Yandi-Paramita: "Arsitek Tidak Lebih Tahu daripada Masyarakat"

Kompas.com - 03/05/2012, 20:23 WIB

KOMPAS.com — Pasangan arsitek dan dosen arsitektur Universitas Indonesia, Yandi Adri Yatmo dan Paramita Atmodiwirjo, mengaku tak pernah merasa takut karya arsitekturnya ditiru oleh orang lain. Keduanya merasa justru di situlah kepuasan tertinggi bagi keduanya ketika karya mereka bermanfaat bagi masyarakat.

Yandi dan Mita, sapaan akrab mereka, cukup banyak menghasilkan karya-karya bermanfaat bagi masyarakat. Salah satunya adalah sebuah bangunan publik yang dibangun dengan mengutamakan semangat gotong royong masyarakat di Cepogo, Ngargorejo, dan Bongkok, Boyolali, Jawa Tengah. Tahun lalu, karya tersebut berhasil meraih penghargaan "Acknowledgement Awards" dari Holcim Awards 2011. Beberapa karya lainnya adalah "Comberan Project" di daerah Semper, Jakarta Utara, dan renovasi perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 08, Pancoran, Jakarta Selatan.

Ditemui di acara Holcim Awards 2011 di Jakarta, Kamis (3/5/2012), Yandi dan Mita mengisahkan misi serta harapan mereka sebagai arsitek dan dosen yang tertuang lewat karya-karya arsitektur. Simak petikan perbincangannya dengan Kompas.com:

Sebagai seorang arsitek, apa yang Anda inginkan lewat karya-karya Anda?

Kami ingin mencari desain orang Indonesia itu seperti apa. Kami menyadari bahwa desain Indonesia itu kaya. Kesadaran ini muncul ketika kami belajar di luar negeri. Namun, yang kerap terjadi, kami (arsitek) mendesain untuk orang luar atau desain dari luar itu diterapkan di Indonesia. Dalam rangka mencari hal itulah, kami sering bepergian ke daerah-daerah untuk menemukan desain orang Indonesia.

Mengapa Anda tertarik dengan konsep pembangunan berkelanjutan?

Sebenarnya konsep ini adalah bagian dari usaha memberikan pendidikan kepada masyarakat. Sustainable development ini salah satu poinnya.

Terkait konsep pembangunan berkelanjutan, mengapa Anda menggarisbawahi penggunaan material di sekitar tempat tinggal?

Tujuannya adalah penghematan biaya, karena di dalam pikiran masyarakat untuk membangun itu mahal. Padahal, material di sekitarnya itu memiliki kualitas tidak kalah bagusnya.

Sebagai arsitek, kami tahu bahwa pemakaian material di dekat lokasi tempat tinggal untuk mengurangi efek karbon. Akan tetapi, ini sulit ketika disampaikan kepada mereka. Kami menggunakan dua bahasa ini, yaitu penghematan biaya dan mengurangi efek karbon. Memang berat bagi kami, tetapi tidak lantas dijadikan halangan.

Kendala apa yang Anda hadapi dengan mengemban misi tersebut?

Masyarakat berpandangan bahwa bangunan yang bagus didapatkan dari harga mahal. Kami harus memberikan alternatif pemikiran bahwa tidak selalu seperti itu. Mereka berpikir begitu karena tidak tahu. Peran kami sebagai arsitek harus mengubah itu, yaitu, bahwa dari material bekas ternyata manfaatnya juga tak kalah. Kemudian, kami akan melakukan survei terkait kebutuhan mereka dan memulai dengan sesuatu yang tidak sulit.

Ternyata Anda banyak belajar dari masyarakat?

Saya mengajarkan kepada mahasiswa saya bahwa kita (arsitek) tidak lebih tahu daripada masyarakat. Kebudayaan membangun atau semangat gotong royong sudah ada sejak dulu.

Saya banyak mendapatkan ilmu baru dengan menjadi dekat bersama mereka (masyarakat). Saya sangat menghormati mereka. Misalnya, saya mendapat pengetahuan bahwa antara paku dan pasak itu berbeda. Dengan pasak, hasilnya menjadi lebih kuat. Arsitek kerap lupa dengan hal-hal seperti itu, tetapi masyarakat tidak.

Sebagai seorang arsitek, bagaimana agar karya Anda menjadi bermanfaat?

Kami berusaha membuat karya arsitektur yang biasa, tetapi dapat dikerjakan oleh siapa saja. Bagi kami, karya akan lebih bermanfaat apabila masyarakat merasa memilikinya.

Lho, kalau kemudian karya Anda malah banyak ditiru?

Bagi kami itu tidak masalah. Selama dipakai dan berdaya guna untuk masyarakat,  kami senang. Kami adalah arsitek, kerjanya menciptakan ide-ide baru. Kalau ada yang meniru, mengapa harus takut? Kami bisa mendapat ide baru lagi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau