Investasi Emas, Bukan Spekulasi Emas

Kompas.com - 16/03/2016, 10:30 WIB

 
Peningkatan dan penurunan harga emas dianggap sebagai salah satu pertimbangan yang menentukan keputusan seseorang untuk membeli emas sebagai bentuk investasi, namun demikian jika dilihat dari sisi tujuan pembelian emas hal tersebut tidak sepenuhnya tepat. Hal itu seperti yang disampaikan Tri Hartono, SVP Corporate Secretary PT ANTAM (Persero) Tbk (ANTAM) kemarin selasa (15/3/2016).

“Tergantung tujuannya, kalau beli emas untuk instrument investasi jangka panjang seharusnya tidak jadi masalah,” ujar Tri.

“Kita kan mau investasi emas, bukan spekulasi emas” tambahnya.
 
Berdasarkan catatan perusahaan, harga emas dunia ditentukan oleh banyak faktor. Sejalan dengan itu, pergerakan harga emas dunia menjadi acuan pasar untuk terbentuknya harga dalam negeri. Faktor geopolitik internasional disinyalir menjadi salah satu penyebab naik turunnya harga emas.

Tri berkata, “Kalau ANTAM mengacu harga emas dunia, coba lihat harga emas 10 tahun lalu di kisaran Rp 190 ribuan dan bandingkan dengan sekarang harganya Rp 500 ribuan.”

“Yang paling tepat adalah beli sedikit tapi sering dan dikumpulkan jangka panjang. Kalau beli sekarang terus dijual lagi saat harga naik menurut saya manfaatnya jadi lebih sedikit,” tambahnya.
 
Dikutip dari rilis perusahaan, penjualan emas entitas pemilik nama ANTM di Bursa Efek Indonesia ini meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan, selain bertambah banyaknya masyarakat yang melek investasi, daya beli pun ikut meningkat. ANTAM mencatat penjualan tahun 2015 sebesar Rp 7,31 triliun. Nilai tersebut naik 49 persen bila dibandingkan tahun 2014, dan menjadikan emas sebagai kontributor mayoritas selain nikel dan bauksit.

“Kami memang sudah membuka 13 butik emas di kota-kota besar Indonesia” ujarnya.

“Tapi menurut kami yang menarik adalah bahwa naiknya pembelian emas disebabkan disamping meningkatnya kemampuan masyarakat untuk beli emas juga karena kesadaran akan keuntungan  instrumen investasi emas,” pungkasnya.
 
Menurut pengamat, semenjak tahun 2000-an jumlah kelas menengah penduduk Indonesia meningkat pesat. Dilansir dari situs Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementerian Keuangan, berdasarkan data Bank Dunia, tahun 2003 jumlah penduduk dengan pendapatan kelas menengah di Indonesia hanya 37,7 persen dari populasi. Namun, pada 2010 kelas menengah Indonesia mencapai 134 juta jiwa atau 56,5 persen dari populasi. Jumlah ini diduga meningkat sampai dengan saat ini. Tri yakin potensi ini akan makin mendorong peningkatan kinerja bisnis Perseroan. “Awal tahun ini penjualan kita sudaht embus 1 ton emas” ujarnya.

Menanggapi banyak pertanyaan dari masyarakat tentang bagaimana cara membeli emas, Tri berujar agar masyarakat langsung datang ke butik emas ANTAM.

“Butik kita ada di Jakarta, Surabaya, Makassar, Palembang, Bandung, Semarang, Balikpapan, Banjarmasin, Medan, Bali dan Yogyakarta,” terangnya.

“Tidak ada persyaratan khusus kok bisa cash and carry maupun cash and deposit” tambahnya.

Jika masyarakat ingin menyimpan emas dengan aman, kini ANTAM memiliki fasilitas depositori emas (brankas). Perseroan juga sudah meluncurkan produk emas yang dicetak dengan motif batik. (Adv)

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com