Pertamina membantu pengembangan budidaya kepiting soka di Kutawaru Cilacap. Hal tersebut merupakan bagian dari kepedulian sosial perusahaan untuk mengembangkan potensi masyarakat.
Kepiting merupakan salah satu komoditas hasil laut yang bernilai ekonomi tinggi. Ada berbagai jenis kepiting yang kini telah dapat dibudidayakan. Salah satu jenis kepiting yang kini jadi primadona adalah kepiting soka (Scylla serrata) atau dikenal sebagai kepiting cangkang lunak. Saat ini, kepiting soka merupakan salah satu menu restoran yang sangat populer. Selain rasanya lezat, kepiting soka gampang dimakan karena cangkangnya yang tidak keras seperti kepiting kebanyakan.
Budidaya kepiting soka makin banyak dilakukan masyarakat karena meningkatnya permintaan pasar. Salah satu usaha budidaya kepiting soka yang telah sukses dilakukan oleh Rato di Kutawaru, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Awalnya budidaya kepiting soka yang dilakukan Rato gagal karena minimnya pengalaman. Belajar dari kegagalan tersebut, Rato akhirnya berhasil meraup kesuksesan. Bahkan, akhirnya banyak penduduk yang mengikutinya sehingga mereka akhirnya membentuk kelompok pembudidaya kepiting soka.
Saat ini, Rato adalah Ketua Kelompok Pembudidaya Rekatha Mustika Patra yang beranggota 15 orang pembudidaya kepiting soka. Kelompok pembudidaya ini mendapatkan bantuan dan dukungan dari Pertamina, khususnya Pertamina Refinery Unit IV Cilacap.
Rato menuturkan, bantuan pertama dari Pertamina diterimanya pada 2009, berupa bibit sebanyak 30 kilogram per anggota kelompok. Totalnya mencapai 450 kilogram bibit. “Selain itu, kami diberikan lemari pendingin dan keranjang budidaya kepiting,” ungkap Rato.
Budidaya kepiting soka dilakukan Rato dan kelompoknya pada 4 petak kolam yang masing-masing memiliki luas 1.000 meter persegi. Panen kepiting ini dapat dilakukan setiap hari. Dalam sehari, Rato dapat memanen 5 kilogram kepiting soka sehingga dalam 1 bulan bisa dipanen sebanyak 150 kilogram kepiting soka.
Hasilnya cukup menggiurkan. “Harga jual kepiting soka sekitar Rp 85.000 per kilogram. Pembelinya banyak, permintaan tetap tinggi terutama dari rumah-rumah makan. Kebetulan saya juga punya rumah makan sendiri yang kepitingnya diambil dari sini,” tutur Rato. Berkat bantuan Pertamina, Rato mengucapkan banyak terima kasih sehingga budidaya kepiting soka yang dilakukannya bersama anggota kelompoknya makin maju.
Junior Officer CSR Pertamina RU IV Aditya Nugrahadi mengatakan, saat ini, Pertamina masih terus melakukan monitoring dan pelatihan budidaya kepiting soka bagi masyarakat sekitar agar semakin banyak masyarakat yang berhasil dalam usaha budidaya kepiting soka.
"Program pemberdayaan nelayan di Kutawaru ini merupakan bagian dari bentuk kepedulian sosial perusahaan untuk mengembangkan potensi masyarakat sekitar wilayah kerja Pertamina," kata Aditya. “Hal ini juga sejalan dengan visi CSR Pertamina RU IV Cilacap untuk menciptakan kehidupan masyarakat Ciacap yang lebih baik, berdaya saing, dan mandiri,” pungkas Aditya. (Adv)