Untuk memberikan motivasi dan berbagi informasi berharga terkait pendidikan yang berkarakter yang menjadi pondasi penting dalam mendukung kemajuan bangsa, Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) menghelat acara “DPD RI Goes To Campus” (DGTC) di Universitas Syah Kuala Banda Aceh pada hari Kamis, (10/09/2015). Acara yang dihadiri oleh ratusan mahasiswa ini turut dihadiri oleh para senator yang berbagi motivasi dan informasi.
“Para mahasiswa yang ada dihadapan saya saat ini adalah calon pemimpin Aceh di masa yang akan datang. Modal pendidikan berkarakter dan jiwa kepemimpinan yang berpegang teguh pada nilai-nilai kejujaran, kerja keras dan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa perlu terus dipupuk dalam kehidupan sehari-hari,” pesan Farouk Muhammad, Wakil Ketua DPD RI di hadapan hampir seribu mahasiswa Unsyiah.
Beliau pun mengatakan melalui kegiatan DGTC, DPD RI ingin menghadirkan motivasi dan inspirasi bagi para pemuda dan mahasiswa untuk optimis dan prestatif menyongsong masa depan daerahnya masing-masing. Melalui DGTC pula, DPD RI mencoba perkuat SDM Untuk percepatan pembangunan daerah
"Tidak ada alasan untuk pesimis, Aceh sebagai Provinsi paling barat Indonesia punya potensi SDM maupun SDA yang luar biasa, dan di tangan Anda semua kemajuan dan kesejahteraan akan terwujud," katanya.
DGTC Universitas Syah Kuala merupakan rangkaian dari kegiatan Rapat Koordinasi Sinkronisasi Aspirasi Daerah (SAD) pimpinan berserta Anggota DPD RI di Provinsi Aceh. DGTC merupakan sebuah ajang khusus yang dibuat oleh DPD RI dalam mensosialisasikan lembaga di lingkungan Universitas dan Akademisi. Beragam kegiatan diselenggarakan dalam acara tersebut seperti pameran foto senator, talkshow interactive, DPD Expose, serta persembahan mahasiswa berupa seni maupun prestasi akademik.
Farouk pun memberikan paparan, bahwa DPD RI merupakan lembaga negara yang berdiri buah dari perjuangan Reformasi 1998 yang dilakuan oleh mahasiswa untuk menumbangkan Orde Baru. DPD RI memiliki peran dan fungsi sebagai penyeimbang dalam sistem demokrasi di Indonesia agar proses berlangsung dalam mekanisme ‘check and balances’ dengan eksekutif. Farouk menceritakan bahwa jiwa kepemimpinan dan ‘perlawanan’ telah ada secara alamiah semenjak dia remaja, hal ini terlihat dari beragam penolakannya semasa remaja terhadap kebijakan pemerintah yang tidak benar.
“Mahasiswa harus aktif dalam mengembangkan diri, selain itu juga harus mampu menjadi pribadi yang memiliki keteguhan akan nilai-nilai baik. Demonstrasi dan meraih prestasi akademik, pada dasarnya hanya sebuah cara untuk menunjukan kepedulian akan hasil yang maksimal. Dahulu saya demonstasi, namun juga senantiasa tekun dalam belajar agar dapat terus berprestasi,” ulasnya.
Prestasi yang diraih hingga saat ini di dalam bidang akademik, lebih memberikan makna tersendiri bagi Farouk. Walaupun disisi lain, dirinya telah mendapatkan gelar jenderal bintang dua selama kariernya di Kepolisian.
“Saya lebih senang dipanggil Professor dibandingkan Jenderal, karena menurut saya sebutan tersebut dianugerahkan oleh para guru besar. Sedangkan menjadi seorang Jenderal, kita mendapatkan gelar tersebut karena pengabdian kepada atasan,” tuturnya.
Selain Farouk Muhammad, Anggota DPD RI, Sudirman atau yang akrab disapa Haji Uma menceritakan perjalanan kariernya sebagai seniman ternyata harus bertransformasi kini sebagai senator yang membawa aspirasi rakyat. Terus belajar dan menempa diri dalam kehidupan politik harus terus dilakukan agar mampu komitmen.
“Perlu peningkatan kapasitas dan komitmen dalam mengemban amanah sebagai seorang senator, tidak hanya mengandalkan modal popularitas. Walau saya begini-begini artis di Aceh yang cukup terkenal,” Disambut dengan gelak tawa peserta yang hadir di Aula AAC Unsyiah.
Sementara itu, senator Fachrul Razi memaparkan tantangan yang tidak mudah akan dihadapi oleh para mahasiswa dimasa yang akan datang, khususnya terkait penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dirinya memberikan pesan agar tidak mudah menyerah dan terus bersemangat dalam menggapai ilmu dengan bersemangat melanjutkan studi hingga jenjang yang lebih tinggi.
“Kita tidak boleh hanya puas dengan bergelar sarjana, harus terus belajar hingga jenjang yang lebih tinggi seperti magister atau doctoral. Kuliah adalah salah satu sarana untuk membangun konsep pembelajaran dan aktualisasi dalam kehidupan, karenanya bercita-citalah setinggi langit”, ucap Farouk saat memotivasi para mahasiswa. (adv)