Senin, 6 Mei 2024
ADVERTORIAL

Industri Hulu Migas Optimal, Serap Sumber Daya Nasional

Rabu, 29 Juli 2015 | 08:51 WIB
-

Sektor  industri hulu minyak dan gas (migas) masih menjadi salah satu andalan penyumbang devisa negara. Selain itu, sektor migas juga di anggap sebagai pendorong bangkitnya sektor-sektor industri lain di dalam negeri. Sebagai bagian dari bisnis negara, industri hulu migas berperan melibatkan tenaga kerja nasional serta industri dalam negeri untuk maju bersama dalam membangun negeri ini. Peran ini menjadi sangat strategis mengingat sektor hulu migas adalah sektor padat modal. Dengan investasi mencapai sekitar Rp 300 triliun setiap tahunnya, sektor ini memiliki potensi besar untuk menjadi lokomotif pembangunan jika semua investasi tersebut bisa memberdayakan tenaga kerja dan industri nasional.

Dari kegiatan produksi migas dengan pola kerja sama antara SKK Migas dengan KKKS itu pula muncul kontribusi pentingnya lainnya. Sektor ini masih menjadi salah satu penyumbang terbesar terhadap penerimaan negara dari sektor non pajak.

Mengutip hasil kajian Universitas Indonesia mengenai efek pengganda (multiplier effect) di kegiatan hulu migas bagi perekonomian nasional, setiap Rp1 Miliar yang dibelanjakan oleh sektor hulu migas di dalam negeri akan berdampak terhadap penciptaan lapangan kerja untuk 10 orang, peningkatan produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp700 Juta dan pendapatan rumah tangga Rp200 Juta.

Tahun lalu, belanja sektor hulu migas mencapai Rp 209 triliun. Artinya, investasi tersebut menambah kesempatan kerja sebanyak 899.400 orang, meningkatnya produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp86 triliun, dan pendapatan rumah tangga nasional sebesar Rp 23,8 triliun.

Sejak 2010, penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) juga melibatkan partisipasi badan usaha milik Negara (BUMN) penyedia barang dan jasa. Sementara pada periode 2010 sampai 2014 nilai pengadaan yang melibatkan BUMN mencapai lebih dari US$ 4,51 miliar dengan TKDN sebesar rata-rata 77,25%.

Pada 2014 lalu nilai seluruh komitmen pengadaan barang dan jasa industri hulu migas sebesar US$ 17,354 miliar dengan persentase TKDN sebesar 54,15% (cost basic).

Untuk tahun ini, data SKK Migas menunjukkan, hingga 15 Juni 2015, pencapaian TKDN sektor hulu migas telah mencapai 67,71%. Rinciannya, dari total belanja barang dan jasa sebesar US$2,24 miliar, nilai TKDN sebesar US$1,42 miliar. Untuk jasa persentase TKDN sebesar 72,75%. Dari belanja US$1,39 miliar, nilai TKDN mencapai US$944 juta. Sedangkan untuk barang persentasenya 59,61%. Dari US$856 juta belanja barang, nilai TKDN sebesar US$482 juta.

“Meningkatkan TKDN dalam bisnis hulu migas sudah menjadi komitmen SKK Migas dan KKKS,” ujar Kepala Bagian Hubungan Masyarakat SKK Migas Elan Biantoro.

Berdasarkan simulasi yang dilakukan oleh ReforMiner Institute, sebuah lembaga riset independen di bidang pertambangan dan ekonomi energi, teridentifikasi besarnya angka pengganda ouput sektor hulu migas adalah sebesar 1,19098. Dengan kondisi tersebut, jika terjadi peningkatan permintaan hulu migas sebesar Rp1 triliun, akan meningkatkan output perekonomain nasional sebesar Rp1,19 triliun.

Dalam simulasi tersebut teridentifikasi pula bahwa besarnya angka pengganda input sektor hulu migas adalah sebesar 3,72065. Dengan demikian jika terjadi peningkatan alokasi output sektor hulu migas kepada sektor pengguna sebesar Rp1 triliun, akan meningkatkan output perekonomian nasional sebesar Rp3,72 triliun. Jika besarnya angka pengganda tenaga kerja sektor hulu migas adalah sebesar 0,01367.

Dengan demikian jika terjadi peningkatan permintaan output sektor hulu migas sebesar Rp 1 triliun, akan menambah penyerapan tenaga kerja sebanyak 13.670 tenaga kerja. ReforMiner juga menemukan bahwa pengurangan impor (peningkatan TKDN) di sektor hulu migas masing-masing sebesar 5 %, 10 %, dan 20 % dari kondisi awal akan berdampak terhadap peningkatan ouput perekonomian nasional masing-masing sebesar Rp 7,67 triliun, Rp 15,34 triliun, dan Rp 30,69 triliun.

Sejak 2009, seluruh pembayaran pengadaan barang dan jasa di sektor hulu migas harus melalui bank BUMN dan BUMD dengan total transaksi mencapai US$ 44,91 miliar. Pada 2014, nilai transaksi yang melalui perbankan nasional mencapai US$ 12,43 miliar. Jumlah ini melonjak 50 % lebih dari 2013 yang nilai transaksinya senilai US$ 8,195%.