Agate Studio, Pengembang Game Dengan Modal Awal "Passion"

Kompas.com - 13/12/2011, 09:56 WIB

KOMPAS.com - Indahnya masa kanak-kanak dengan dikelilingi beragam permainan baik tradisional maupun digital, membuat para pendiri Agate Studio pernah bermimpi ingin membuat game sendiri.

Mereka sama-sama kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang saat itu mayoritas sedang menjalani kuliah tingkat tiga. Sebanyak 16 orang berkumpul, berbagi dahsyatnya pengalaman bermain game di masa kecil dan ingin membuat hal serupa yang lebih dahsyat, minimal, untuk diri mereka sendiri.

"Saya merasakan sendiri, masa-masa bermain Final Fantasy dengan levelnya, dengan musiknya, rasanya bahagia dan bangga banget kalau bisa main dan menang. Saat itu saya gak bisa membayangkan kalau saya yang membuat sendiri game yang saya mainkan," kenang Andhika H. Estrada, co-founder, Chief Development Officer saat ditemui Kompas.com di kantor Agate Studio di kawasan Setiabudi Bandung, Sabtu (10/12/2011).

Berkat pengalaman bermain game yang kurang lebih sama dan keinginan membuat game yang sama kuatnya, sebanyak 16 orang mahasiswa tersebut sepakat untuk sering bertemu dan mereka memulai membangun game di laboratorium, tetapi saat itu tak ada satu pun game yang berhasil dihasilkan.

Proyek pertama yang akhrinya mereka kerjakan dimulai tahun 2008 bernama "Ponporon" untuk konsol game Xbox 360 yang dibuat dalam waktu satu bulan. Namun, tak ada penghasilan dari game itu. Meski demikian pada April 2009, mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah perusahaan, dengan nama Agate Studio.

"Agate disepakati begitu saja tanpa ada filosofi. Kami suka kata yang berawalan A agar selalu berada di awal. Lalu mengapa studio? Karena Studio adalah tempat untuk kami mengkreasikan game, tempat untuk bermain bersama, bukan tempat yang semata untuk bekerja," ungkap Andrew P. Budianto, Guild Master Agate Studio.

Gaji Pertama Rp 50 ribu per bulan
Agate Studio kemudian memulai membuat game dengan tiga game untuk XBox, yang kali ini lebih serius. Semua yang tergabung di Agate Studio mengumpulkan modal untuk kelangsungan hidup perusahaan baru mereka.

Modal itu dikembalikan lagi dalam bentuk gaji yang mereka bagi rata, Rp 50 ribu per bulan. "Dari situlah passion bekerja. Dengan gaji segitu kami bertahan selama enam bulan pertama, tanpa pemasukan," jelas Estrada.

Kini, Estrada mengaku gaji karyawan sudah jauh di atas UMR Jakarta (Rp 1.290.000) dan jumlah karyawan yang semula hanya 16 orang sudah bertambah menjadi 60 orang dalam waktu hampir dua tahun.

Terbalik, Dari Pasar Global baru kemudian Pasar Lokal
Menyadari pasar Indonesia yang belum memadai untuk menjual game, Agate Studio memutuskan untuk menjual game mereka ke pasar global terlebih dahulu sejak tahun 2009.

Mereka memasukkan game-game mereka ke beberapa portal game dan mulai mendapatkan penghasilan dari sana. Setelah dirangkul Nokia Developer, Agate Studio mulai menjual karya mereka di pasar lokal.

Memenangkan Beragam Penghargaan
Kini Agate Studio telah menghasilkan 100 lebih game dalam waktu hampir dua tahun berdiri. Dengan kapasitas ruangan dan fasilitas yang semakin lengkap, serta jumlah kru yang bertambah, membuat Agate Studio bisa membuat 20 game di waktu yang bersamaan.

Selain itu, mereka sudah mendapatkan beragam penghargaan diantaranya :

  • Kaskus Favorit Winner of Inaicta 2009
  • Most Growth Company Action Coach 2010
  • People's Choice Mochi Award - Flash Gaming Summit 2010, San Francisco
  • Winner Indigo Fellowship 2010
  • First Winner Teknopreneur Award 2010
  • Two Awards in iMulai Microsoft 2011
  • Champion of CIMN clicks of the year 2011
  • Winner Bubu Awards web game - Football Saga, Jakarta 2011

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau