Menuju Swasembada

Pangan 2017

Kementerian Pertanian Republik Indonesia bertekad untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal demi meningkatkan kemandirian pangan, ekspor dan kesejahteraan petani.

KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI - Ilustrasi produksi jagung
Selasa, 26 April 2016

Target 2016, Impor Jagung Tak Sampai 1 Juta Ton


JAKARTA, KOMPAS.com
– Produksi jagung nasional pada 2016 ditargetkan mencapai 24 juta ton. Tantangannya, perbaikan produktivitas dan manajemen distribusi hasil panen. Selain memenuhi kebutuhan nasional—termasuk industri—, target ini juga untuk menekan impor jagung.

“Target pada 2016 adalah produksi nasional jagung mencapai 24 juta ton, kebutuhan jagung untuk industri pakan terpenuhi 100 persen dari jagung lokal, dan impor jagung untuk semua keperluan tak lebih dari 1 juta ton,” kata Kepala Biro Humas Informasi Publik Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi, Senin (25/4/2016).

Sebelumnya, topik soal tantangan produktivitas dan manajemen produksi jagung ini mencuat pada focus group disscussion (FGD) “Upaya Menyejahterkan Petani Jagung” yang diprakarsai Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian pada 11 April 2016.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, produksi jagung nasional pada 2015 mencapai  19,83 juta ton. Adapun rata-rata konsumsi jagung untuk industri pakan ternak di dalam negeri mencapai 0,7 juta ton per bulan, sementara konsumsi langsung sekitar 15 juta ton.

“Diperkirakan produksi jagung nasional akan bisa memenuhi kebutuhan di dalam negeri,” tegas Agung.

Tantangan

Namun, ujar Agung, di sisi produksi ada tantangan mengejar produktivitas 6 ton per hektar, kurang efisiennya biaya produksi,  inkontinuitas produksi, dan lokasi produksi yang tidak dekat dengan lokasi pasar—khususnya industri pakan.

Lokasi sentra produksi yang tidak dekat dengan industri pakan, mengakibatkan tingginya biaya distribusi yang pada akhirnya berpengaruh pada harga jagung di konsumen. Imbasnya, jagung nasional kurang mampu bersaing dengan jagung impor.

“(Itu kenapa) 50 persen kebutuhan jagung pada industri pakan (masih) mengandalkan impor,” ujar Agung.

Sementara itu, di sisi pasca-panen dan pasar, ada tantangan berupa terbatasnya saran penanganan pasca-panen, pengering, dan silo. Akibatnya, kualitas jagung pipilan jadi rendah, belum dapat memenuhi standar kebutuhan industri pakan dan makanan—khususnya aflatoksin.

Dok Kementerian Pertanian

Peta Produksi Jagung dan Industri Pakan


Selain itu, lanjut Agung, pasar masih terkendala pula dengan panjangnya rantai pasokan dari produsen ke konsumen. “(Karena itu), Kementerian Pertanian mulai awal 2016 meluncurkan berbagai upaya baik pada sisi produksi maupun penanganan pasca-panen dan pasar,” ujar dia.

Langkah

Sejak awal 2016, Kementerian Pertanian menguatkan dorongan penggunaan benih jagung hibrida yag dapat menghasilkan panen 7 ton sampai 8 ton jagung per hektar. Efisiensi produksi diupayakan lewat penyerahan bantuan alat dan mesin pertanian, baik untuk tanam maupun panen.

“Melalui alat dan mesin itu, biaya produksi dapat ditekan 20 persen hingga 30 persen dibandingkan (proses) manual,” sebut Agung.

Adapun untuk penanganan pasar, fokus langkah Kementerian Pertanian adalah meningkatkan serapan jagung pipilan nasional di industri pakan. Salah satunya adalah mendorong contract farming antara kelompok tani dan industri pakan.

Menggunakan contract farming, industri pakan tidak hanya akan membeli jagung dalam harga wajar tetapi juga membina petani jagung soal produksi dan pasca-panen. Menurut Agung, peluang untuk kontrak ini dapat terlaksana seharusnya sangat besar.

“Kontrak antara industri pakan dan peternak sapi saat ini mencapai 80 persen, sementara kontrak industri pakan dengan petani jagung baru 1,3 persen,” sebut Agung merujuk riset yang dilakukan Insititute for Development of Economics and Finance (Indef) pada 2016.

Harapannya, kontrak antara industri pakan dan petani jagung dapat memangkas rantai pasok distribusi dari petani ke konsumen. Berikutnya, harga pun bisa bertengger di kisaran wajar, dari saat ini di level Rp 3.150 per kilogram jagung pipilan.