Menuju Swasembada

Pangan 2017

Kementerian Pertanian Republik Indonesia bertekad untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal demi meningkatkan kemandirian pangan, ekspor dan kesejahteraan petani.

DOKUMEN KEMENTAN - Mentan Amran Sulaiman bersama Kepala Dinas Pertanian Bali dan Pejabat Babinsa menyusuri sawah untuk melihat padi di Subak Cemagilet, Banjar Pengayehan, Desa Cemagi, Mengwi, Badung, Bali (7/2/15)
Jumat, 22 Mei 2015

Kementan Kendalikan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Padi

JAKARTA, KOMPAS.com – Di tengah keseriusan mewujudkan swasembada pangan khususnya pada komoditi padi, yakni melalui program Upaya Khusus (Upsus), Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan berbagai upaya pengendalian terhadap serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan penanganan terhadap bencana banjir dan kekeringan. Dengan demikian, lahan padi petani dapat terjaga produksinya bahkan memberikan produksi yang meningkat.

Upaya yang dilakukan di antaranya melakukan pengendalian OPT utama pada tanaman padi seluas 362.617 hektar. Selain itu, Kementan juga mengirimkan surat peningkatan kewaspadaan dan antisipasi serta prakiraan awal Musim Kering (MK) tahun 2015 kepada Gubernur di seluruh Indonesia dan realisasi pelaksanaan penerapan PHT skala luas pada tanaman padi sampai Mei 2015 sebanyak 1 unit (10 ha) atau mencapi 4,00 persen dari rencana 25 unit (250 hektar).

"Selain itu kami juga meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait serta melakukan monitoring dan evaluasi secara rutin terhadap perkembangan luas serangan OPT, banjir dan kekeringan. Lebih jauh, untuk mewujudkan daulat benih atau mengurangi ketergantungan benih di antara daerah, kami juga melakukan penyerahan Cadangan Benih Nasional (CBN)," ujar Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Pending Dadih Permana, dalam siaran persnya, Kamis (21/5/2015).

Berdasarkan laporan Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi seluruh Indonesia yang diterima Kementan tanggal 7 Mei 2015, pada Musim Hujan (MH) 2014/2015 (Oktober-Maret), luas lahan padi yang mengalami puso karena serangan serangan OPT, banjir dan kekeringan seluas 358 hektar.

"Dengan kata lain, sebesar 0,03 persen dari luas tanam sebesar 1.397.931 hektare," ujar Pending.

Pending lebih lanjut menjelaskan, luas puso tertinggi pada periode tersebut disebabkan karena banjir, yakni seluas 342 ha (0,41 persen dari luas tanam 1.397.931 ha) yang terjadi terutama di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Barat. Sementara kekeringan, yakni seluas 15 ha (0,001 persen dari luas tanam 1.397.931 ha) terjadi di Provinsi D.I Aceh.

"Sedangkan puso yang disebabkan karena OPT seluas 1 hektar atau 0,00 persen dari luas tanam 1.397.931 hektar terjadi di Provinsi Jawa Timur," tambahnya.

Sementara itu, pada Musim Kemarau (MK) 2014 yang berlangsung pada April hingga September, luas areal padi yang mengalami puso karena serangan OPT, banjir dan kekeringan mencapai 40.448 hektar (0,50 persen dar luas tanam 8.043.639 ha). Adapun luas puso terbesar pada periode tersebut, yakni disebabkan karena banjir seluas 34.221 hektar (0,43 persen dari luas tanam 8.043.639 ha), terjadi pada Desember terutama di Provinsi D.I Aceh, Jawa Timur dan Banten.

Luas puso terbesar

Puso disebabkan karena kekeringan seluas 5.890 ha (0,07 persen dari luas tanam 8.043.639 ha). Luas puso terbesarnya terjadi pada Oktober, terutama di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Jawa Tengah.

"Sedangkan puso karena OPT seluas 337 ha (0,004 persen dari luas tanam 8.043.639 ha) yang luas puso terbesarnya terjadi pada Desember terutama di Provinsi Jawa Tengah, Sumatera Barat dan Banten," paparnya.

Untuk informasi, selama Januari hingga April 2015, luas areal padi yang mengalami puso karena serangan OPT, banjir dan kekeringan mencapai 13.677 ha (0,27 persen dari luas tanam 4.991.038 hektar). Luas puso terbesar pada periode tersebut disebabkan karena banjir seluas 13.518 ha (0,27 persen dari luas tanam 4.991.038 ha).

"Luas puso terbesarnya terjadi pada Februari terutama di Provinsi Banten, Jawa Timur, dan Lampung," kata Pending.

Sementara itu, puso yang disebabkan karena OPT seluas 86 ha (0,002 persen dari luas tanam 4.991.038 ha). Puso terbesarnya terjadi pada Februari terutama di Provinsi Gorontalo, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara.

“Terakhir itu puso disebabkan karena kekeringan seluas 73 hektare atau 0,0001 persen dari luas tanam 3.593.107 hektar, Luas puso terbesarnya pada bulan Maret terutama terjadi di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara," jelas Pending.

Sebagai data pembanding, lanjut dia, luas areal padi terkena puso karena OPT, banjir dan kekeringan tahun 2014 pada periode Januari-Desember seluas 178.892 hektar dari luas tanamnya 13.569.481 hektar. Adapun luas puso terbesar pada periode tersebut disebabkan karena banjir seluas 141.045 hektar.

"Luas puso terbesarnya terjadi pada bulan Januari terutama di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Aceh," papar Pending.

Puso yang disebabkan karena kekeringan seluas 35.423 ha, dimana luas puso terbesarnya terjadi pada bulan September terutama di Provinsi Kalimantan Barat, Aceh dan Jawa Tengah. Selanjutnya, puso karena OPT yakni seluas 2.424 ha, dimana luas puso terbesarnya terjadi pada bulan Juli terutama di Provinsi Jawa Tengah, Sumatera Selatan dan Banten.