. Mereka sering berpindah lokasi kerja, bahkan berpindah kota.

Direktur Program Yayasan Bambu Nusantara, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang melakukan pendampingan terhadap pengidap HIV/AIDS, Andrianus Uran, Selasa (11/10/2011), mengatakan, praktek PST ini marak di Kota Madiun, Jawa Timur. 

Mereka biasa ditemukan di tempat-tempat hiburan malam. Usia dan statusnya beragam, mulai dari remaja, mahasiswi, hingga ibu rumah tangga.

"Hingga saat ini sudah 171 orang PST yang kita dampingi. Di luar sana masih ada ratusan yang tidak terpantau karena terkendala koordinator atau mami yang sering menghalang-halangi jika kami ingin melakukan konseling," ujarnya.

Sementara itu, jumlah pengidap HIV/AIDS di Kota Madiun tahun 2011 telah mencapai 141 orang. Jumlah pengidap ini terus naik setiap tahun. Bahkan jauh dibandingkan dengan tahun 2006 lalu di mana hanya ditemukan 4 pengidap.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau