Advertorial

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Lapangan Banyu Urip Mencapai Lebih dari Rp 40 milyar

Kompas.com - 29/07/2015, 21:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Demi menciptakan kelompok usaha masyarakat dengan daya saing tinggi, masyarakat lokal harus didukung dengan keterampilan dan manajemen yang baik dan tepat guna. Untuk itu diperlukan pemberdayaan masyarakat mandiri dengan bimbingan dan pelatihan.

Seperti yang dilakukan oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) sebagai afiliasi Exxon Mobil Corporation yang memprakarsai program inkubasi bisnis untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengembangan alam berbasis sumber daya ekonomi pertanian, peternakan, budi daya perikanan dan industri rumah tangga secara berkelanjutan.

Melalui Yayasan Bina Swadaya, EMCL mendirikan dan mengembangkan pusat belajar masyarakat yang akan membantu 550 rumah tangga di 20 desa dan dua dusun di Bojonegoro dan Tuban. Program pengembangan masyarakat yang diberikan berupa keterampilan, pengembangan produk, manajemen keuangan, administrasi, organisasi pemasaran dan rantai pemasok serta pendampingan usaha. Selain diberikan pelatihan, kelompok swadaya juga akan diberikan pinjaman mikro sebagai modal untuk meningkatkan kapasitas usaha mereka.

Program ini merupakan bagian dari rangkaian program pemberdayaan ekonomi masyarakat di lapangan Banyu Urip bermitra dengan berbagai LSM lokal dan nasional sejak tahun 2013 senilai lebih dari Rp 40 milyar dan menggapai sekitar 1.600 rumah tangga.

“Kami bangga dapat bekerjasama dengan Yayasan Bina Swadaya pada program-program ini. Dengan bekerja bersama masyarakat, kami terus membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dimana kami beroperasi,” ungkap Erwin Maryoto, Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia.

Sementara Ayu Bulan, Pengawas Program dari Yayasan Bina Swadaya, mengatakan, “Melalui program inkubator bisnis ini bersama dengan masyarakat Bojonegoro dan Tuban, kami akan mengembangkan usaha masyarakat dan memberikan pelatihan. Kami percaya prakarsa ini akan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal melalui pendirian dan pendampingan usaha kecil.”

Salah satu bidang usaha yang mendapat bimbingan pelatihan oleh Yayasan Bina Swadaya sebagai LSM pendamping program yaitu usaha ternak kroto atau semut rangrang. Ifa Zumrotun Naimah (34), merupakan salah satu penerima manfaat program yang saat ini menjadi bendahara Asosiasi Rangrang Abang di Desa Sudu. Asosiasi Rangrang Abang saat ini beranggotakan 30 orang dari empat desa yaitu Desa Katur, Begadon, Sudu dan Ngraho di Kabupaten Bojonegoro.

Kegiatan Bu Ifa merawat kroto sehari-hari

Sejak mengikuti program di bulan Maret 2015, wanita asal Desa Ngraho itu mendapat pelatihan meliputi teori Kroto Bon Bogor, tempat perkembangbiakan kroto, pakan dan studi pengamatan atau analisa terhadap perkembangan telur, jenis-jenis kroto hingga pengamatan suhu yang cocok untuk beternak kroto.

“Saya senang, karena sekarang saya dapat membantu perekonomian keluarga dengan berjualan kroto. Hasil beternak kroto juga cukup memuaskan. Kami dapat menjual hasil panen kroto ke Asosiasi Rangrang Abang dengan harga Rp 250.000 per kilogram. Sudah ada saluran pemasaran kroto kami ke sebuah koperasi di Bogor yang memberi kuota untuk memasok kroto sebanyak 100 kilogram per hari. Sangat menjanjikan,” ujar Ifa.

Selain program inkubasi bisnis, EMCL turut mengadakan program kemasyarakatan lainnya, seperti program kewirausahaan dan kejuruan bagi pemuda, program agen teknologi bagi perempuan dan program biogas di sekitar proyek Banyu Urip. Proyek Banyu Urip telah melakukan pengembangan bagi lebih dari 70.000 anggota masyarakat di Bojonegoro, Tuban, dan Blora, dalam bidang pengembangan tenaga kerja, pengembangan pemasok, dan program pengembangan masyarakat.

EMCL adalah operator Blok Cepu berdasarkan kontrak bagi hasil (production sharing contract / PSC) di bawah pengawasan dan pengendalian SKK Migas. Proyek Banyu Urip merupakan kemitraan dari EMCL bersama mitra Blok Cepu yaitu PT Pertamina EP Cepu, dan Badan Kerja Sama PI Blok Cepu. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau